Saat itu, Sam Witwicky mengantar beberapa Autobot ke sebuah lokasi pelepasan pesawat ulang alik. Sam yang sudah beberapa kali berjuang bersama Autobot untuk mengalahkan kelompok Decepticon, harus merelakan kepergian Optimus Prime dan kelompoknya Autobot pulang ke planet asal mereka. Alasannya, pemerintah meyakini bahwa keberadaan merekalah (para Autobot) yang sebenarnya justru mengundang kedatangan para Decepticon, sehingga mengakibatkan konflik antara kelompok Autobot dan Decepticon di bumi.

Sebelum Optimus pergi, dia berkata kepada Sam, “Kau adalah temanku. Kau akan selalu jadi temanku. Tapi pemimpin (pemerintah) mu sudah berbicara dan membuat keputusan. Ini akan jadi peperanganmu melawan Decepticon.”

Seymour Simmons, seorang mantan agen Sector 7 yang sudah diberhentikan mendekati Sam dan berkata, “Di tahun-tahun berikutnya, mereka (Autobot) akan bertanya kepada kita: Kemana kalian saat Decepticon mengambil alih planet bumi? Maka kita akan berkata: Kami hanya berdiri dan melihatnya.”

Beberapa hari kemudian, kelompok Decepticon mulai bergerak dan menyerang bumi. Chicago hancur karena serangan pasukan alien yang dibawa Decepticon. Sam bingung. Manusia bingung. Pemerintah pun bingung. Bumi hampir diambil alih oleh Decepticon.

Begitulah salah satu kisah di film Transformers.

Kisah itu menyiratkan makna, bahwa pemerintah tempat Sam tinggal telah melakukan kesalahan dengan menduga bahwa kelompok Autobot adalah musuh. Padahal ia adalah teman. Keterlanjuran pemerintah mengusir kelompok Autobot telah menjadikan Decepticon semakin leluasa untuk menguasai bumi.



Saat ini Pemerintah telah membubarkan kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Oleh pemerintah, kelompok ini dinilai membahayakan Indonesia, anti Pancasila dan anti NKRI. Padahal, melalui juru bicaranya, Ustadz Ismail Yusanto, HTI tidak anti Pancasila dan NKRI. Justru apa yang selama ini diperjuangkan HTI sangat sejalan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila. Bukan hanya sejalan dengan nilai Pancasila, tetapi HTI juga benar-benar ingin mengembalikan apa yang menjadi hak rakyat kepada rakyat.

Bahkan HTI adalah kelompok terdepan yang mendorong pemerintah segera menindak kelompok-kelompok separatis Papua, di saat banyak kelompok di Indonesia tidak begitu mempedulikan. HTI juga menjadi kelompok terdepan dalam menyerukan agar Indonesia segera melepas kerja sama dengan Freeport, karena perusahaan tersebut lebih banyak merugikan bangsa Indonesia, khususnya rakyat Papua. Padahal, kelompok yang selama ini menyuarakan bahwa HTI ingin menghancurkan NKRI, sama sekali tidak pernah terdengar perjuangannya dalam mengusir Freeport yang sudah jelas-jelas merugikan Indonesia.

HTI juga begitu terdepan dalam penolakan kenaikan harga BBM dan tarif listrik oleh pemerintah. Sebab, dalam pandangan HTI, hal tersebut bisa menzalimi rakyat. Dalam kasus ini, bisa dilihat kelompok mana yang paling keras suaranya? Tentu hanya HTI. Bahkan HTI bisa membantah berbagai macam alasan kenaikan harga BBM dan tarif listrik dan menganggapnya sebagai penipuan terhadap rakyat. Sebab, alasan utama pencabutan subsidi adalah karena itu sudah menjadi doktrin ideologi kapitalis-liberal yang harus diwujudkan. Jika tidak diwujudkan, maka Indonesia akan ambruk dan ditinggalkan banyak negara penganut ideologi busuk ini.

HTI juga menolak upaya legalisasi LGBT (Lesbian, Gay, Biseks, dan Transgender), karena hal tersebut merupakan bentuk kerusakan moral dan bisa memancing kerusakan moral di Indonesia. Apa jadinya jika di Indonesia banyak yang melakukan LGBT? Apakah yang semacam itu sesuai dengan Pancasila?

HTI juga senantiasa mengingatkan akan berbagai macam bentuk kerja sama dengan asing dan lembaga keuangan dunia. Sebab, hal itu merupakan jalan bagi asing untuk menjajah Indonesia. Bagaimana bisa, Indonesia yang kaya sumber daya alam tetapi justru malah mengemis bantuan dari luar negeri?

Aktivis HTI di tingkat bawah juga senantiasa berjuang mendidik rakyat Indonesia agar mereka menjadi seorang muslim yang baik, cerdas, dan berakhlak mulia. Mereka tidak hentinya berjuang agar rakyat kebanyakan bisa semakin dekat dengan Tuhannya (Allah swt), dan menjauhi berbagai kemaksiyatan yang berpotensi merusak moral.

HTI justru menunjukkan bahwa bahaya itu datang dari ideologi kapitalis yang saat ini, dianut dan dijaga oleh negara. Negara ini harus melepaskan ideologi kotor ini. Ideologi kapitalis-liberal-lah yang menjadi penyebab munculnya persoalan Freeport dan separatis Papua. Ideologi kapitalis-liberal-lah yang menjadi penyebab rusaknya moral SDM Indonesia, mulai dari rakyat hingga pejabat. Inilah musuh utama bangsa Indonesia yang dijajakan oleh orang-orang asing. Inilah yang selalu diingatkan oleh HTI.

Tapi semua ini rupanya tidak dianggap apa-apa oleh beberapa pihak. HTI tetap harus ditolak dan dibubarkan. Tidak boleh lagi bersuara. HTI harus diberantas.

Mereka menuduh HTI secara subjektif, sepihak, terburu-buru, dan bertindak kepadanya bagaikan tiran. Mereka tidak mau duduk bersama dengan HTI untuk membuktikan tuduhan-tuduhan tersebut. Sungguh sebuah kekalahan intelektual, kekalahan sejak dalam fikiran, suatu hal yang fitri dan mendasar dalam diri manusia.

Namun, semua tetap kembali kepada rakyat. Bagaimana rakyat akan melihat hal ini, apakah HTI sahabat Indonesia, ataukah rakyat akan memandang HTI sebagai musuh Indonesia.

Namun juga perlu direnungi kembali, sebagaimana kisah Sam di atas. Agen Simmons berkata kepada Sam Witwicky, “Di tahun-tahun berikutnya, mereka (Autobot) akan bertanya kepada kita: Kemana kalian saat Decepticon mengambil alih planet bumi? Maka kita akan berkata: Kami hanya berdiri dan melihatnya.”

Kelak, ketika Indonesia semakin kehabisan kekayaan alam, semakin hancur moral rakyat dan pejabat, saat itu barangkali kelompok HTI akan bertanya kepada rakyat Indonesia, “Kemana kalian ketika sumber daya alam kalian dikuras dan sumber daya manusia kalian dirusak?” Mungkin saat itu, mereka akan berkata, “Kami hanya bisa berdiri dan melihatnya.”