Polisi Las Vegas berjaga di depan Mandalay Bay hotel, Las Vegas, Amerika Serikat, setelah terjadi penembakan yang menewaskan sekitar 58 orang pada Minggu (1/10/2017). Peristiwa mengerikan yang terjadi di Las Vegas, Amerika Serikat, Minggu (1/10/2017), menjadi penembakan massal paling berdarah sepanjang era modern di negara tersebut.

Hingga berita ini diterbitkan, Selasa (3/10), polisi setempat menyatakan sedikitnya 59 orang tewas, sementara ratusan lainnya menderita luka. Para korban adalah penonton festival musik country di Las Vegas Strip. Ada sekitar 22.000 orang menyaksikan festival yang berlangsung di sebuah lapangan tersebut.

Saat ini polisi setempat menduga penembakan itu dilakukan seorang diri oleh laki-laki warga AS bernama Stephen Paddock (64) yang berasal dari Nevada. Penembakan dilakukannya dari sebuah kamar di lantai 32 Mandalay Bay Resort and Casino. Paddock ditemukan tewas, diduga bunuh diri.

Motif penembakan belum diketahui.

Polisi menemukan puluhan senjata di kamar yang diinapi Paddock di hotel tersebut. Polisi juga sempat mencari teman wanita Paddock yang bernama Marilou Danley. Namun kemudian [URL="http://www.dailymail.co.uk/news/article-4940594/GunmanS E N S O Rpanion-Marilou-Danley-detained.html"]Danley dinyatakan tidak terlibat[/URL] dan sedang berada di luar AS saat penembakan terjadi.

Seperti telah disebutkan pada paragraf awal, peristiwa penembakan massal ini, merujuk pada jumlah korbannya, adalah yang paling berdarah sepanjang sejarah AS pada masa modern.

Insiden berdarah ini hanya berjarak kurang dari 14 bulan setelah penembakan massal yang terjadi di kelab malam Pulse, Orlando, yang menewaskan 49 orang, belum termasuk sang pelaku Omar Mateen.

Memiliki senjata api adalah hak warga negara AS yang dilindungi oleh konstitusi. Oleh karena itu, tak heran jika jumlah senjata yang beredar di masyarakat sipil adalah yang terbesar di dunia--42 persen dari 644 juta pucuk senjata yang dimiliki warga sipil di dunia, beredar di AS.

Perdebatan mengenai kepemilikan senjata api oleh masyarakat umum di AS dan cara terbaik untuk mengontrolnya menjadi pembahasan yang belum usai. Sudah menjadi rahasia umum jika lobi para pengusaha senjata dan NRA (National Riffle Association) termasuk yang paling berpengaruh di pemerintahan AS.

Oleh karena itulah peristiwa penembakan massal termasuk kejahatan yang kerap terjadi di AS.

"Penembakan massal", menurut definisi FBI (Biro Investigasi Federal) adalah peristiwa penembakan yang membunuh sedikitnya 4 orang, tidak termasuk sang penembak.

Merujuk pada definisi itu, Menurut catatan The New York Times, tragedi di Las Vegas ini adalah penembakan massal ke-27 di AS sejak peristiwa di kampus Virginia Tech pada 16 April 2007, yang menewaskan 32 orang. Sang pelaku, Cho Seung-Hui, bunuh diri.

Akan tetapi, menurut penelitian Vox, jika definisi itu diganti menjadi penembakan yang sedikitnya "melukai 4 orang" maka jumlahnya meledak menjadi 1.518 peristiwa pada periode Desember 2012-Juni 2017.

Peristiwa penembakan paling berdarah oleh warga sipil di AS sebelum Perang Dunia II, menurut catatan Smithsonian, terjadi pada 31 Mei 1921 di Tulsa, Oklahoma. Penyerangan warga kulit putih terhadap warga kulit hitam menyebabkan 300 orang tewas, sebagian besar warga kulit hitam.

Inilah 5 peristiwa penembakan massal paling berdarah yang terjadi di Amerika Serikat pasca-Perang Dunia II:

1. Las Vegas, 1 Oktober 2017

Pada Minggu (1/10/2017), sekitar pukul 22:00 waktu setempat Stephen Paddock (62) melepaskan tembakan dari lantai 32 Mandalay Bay Resort ke arah penonton festival musik country di Las Vegas Strip. Hingga berita ini ditulis, diperkirakan 59 orang tewas dan lebih dari 400 orang luka-luka.

2. Orlando, Florida, 12 Juni 2016

Sebanyak 49 orang tewas dan 53 cedera ketika warga AS, Omar Mateen (29) melepaskan tembakan ke arah pengunjung kelab malam Pulse, Orlando, Florida, . Kebencian Mateen terhadap penyuka sesama jenis (homofobia) diduga menjadi penyebabnya.

3. Blacksburg, Virginia, 16 April 2007


Mahasiswa Virginia Tech, 17 April 2007, menuliskan ucapan duka untuk korban penembakan yang terjadi pada 16 April 2007 di kampus universitas tersebut.

Cho Seung-Hui, seorang pelajar berusia 23 tahun dari Korea Selatan, menembak mati 32 orang--27 murid dan 5 dosen-- Virginia Tech University. Ia lalu menembak kepalanya sendiri.

Beberapa hari setelahnya, NBC News menerima paket dari Cho yang berisi video berisi ungkapan kebenciannya kepada orang-orang kaya dan keluhan karena dirinya sering dirisak.

4. Newton, Connecticut, 14 Desember 2012



Para demonstran berkumpul di depan kantor National Rifle Association (NRA) di Fairfax, Virginia, AS, 14 Januari 2016. Mereka berkumpul di sana setiap bulan pada tanggal 14, menyuarakan pengontrolan senjata yang lebih ketat untuk menghormati 26 korban tewas dalam penembakan di SD Sandy Hook yang terjadi 14 Desember 2012.

Sekolah Dasar Sandy Hook menjadi arena pembantaian ketika seorang pria bersenjata, Adam Lanza, melepas tembakan, membunuh 20 siswa SD dan enam orang pegawai sekolah tersebut. Ia juga membunuh ibu kandungnya dan kemudian membunuh dirinya sendiri.

Lanza dikabarkan menderita kelainan mental, tidak dirawat dengan baik, namun memiliki akses ke beberapa senjata dan amunisi.

5. Killeen, Texas, 16 Oktober 1991

George Hennard, seorang pria berusia 35 tahun, menabrakkan pikapnya ke Luby's Cafeteria, yang saat itu penuh pengunjung. Ia lalu menembak dan membunuh 23 orang, melukai 27 orang, lalu menembak dirinya sendiri. Menurut mantan teman sekamarnya, Hennard membenci kulit hitam, hispanik, gay, dan menyatakan perempuan adalah ular.




Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...-era-modern-as

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Elektabilitas Jokowi dan Prabowo turun, siapa alternatifnya

- APBD-P Jakarta disetujui setelah sempat tak mufakat

- Polemik impor senjata dankegaduhan yang dibuat Gatot