BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Israel bongkar detektor logam di Masjid Al-Aqsa

Polisi Israeli membongkar detektor logam di luar Masjid Al-Aqsa, Jerusalem, Selasa (25/7/2017) subuh.
Konflik di kawasan Masjid Al-Aqsa sepertinya bergerak selangkah menuju penyelesaian. Pada Senin (24/7/2017) tengah malam, pemerintah Israel memutuskan untuk membongkar gerbang pendeteksi logam yang menjadi awal terjadinya pertikaian dengan rakyat Palestina sejak pekan lalu.

Keputusan untuk membongkar detektor logam yang dipasang pada pintu masuk ke Masjid Al-Aqsa tersebut diambil setelah rapat Kabinet Keamanan selama empat jam yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

"Kabinet Keamanan menerima rekomendasi dari semua badan keamanan untuk melibatkan pengaturan keamanan berdasarkan teknologi maju (smart check) dan cara lain tanpa detektor metal," pemerintah Israel mengumumkan pada Selasa (25/7) pagi, dikutip AP (h/t Time.com).

Kabinet Keamanan menambahkan, sistem keamanan dengan teknologi maju itu "bisa menjamin keselamatan pengunjung dan orang-orang yang beribadah" di kawasan suci tersebut.

Hingga fitur baru tersebut selesai dipasang, lanjut mereka, Israel akan menambah jumlah aparat kepolisian untuk menjaga area tersebut.

Laman Haaretz mengabarkan, sistem keamanan tersebut berupa kamera pintar yang mampu mengenali wajah dan mendeteksi barang-barang yang disembunyikan.

Israel telah menyiapkan dana sekitar 100 juta shekel (Rp373 miliar) untuk memasangnya. Dana tersebut diberikan kepada Kepolisian Israel dan Kementerian Keamanan Publik.

Beberapa kamera pemantau (CCTV) yang telah dipasang akan dicopotkan juga, tetapi tidak semuanya.

Hal itu membuat direktur Masjid Al-Aqsa, Syekh Najeh Bakirat, meradang. Ia menegaskan langkah pemerintah Israel itu tidak memenuhi tuntutan warga Muslim Palestina karena masih ada kamera yang dipasang.

Syekh Raed Saleh, seorang ofisial Al-Aqsa, juga menyatakan bahwa bangsa Palestina tidak akan menerima status saat ini, kecuali jika semua yang ditambahkan (dipasang) setelah 14 Juli di daerah tersebut dilepas kembali oleh Israel.

"Gambaran hingga momen ini tidak tampak jelas. Mereka melakukannya (mencopot detektor dan sebagian kamera, red.) pada tengah malam, ditutupi kegelapan. Hanya Tuhan yang tahu apa yang bakal terlihat saat kami bangun pagi nanti," kata Saleh kepada Aljazeera.

Seorang pria Palestina, Senin (24/7/2017), tampak salat di sebelah gerbang menuju Masjid Al-Aqsa yang ditutup pemerintah Israel.
Detektor logam dan kamera tersebut dipasang di kawasan suci yang disebut umat Islam sebagai al-Haram asy-Syarif dan Bukit Rumah Suci bagi orang Yahudi tempat Temple Mount berada itu setelah terjadi serangan oleh tiga orang bersenjata yang menewaskan dua polisi Israel pada Jumat (14/7).

Kekerasan pun tak terelakkan dan pada Jumat (21/7) tiga warga Palestina tewas dalam bentrokan dengan petugas keamanan Israel.

Pada hari yang sama, tiga warga Israel ditusuk mati oleh seorang pria Palestina di Tepi Barat.

Warga Palestina dan umat Islam di dunia, termasuk Indonesia, langsung bereaksi keras terhadap tindakan Israel tersebut.

"Indonesia mengecam keras, sekali lagi, Indonesia mengecam keras pembatasan beribadah di Masjid Al-Aqsa," tegas Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, di Yogyakarta, Sabtu (22/7), seperti dikutip Kumparan.

"Indonesia meminta kepada PBB, kepada Sekjen PBB, agar Dewan Keamanan PBB dapat segera melakukan sidang untuk membahas krisis yang ada di kompleks Masjid Al-Aqsa."

Pemerintah Israel yang dipimpin Mahmoud Abbas membekukan hubungan dengan Israel dan menutup semua jalur komunikasi.

Konflik melebar ke negara tetangga ketika petugas keamanan di kedutaan Israel di Amman menembak mati dua warga Yordania yang mencoba menusuknya menggunakan obeng pada Minggu (23/7). Kerajaan Yordania adalah pemegang mandat sebagai penjaga kawasan Al-Haram asy-Syarif serta Masjid Al-Aqsa di dalamnya.

Krisis tersebut membuat hubungan Israel-Yordania menjadi tegang, namun berhasil dicairkan kembali ketika Netanyahu menghubungi langsung penguasa Yordania, Raja Abdullah II pada Senin (24/7).

Menurut The Washington Post, dalam pembicaraan melalui telepon, Raja Abdullah II menekan Netanyahu agar "menghilangkan penyebab" krisis terbaru ini.

Setelah berbicara dengan Raja Abdullah II, Netanyahu lalu melangsungkan rapat kabinet keamanan dan keputusan menyingkirkan detektor logam serta beberapa kamera pun diambil.

Sementara itu, usai rapat Dewan Keamanan PBB pada Senin (24/7), utusan PBB untuk Timur Tengah, Nikolay Mladenov, menyatakan PBB mendorong agar solusi krisis segera ditemukan selambat-lambatnya pada Jumat pekan ini (28/7).

"Saya pikir situasi berbahaya di tanah itu akan meningkat jika tidak ada resolusi dari krisis ini sebelum salat Jumat dilakukan," jelas Mladenov dinukil BBC (25/7).

Ia menegaskan agar orang tidak beranggapan bahwa itu hanya sebuah peristiwa di sebuah daerah kecil saja. Insiden di kawasan suci tersebut, betapapun kecilnya, bisa mempengaruhi emosi satu miliar penduduk di berbagai belahan dunia.

"Ini berpotensi menjadi bencana besar yang bergerak melewati batas Kota Tua, melewati Israel dan Palestina, bahkan jauh melewati Timur Tengah sendiri," pungkas Mladenov.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...masjid-al-aqsa

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Pansus Hak Angket KPK minus Gerindra, tinggal partai pro pemerintah

- Adhyaksa tolak tudingan ada gerakan radikal di Pramuka

- Grab genjot GrabPay untuk balap GoPay

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
25.2K
199
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Beritagar.id
Beritagar.id
icon
13.4KThread730Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.