l4d13putAvatar border
TS
l4d13put
Sejak MA Dibakar, Marbot Tak Bisa Tidur: Dia Bersujud dan Minta Maaf Berulang-ulang
Sejak MA Dibakar Massa, Marbot Masjid Ini Tak Bisa Tidur: Dia Bersujud dan Minta Maaf Berulang-ulang


Senin, 7 Agustus 2017 15:07

TRIBUNJATENG.COM - Air sisa wudhu terlihat masih membasahi wajah dan janggut panjang pria 40 tahun saat ditemui Tribun di Musala Al Hidayah, Desa Hurip Jaya, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (5/8) siang.

Kedua bola matanya juga tampak memerah. "Tidak bisa tidur nyenyak," kata pria yang disapa Rojali ini. Rojali merupakan pendiri sekaligus pengurus atau lebih dikenal marbot Musala Al Hidayah.

Rojali menjadi saksi kunci kasus dugaan pencurian amplifier di Musala Al Hidayah yang membuat MA kemudian menjadi bulan-bulanan massa pada Selasa (1/8) sore lalu.

Rojali lalu menceritakan kronologi peristiwa hilangnya amplifier musala hingga akhirnya MA diduga sebagai pelaku pencurian. Ia mengaku masih mengingat betul kejadian pada Selasa sekitar pukul 16.00 WIB, usai waktu salat Ashar. Sebab, pria yang belakangan diketahuinya berinisial MA tersebut masuk dan keluar musala tanpa menyapa atau pun memberi salam saat bertemu dengan dirinya.
Padahal, saat itu Rojali tengah membersihkan halaman musala. "Mari saya ceritakan supaya jelas semuanya," ucap Rojali saat mengajak keluar dari musala.

Ia menceritakan, MA datang ke musala beberapa menit setelah dirinya mengumandangkan adzan Ashar dan melaksanakan salat berjemaah dengan anaknUsai menunaikan salat Ashar, Rojali bertemu dengan MA. Saat itu, MA terlihat kebingungan lantaran mencari tempat berwudhu.

Saat itu Rojali pun tak berprasangka apa pun perihal pria yang tak dikenalnya itu. Lantas, ia mengambil selang air untuk diisi di dalam sebuah ember besar tidak jauh dari halaman musala. Ia menyiram permukaan tanah berdebu depan musala. Hal itu dilakukan karena pihaknya akan menyelenggarakan haul organisasi desa di dalam dan halaman musala pada malam hari itu.

Di tengah aktivitas menyiram air ke tanah di halaman depan musala, Rojali melihat MA mengambil air wudhu di sisi kanan musala.
Beberapa menit kemudian, Rojali kembali pergi mengecek warung pulsanya yang berada sekitar 10 meter di depan musala.
Tak lama kemudian ia kembali lagi ke dalam musala untuk menyelesaikan pekerjaan bersih-bersih persiapan haul.

Rojali kembali berpapasan muka dengan MA yang saat itu keluar meninggalkan musala. Namun, untuk kali kedua ia tidak melihat ada senyum maupun sapa dari MA.ya, Fahmi.

"Pas keluar ya biasa saja, saya tidak memerhatikan betul dia. Hanya lewat saja sudah," tuturnya.

Cek sound system

Tidak lama kemudian, paman Rojali, Zainudin (54) datang ke musala untuk membantu mengecek peralatan sound system yang akan digunakan untuk acara haul malam itu.

Rojali baru tersadar satu amplifier musala tidak ada di tempatnya, di samping ruang imam. "Saya bilang ke mamang (pamam) saya, ada kok tadi. Saya adzan Ashar kan pakai itu. Saya cek ke dalam, ternyata memang enggak ada," ujar Rojali.

"Saya baru ingat ada laki-laki itu karena hanya dia sendirian yang masuk ke sini terakhir. Saat salat Ashar pun saya hanya berdua sama anak saya," jelas pegawai perusahaan minyak sawit di Pondok Ungu itu. Karena tahu amplifier musala telah hilang, Rojali memberitahukan kepada sejumlah pemuda setempat untuk melakukan pencarian terhadap MA yang diduga sebagai pelaku pencuri amplifier musala.
Ia hanya menyebut MA mengendarai sepeda motor bebek merk Revo warna merah.

Selain itu, diperkirakan amplifier yang dibawa akan tampak dari luar jika dibawa dengan sepeda motor. Ia bersama belasan pemuda dengan mengendarai sekitar tujuh sepeda motor berpencar keliling desa untuk mencari MA.

"Ampli-nya lumayan besar. Jadi saya pikir akan ditaruh di antara jok motor dan setang. Saya mintakan bantuan untuk menemui sepeda motor bebek warna merah," kata dia.

Lihat motor merah

Tiba-tiba, di tengah perjalanan kembali ke musala, Rojali melihat sepeda motor dan pengendara dengan ciri-ciri seperti yang ditemuinya di musala. Lantas, ia berputar balik dan tancap gas mengejarsepeda motor diduga pelaku pencuri amplifier musala tersebut. Begitu mendekat, Rojali memepet sepeda motor merah tersebut seraya berteriak, "Hai, itu amplifier saya."

Bukannya berhenti, pengendara sepeda motor bebek warna merah itu justru berusaha melarikan diri dengan memacu kendaraannya. Sejumlah warga dengan sepeda motornya di tepi jalan melihat kejadian itu. Lantas, mereka ikut bergabung melakukan pengejaran.
Kejar-kejaran dari sejumlah warga terhadap sepeda motor yang dikendarai MA tak terelakkan. Pengejaran terjadi hingga 500 meter sebelum akhirnya MA menghentikan laju sepeda motornya di tepi kali.

Saat pengejaran itu, Rojali mengaku sama sekali tidak pernah berteriak 'maling' kepada MA.

Teriakan maling justru terjadi saat sejumlah warga yang didominasi anak muda sudah berkumpul di tepi kali tempat MA menceburkan diri.
"Saya saat itu juga ikut mengejar. Tapi Demi Allah, Demi Rasulullah, saya tidak meneriaki dia. Justru saya meminta agar dia dilepaskan dan amplifier Musala bisa kembali," kata dia dengan suara tegas.

Bersujud
Bogem mentah tidak dapat dihindari, saat MA keluar dari kali dan tersungkur di jalanan. Rojali masuk ke dalam kerumunan dan meminta tokoh masyarakat setempat menenangkan massa. Beberapa pukulan juga sempat melayang ke arah belakang Rojali dan tokoh agama yang berada untuk melindungi MA.

"MA sempat bangun dan bersujud minta maaf di hadapan saya. Dia bilang minta maaf berulang kali," ucap lirih Rojali.

Selanjutnya, suasana di lokasi kejadian untuk beberapa saat mulai tenang ketika tokoh masyarakat hadir dan akan membawa MA ke Balai Desa setempat untuk dilindungi. Rojali mempercayakan langkah selanjutnya kepada tokoh setempat untuk penanganan selanjutnya. Ia lalu kembali ke motor MA dan mengambil satu amplifier yang dibawa oleh MA.

"Saya baru tahu malamnya kalau dia dibakar. Demi Allah, itu biadab sekali. Tak pernah saya berpikir kalau akan berakhir seperti itu. Allah membalas perbuatan itu," ucapnya seraya jari telunjuknya menghadap ke atas.

Saat kembali ke sepeda motor, Rojali menemukan terdapat tiga buah amplifier yang dibawa oleh MA. Namun, hanya satu amplifier musala yang dikenali Rojali. Ia pun mengambil amplifier tersebut untuk dikembalikan ke musala.

"Di Musala ini, hanya satu yang hilang, tidak ada lagi. Dua amplifier lainnya di motor dia, saya tidak tahu dari mana. Saya tidak mau berburuk sangka," tandasnya.

Tidak rusak

Rojali meyakinkan, amplifier yang dibawa oleh MA tidak dalam kondisi rusak. Itu terbukti saat ia bisa menggunakan pengeras suara dengan amplifier sebagai perangkatnya saat mengumandangkan adzan Salat Ashar sebelum kejadian. Selain itu, tidak ada warga sekitar yang memesan jasa MA untuk memperbaiki amplifier musala.

Menurut Rojali, jikalau amplifier rusak, maka pamannya, Zainudin, yang akan memperbaikinya. Zainudin terbilang mempunyai keahlian itu.
Bukan hanya itu, tempat tinggal MA yang berada di Cikarang Utara terbilang sangat jauh dari Musala Al Hidayah, yakni berjarak sekitar 25 kilometer.
Para warga di sekitar musala pun tidak ada yang mengenal maupun mengetahui jika MA berprofesi sebagai tukang reparasi alat elektronik seperti amplifier.

================================================================
Komen TS

Banyak sekali kejanggalan pada keterangan marbot.

Dia kan lagi di halaman mushola saat korban akan pergi meninggalkan mushola.

Kejadiannya gwa yakin ga kyak gitu, tapi:

"Pas lagi nyapu, denger suara motor dinyalakan, terus marbot menoleh ke arah korban yang meninggalkan mushola dengan sepeda motor. Pas lihat ada ampli di atas jok motor, langsung deh reflek tereak woiiiiiiiiiiii maling."
Diubah oleh l4d13put 07-08-2017 20:25
0
35.1K
234
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.7KThread40.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.