fadw.crtv
TS
fadw.crtv
Korupsi, Pentas Siapa Lawan Dan Siapa Kawan


Drama korupsi biasanya selalu menarik untuk diikuti, baik itu perkembangan kasus sampai operasi tangkap tangan. Tapi siapa sangka dibalik korupsi ini ada sebuah pengorbanan di mana kawan dan lawan bisa berubah dalam sekejap.

Bisa saja pertemanan antara dua orang berubah menjadi lawan, atau bahkan lawan politik bisa menjadi kawan saat terjerat dalam satu drama korupsi. Memang tidak aneh, tapi anehnya tidak ada yang jera. Selama tidak ketahuan, imbuh mereka.

Enggak ada loe, enggak rame. Mungkin itu slogan mereka saat akan melakukan praktik korupsi. Semakin ramai yang ikut, maka semakin banyak uang yang mengalir deras menuju kantong-kantong rakus mereka.

Namun saya merasa heran, saat awal menjadi kawan itu bisa berubah menjadi lawan saat sudah terbongkar skandal dan drama korupsi tersebut. Mungkin yang ada di pikiran mereka saat satu komplotannya tertangkap, maka semua yang ikut lambat laun akan terungkap dan tertangkap jua.

Loe, gue, end. Slogan yang muncul saat akhirnya mereka harus bersembunyi dari kejaran aparat. Korupsi itu awalnya pasti sama dan akhirnya akan selalu sama, kesenangan dunia dan akhirnya menjadi derita. Kalau tidak menderita di dunia, mungkin menderita di kehidupan selanjutnya. Percayalah.

Namun yang saya kagumi dari koruptor di Indonesia adalah mereka tidak punya malu. Mungkin kemaluan mereka sudah dikebiri atau bagaimana saya tidak tahu. Jika kita lihat ada maling masuk berita televisi, mesti mukanya tertunduk malu. Begitu juga dengan pelaku kejahatan lainnya, seperti: narkoba, rampok, pelecehan seksual. Namun tidak dengan korupsi.

Bisa kita lihat bahwa para pelaku korupsi akan tetap tersenyum walau sudah menjadi tersangka. Jika dilihat dari tingkat kebejatannya, korupsi memuncaki tingkatan ini. Mau tidak mau kita mengakui fakta ini. Jika seorang maling akan merugikan satu orang, narkoba merugikan dirinya sendiri, maka koruptor akan merugikan satu perusahaan bahkan sampai satu negara.

Saya sedikit berfikir, apakah senyuman koruptor itu adalah sebuah rekayasa psikologi terhadap para pelaku-pelaku korupsi lainnya. Artinya begini, jika maling atau narkoba menunduk, itu menandakan ada penyesalan dan dampak bagi masyarakat adalah rasa malu, tidak ingin terjerumus ke dalam hal negatif tersebut. Namun, jika koruptor tersenyum, itu menandakan tidak ada penyesalan sama sekali dan dampak bagi pelaku koruptor lainnya adalah tenang-tenang saja, lah wongyang ditangkap saja masih bisa senyam-senyum.

Mungkin ini pekerjaan rumah bagi aparat, karena melawan tikus itu sangat licik. Apakah hukuman mati diperlukan? Saya rasa tidak perlu. Sebenarnya hukuman yang cocok bagi pelaku korupsi itu adalah pelucutan kekayaan saja.

Jika seorang koruptor yang tertangkap mencuri uang sebesar 1 milyar rupiah, maka semua asetnya menjadi milik negara. Aset ini nantinya dilelang untuk mengembalikan kerugian negara. Jika hasil lelang lebih? Bagikan kepada masyarakat kurang mampu. Jika hasil lelang kurang? Ya, tambah saja hukuman di penjaranya.

Korupsi itu ujian bagi kawan sejati, karena jika kawan korupsinya tertangkap, hanya ada dua pilihan bagi dirinya: ikut menjadi tersangka atau mendukung hal yang kontra dengan pemberantasan korupsi. Itu saja, maka kita tahu, dia adalah kawan sejati.

17/9/2017

0
17.4K
139
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.