- Beranda
- Citizen Journalism
Hikayat Hari Kemerdekaan
...
TS
bimakas
Hikayat Hari Kemerdekaan
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Begitulah kemerdekaan dirayakan. Seiring zaman, ada pula satu dua perubahan. Dahulu kala, para sesepuh gemar menggelar yang disebut malam tirakatan untuk berdoa bersama hingga pagi di malam menjelang 17 Agustus. Tapi ditangan para pemuda, acara adiluhung itu telah berubah menjadi dangdutan sambul mabuk-mabukan.
Jangankan kemerdekkaan yang mensyaraktan persatuan segenap umat manusia di seluruh penjuru tanah air, sejarah bangsa kita saja telah diamputasi sana-sini. Ia teramputasi menjadi sekedar dongeng yang tak ubahnya cerita sinetron. Si baik akan dipuja setinggi langit dan cenderung di-tuhan-kan. Bagi yang dianggap buruk, tamat sudah riwayatnya. Ia akan terkatung-katung di comberan penuh belatung. Mengendap beriringkan caci-maki.
Di segala situasi yang tampak semakin mendesak bagi kehidupan bagsa, kita sering berserah diri pada Pancasila. Seolah dengan burung itu, selesai sudah semua perkara. Tapi sesungguhnya, garuda hanyalah burung dan pancasila cuma rangkaian kata. Ia perlu ruang untuk hidup dan terus menghidupi diantara relung-relung hati.
Tapi apa daya. Di suatu diskusi warung kopi di Surabaya yang acaranya disiarkan di stasiun televisi nasional, pembahasan tentang pancasila kembali ke level definisi. Kembali membahas tentang apa itu Pancasila beserta latar belakangnya yang semestinya telah tuntas di tingkat sekolah dasar.
Begitulah kita, Bangsa Indonesia yang telah hidup 72 tahun ini. Di usia yang setua ini kita masih meraba apa itu Pancasila. Seiring pula muncul golongan-golongan anti Pancasila dan yang merasa lebih Pancasila-is. Lengkap sudah penderitaan para pahlawan.
Kita tengah berada pada kemunduran peradaban yang memaksa kita mencari kembali arti Pancasila, boro-boro mengamalkannya. Ini memang kisah pahit. Tapi rupanya bangsa kita suka yang pahit-pahit. Seperti halnya Majapahit menjadi nama salah satu kerajaan terbesar di Nusantara.
Kecewa adalah hal yang biasa dalam hubungan antara rakyat dan negaranya. Selalu ada rakyat kecewa di setiap negara. Tapi sebagai Rakyat Indonesia, Putera/I Ibu PErtiwi, kita tak boleh berputus asa. Selama ada sumur di ladang, boleh kita menungpang mandi. Selama ada kendala menghadang, bisa kita diskusi lagi.
Selengkapnya : https://goo.gl/EMymMH
Diubah oleh bimakas 21-08-2017 23:49
anasabila memberi reputasi
1
1.1K
2
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Citizen Journalism
16.2KThread•14.7KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya