zheeppj78
TS
zheeppj78
Jaringan Ini Menjual Data Nasabah Seharga Rp 350ribu Gan!


Jakarta - Kasus jual beli data nasabah kembali marak beberapa hari terakhir setelah Bareskrim Polri menangkap jaringan penjual data. Berapa kira-kira data tersebut dijual?

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan sindikat biasanya menjual data nasabah industri keuangan, mulai dari perbankan hingga asuransi, seharga Rp 350.000 hingga Rp 1 juta per paket.

"Harganya bervariasi mulai dari paket Rp 350.000 untuk 10.000 data. Isinya mulai dari nama, nomor rekening (customer identity file), nomor handphone sampai alamat," kata Direktur Market Conduct OJK, Bernard Widjaja kepada detikFinance, Jumat (25/8/2017).

Dia menjelaskan, penjual juga memiliki paket data nasabah lain. Makin mahal paket maka makin lengkap data yang didapatkan.

"Kalau yang lengkap, kita bisa dapatkan data sampai nama ibu kandung. Tapi untuk paket Rp 1 juta mereka biasanya jual terbatas. Makin mahal makin komplit datanya," ujar Bernard.

Dia mengatakan, bahkan untuk paket yang di atas Rp 1 juta, penjual juga akan menampilkan nama bank di dalam file yang diperjualbelikan.

"Mereka kirim data lengkap pakai file microsoft excel. Jadi sudah tersusun rapi," ujar dia.

Padahal sesuai dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/SEOJK.07/2014 tentang Kerahasiaan dan Keamanan Data dan/atau Informasi Pribadi Konsumen, PUJK dilarang memberikan informasi data nasabah kepada pihak ketiga. (ang/ang)



Jakarta - Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Kartika Wirjoatmodjo meminta masyarakat berhati-hati dalam bertransaksi online pada e-commerce serta telepon dari pihak yang mengaku pegawai bank.

Ini terkait dengan maraknya jual beli data nasabah perbankan. Termasuk yang baru saja ditangkap oleh Bareskrim Polri beberapa waktu lalu.

"Memang ada juga yang menyamar jadi pegawai bank. Ada yang memalsukan juga menggunakan ID bank dan sebagainya, mereka bertindak seolah mereka adalah SPG bank. Jadi memang ini kehati-hatian dari sisi konsumer juga penting. Kita tahu enggak gampang. Tapi faedahnya seperti itu," katanya saat ditemui di Griya Perbanas, Jakarta, Kamis (23/8/2017).

"Misalnya orang telepon, kadang-kadang kan kita enggak tahu, mereka punya nomor telepon kita, dan kita punya bank nya di mana. Dia pura-pura dari customer office bank. Dia nanya apa, pak mau beli data enggak. Kadang masyarakat juga kurang aware. Jadi mereka nawarin beli data, orang mudah ngomong. Jadi memang sumbernya beragam," tambahnya.

Dia bilang, kerahasiaan data nasabah perbankan sendiri senantiasa dijaga dengan baik dan tak mungkin bocor. Namun hal ini bisa terjadi justru dari masyarakat sendiri.

"Kalau upaya dari bank enggak ada masalah, soalnya dari sisi server-nya secure. Kita benar-benar jaga, firewall kita kuat. Apalagi aplikasi itu kalau enggak diterima, akan kita destroy. Jadi kalau orang bisa interupsi dari bank rasanya kecil kemungkinannya. Jadi yang susah itu saat kita berinteraksi dengan merchant dan SPG ini yang susah," tutur Tiko.

Untuk itu, ke depan perbankan akan bekerja sama dengan regulator untuk mencari tahu bagaimana sebenarnya data ini bisa didapat oleh orang-orang tak bertanggung jawab tersebut.

"Jadi kita harus sosialisasikan lagi kepada masyarakat untuk hati-hati. Kita juga lagi kerjasama dengan regulator mencari ini sumbernya dari mana apakah linkage-nya dari back office apa di front office," pungkasnya. (eds/mkj)

Sumber

Ini sih yang sering banget nelpon nggak kenal waktu, udah ngeri aja itu penipuan jadi kalo ada nomor asing yang nelpon tuh jarang banget ane angkat emoticon-Cool
0
16.7K
138
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.2KThread39.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.