m60e38Avatar border
TS
m60e38
[FR] MINI GATH SFTH 2017 | TAMAN MINI INDONESIA INDAH
[FR] MINI GATH SFTH 2017 | TAMAN MINI INDONESIA INDAH


    Pendaran cahaya Sol masih begitu malu menatap Gaia yang haus akan kehangatannya pagi ini. Masih jam-lima-lewat-dua-menit, setidaknya itu yang terlihat dari layar ponsel D6503 ini. Kulihat Aluna saat ini tengah menatapku di atas rambut panjangnya yang begitu acak-acakan. Ia tersenyum seraya menghampiriku yang baru saja memasuki kamar ini.

    “Sayang, berangkat jam berapa ke sana?” tanya Aluna seraya menggenggam tanganku di pagi yang begitu cerah ini.

    “Jam setengah-sembilan aja sayang,” sahutku ringan, “jadi masih ada waktu istirahat dulu sebentar.”

    Tanggal 26 Februari 2016. Ada sesuatu yang begitu kutunggu sejak satu bulan terakhir ini. Betapa tidak, hari ini adalah hari Ahad yang begitu spesial. Teringat salah satu threadku di Kaskus mengenai Mini Gath SFTH 2017yang diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah.

    Syukurlah. Langit tampak cerah di Serpong pagi ini. Semoga saja hari ini tidak turun hujan hingga selesai acara. Terbayang, betapa nikmatnya bergelut dengan canda tawa bersama kawan-kawan baru yang datang dari berbagai sub forum Kaskus ini.

    Rasa tidak sabar itu terkadang terkalahkan oleh rasa gugup yang masih saja menyelimutiku. Jujur, ini adalah kali kedua aku mengajak Aluna untuk datang ke acara kopi darat. Di mana sebelumnya aku menghadiri acara serupa di Sumareccon Mall Bekasi bulan lalu dan aku mengajak Istri sah yang baru kunikahi Juni 2016 kemarin. Terkadang, ada rasa malu dan juga takut yang menyelimutiku. Tak jarang juga ada rasa antusias.

    Apapun itu, Aluna adalah wanita yang begitu luar biasa untukku. Dan ia benar-benar bersedia menemaniku mengarungi lelah sejak dua minggu terakhir. Setidaknya menggantikan posisi Cauthelia, itu yang selalu ia katakan seraya senyum yang mengembang begitu indah dari bibir tipisnya.

*****


    0830. Tidak terasa begitu cepat waktu berlalu hingga akhirnya tibalah waktu kami harus bertolak dari salah satu perumahan besutan Sinarmas yang berdiri angkuh di atas tanah ini. Dengan memesan layanan taksi daring, kami pun berniat segera tiba di lokasi tepat waktu, setidaknya satu jam sebelum acara dimulai.

    Hanya berselang lima menit, deru mesin empat-silinder-segaris berkapasitas seribu-tiga-ratus-centimeter-kubik terdengar langsam dari depan rumah yang sudah hampir dua tahun tidak kutempati lagi ini. Aku lalu mengenggam pelan tangan Aluna untuk segera menuju ke mobil tersebut agar bisa tiba di Taman Mini Indonesia Indah sebelum jam 1100.

    “Mendung gak ya?” tanya Aluna pelan, aku menatapnya sekilas seraya tersenyum, “senyum doang nih, gak jelas deh.”

    “Gak tahu sayang,” ujarku pelan seraya menggenggam pelan tangannya, “yang penting Insya Allah yang dateng banyak ya, biar seru.”

    “Aamiin,” ujarnya lalu mencium punggung tanganku.

    “Tapi acaranya boring gak ya Pap?” tanyanya lagi.

    Aku menggeleng pelan, “Pap yakin kok Mam, pasti lebih seru dari acara CI kemaren, secara kan Pap udah banyak kenal sama orang di sana.”

    “Tapi kan Dede malu Pap,” ujar Aluna, wajahnya polos tanpa pemoles itu memerah seraya ia mengerucutkan bibirnya.

    “Yaudah, Mam diem aja di sana ya, biar Pap yang bawel deh,” ujarku, “soalnya Pap yakin di sana rame, jadi konsentrasi pasti pecah, takutnya ada grouping terus jadi kelompok kecil gitu.”

    Kuhela napas panjang. Sejenak lalu aku menatap ke arah jalan, “tapi yaudah lah, namanya juga kopdar, semoga aja acaranya seru.”

*****


    Perjalanan dari Serpong menuju Taman Mini Indonesia Indah memakan waktu hampir satu setengah jam. Sebenarnya, jalan tol dari Serpong ke Bintaro lalu lanjut ke Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta tidak seberapa padat, tetapi supir taksi online yang kutumpangi kali ini rupanya begitu hati-hati menggelindingkan empat roda bundar berukuran 185/55 R14 yang terpasang kencang untuk merobek hot mix ini.

    Beberapa kali Aluna mengeluh, ia mengatakan dan malah menyarankan aku untuk menyetir kendaraan ini agar cepat sampai. Tetapi justru itu salah satu kenikmatan menggunakan taksi online, karena tidak perlu lelah menyetir kendaraan sendiri.

    Jam 1000, setelah penantian yang cukup panjang, dan sedikit kemacetan saat keluar dari jalan tol, akhirnya kami pun tiba di Taman Mini Indonesia Indah, dan masuk melalui pintu 3 yang berarti kami berada di sebelah kanan dari pintu 1 dan Tugu Api Pancasila, tempat yang dijanjikan untuk berkumpul.

    Kubukan aplikasi WhatsApp di ponsel yang kugenggam saat ini, terlihat salah satu peserta kopdar telah datang sejak awal. Kumainkan jempolku di atas matriks LCD ini untuk mengetik beberapa patah kata, “Gan, posisi ada di mana?” Tentu saja, pesan itu kutujukan untuk fenrirlens.

    Satu menit. Dua menit. Lima menit.

    Tidak ada balasan satupun di grup WhatsApp tersebut. Akhirnya aku memutuskan untuk menurunkan beberapa barang di salah satu tribun di dekat tenda yang terpasang di bagian kanan tugu tersebut. Setelah aku menurunkan semua barang bawaan, aku pun memutuskan untuk mengumpulkan beberapa orang lagi agar bisa membuat sebuah kerumunan.

    Salah satu peserta berada di dekat tenda, ia tampak sedang menikmati kopi hitam dari gelas plastik yang berada di sebelahnya. Ia mengenakan jaket berwarna biru dengan kacamata yang tampak ia selalu gunakan. Setelah beberapa sapaan via WhatsApp, aku pun menghampirinya, ia adalah doyank.

    Tidak lama kemudian, salah satu peserta juga datang. Beberapa kali meneleponku untuk menanyakan arah, dan akhirnya dengan lambaian tangan, ia pun mengampiriku dari kejauhan, ia adalah labaraja. Kami berempat datang di lokasi ini pada pukul 1000, di susul dengan peserta yang tadi datang pertama kali lalu kami menghubungi Mbak radhekayang merupakan panitia penyelenggaraan kopdar SFTH kali ini.

    Beberapa kali aku menghubunginya melalui WhatsApp, akhirnya ditentukan bahwa ia berada di sisi kiri tugu ini. Dan akhirnya kami berlima pindah menghampiri Mbak Radheka yang ternyata sudah berkumpul juga dengan beberapa orang yang tampak sedang bersenda gurau di sana.

*****


    Jam 1100, sesuai dengan jadwal, peserta mulai berdatangan. Kami pun mengisi absen satu persatu untuk mengetahui siapa saja yang datang di acara tersebut. Aku bahkan mengenal beberapa orang yang berada di sana, saat itu kami mulai bertegur sapa satu sama lainnya, dan tidak lupa aku mengenalkan Aluna yang saat ini kubawa.

    Ia tampak begitu sederhana di atas baju gamis berwarna peachyang ia kenakan. Sesekali ia mengembangkan senyum kepada peserta kopdar yang menghampirinya. Ia tidak banyak berbicara kepada banyak orang, seperti biasa. Ia hanya begitu ramai apabila berada bersamaku dan juga Cauthelia.

****


    Pukul 1130, hari sudah semakin siang. Peserta kopdar pun makin banyak yang hadir. Panitia bahkan mempersiapkan terpal untuk kami duduk pada acara ini. Beberapa kali aku melihat Jam Seiko Alba yang terpasang di pergelangan tangan kananku seraya memberikan isyarat untuk segera memulai acara ini.

    “Mas Tama,” panggil Radheka, “mau dibuka sekarang ato setelah Sholat Dzuhur?”

    “Nanti aja Mbak, biar sekalian,” sahutku ringan.

    “Tapi, buka dulu aja deh Mas, baru nanti ngumpul lagi,” ujarnya seraya memandang ke arah peserta.

    Aku mengangguk. Menyetujui keputusannya. Dan akhirnya aku memanggil teman-teman yang hadir untuk memperhatikan Radheka yang saat itu langsung mencetuskan suaranya di antara riuhnya pengunjung Taman Mini Indonesia Indah siang ini.

    “Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh,” ujarnya.

    “’Alaikumsalam Warahmatuhllah Wabarakatuh,” jawab sebagian besar peserta kopdar.

    “Berhubung udah siang, maka acaranya kita buka,” ujarnya, “dan biasanya namanya pembukaan itu ada berdoa bersama biar lancar,” ujar Radheka seraya memandangku.

    “Untuk masalah doa, kita serahin aja ke Mas Tama.”

    Kuhela napas pendek seraya memandang ke arah lingkaran manusia yang telah terbentuk, “okay, pertama-tama makasih buat temen-temen yang udah sempetin waktunya buat dateng di acara kopdar SFTH siang ini.

    “Tujuan kita gak lain dan gak bukan adalah untuk mempererat tali silaturahim di antara penulis sama pembaca SFTH.”

    “Demi kelancaran acara, dan juga biar cuaca juga cerah, gak panas, mendung tapi gak ujan,” ujarku sambil tertawa.

    “Ye, itu mah banyak maunya gan,” ujar salah satu peserta kopdar, lalu tawapun pecah di antara kami.

    “Okay, maksud saya supaya cuaca cerah, acara lancar tanpa halangan, mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing,” ujarku. Aku mengambil napas beberapa kali seraya menatap ke arah mata mereka, “berdoa dimulai.”

    Setelah berdoa, kami pun segera menyusun rencana lanjutkan. Sesuai dengan agenda, jam 1200 hingga 1230 digunakan untuk Sholat Dzuhur terlebih dahulu, baru selanjutnya dilanjutkan dengan acara lainnya. Dan saat jam sudah menunjukkan pukul 1200, kami pun berpencar.

*****


    1240, kami sudah berkumpul kembali. Aku bahkan bertegur sapa begitu akrab dengan b234azm. Dia juga adalah salah satu peserta kopdar yang sering kutemui, dan satu-satunya peserta kopdar yang pernah bertemu secara personal dengan Aluna. Beberapa candaan juga tercipta di antara kami bertiga saat acara dimulai.

    Aku juga bertemu dengan beberapa orang, seperti .raffertha, sunyi., diansajah, bomcha, yudBaller26, teddy.milk20, tyazscream, sabna.tamara, irayanto, dan masih banyak lagi. Beberapa dari mereka pernah kutemui sebelumnya di acara lain yang serupa.

    Perkenalan pun dimulai. Satu per satu peserta memperkenalkan diri mereka. Mereka menyebutkan nama asli serta ID Kaskus mereka di depan. Riuh suara pengeras suara dari tengah tugu terkadang mendistorsikan suara bass yang begitu menggema, sehingga tidak semua peserta bisa kudengar suaranya. Terlebih aku berdiri di bagian belakang. Hingga, tibalah giliran aku memperkenalkan diri di depan peserta yang sejak tadi memperhatikan kehadiranku.

    “Attention please,” ujarku lantang, “Assalamualaikum, selamat siang,” sapaku kepada mereka.

    “’Alaikumsalam,” sahut mereka kompak.

    “Perkenalkan, saya nubie SR di Kaskus, saya tidak punya thread apa-apa di sana.”

    “Boong, Boong,” ujar salah satu bagian peserta.

    “Ini kan TS thread gathering, ayo ngaku,” ujar salah satu bagian lain.

    Aku tersenyum seraya menghela napas lalu menatap ke arah mereka, “well saya memang TS thread kopdar, nama saya Tama, ID saya m60e38.”

    “Saya salah satu penulis thread di SFTH, thread saya judulnya Kembalilah (Tak Terungkap), ada dua sesi yang pertama sudah tamat, dan yang kedua belum.”

*****


    Acara berjalan begitu meriah dari sudut pandangku. Ada banyak games yang diadakan oleh panitia. Salah satu yang membuat senyuman mengembang dari bibir Aluna adalah acara suap menyuap Beng-Beng, tentunya dengan hadiah yang sudah disiapkan oleh panitia.

    Acara selanjutnya adalah permainan peran. Ada lima peserta, termasuk aku yang maju ke depan. Hadiah yang diberikan pun sangat luar biasa, 1,200 GRP/BRP untuk pemenang pertama, 950 GRP/BRP untuk pemenang kedua, 740 GRP/BRP untuk pemenang ketiga, serta bingkisan untuk pemenang keempat.

    Aku mendapatkan peran sebagai orang yang sedang monolog di depan cermin. Peranku adalah sebagai mantan kekasih yang diputuskanoleh kekasihnya karena sang kekasih lebih memilih orang lain. Alih-alih berperan, aku malah melawak a la komika di depan sana. Setidaknya, ada tawa yang teruntai di antara peserta saat ini.

    Yang paling menarik adalah peran salah satu peserta yang mendapatkan adegan bertemu dengan cinta lamanya. Pada saat itu, peserta tersebut menyatakan perasaannya kepada Radheka. Saat itu, seluruh peserta begitu terhibur dan peserta tersebut mendapatkan juara pertama.

    Peran lainnya antara lain adalah orang yang ketahuan selingkuh. Ini cukup menarik juga karena ada adegan tamparan yang begitu menggelitik, serta terakhir adalah peran untuk adegan memutuskan hubungan oleh daniyalkhan sang Bollywood Enthusiast yang juga menggelitik.

*****


    Ada salah satu bagian acara yang membuatku begitu berpikir mengenai SFTH, ketika Radheka meminta dua orang, satu dari penulis dan satu dari pembaca untuk mengutarakan pikirannya mengenai Sub Forum tercinta ini. Dengan penuh percaya diri aku mulai maju ke depan.

    “Attention please,” ujarku seraya menyapa seluruh peserta kopdar, “Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh,” ujarku, mengucap salam yang langsung dijawab oleh peserta kopdar.

    “Saya sebagai salah satu penulis di SFTH ingin menyampaikan beberapa hal dari sisi penulis.”

    “Yang pertama dan paling utama adalah, saya sangat mengapresiasikan karya tulis teman-teman, karena menurut saya apapun tulisannya di SFTH, semuanya sangat bagus.”

    “Terlebih semenjak tulisan Keluarga Tak Kasat Mata melejit, banyak penulis yang berani menulis di SFTH.”

    “Tapi, sedikit banyak yang saya kritik adalah masalah penulisan yang sesuai ejaan, diksi, dan juga struktur kalimat yang masih banyak terdapat kesalahan.”

    “Meskipun saya pun tak pungkiri kalau saya juga masih banyak kesalahan di sana, tetapi setidaknya ada usaha untuk menuju ke sebuah karya tulis yang sesuai literatur.”

    “Faktanya pula adalah tidak banyak penulis yang memperhatikan hal teknis tersebut, beberapa dari mereka bahkan memiliki karya yang bagus, tetapi memang tidak banyak menarik minat pembaca.”

    “Tetapi, saran saya tidak perlu dipikirkan, yang penting adalah, semua tulisan di SFTH adalah tulisan dengan cerita yang bagus, dan saya sangat suka menghabiskan sedikit banyak waktu untuk membaca di sana.”

    “Saran saya ke depan, mungkin tim moderator beserta enthusiast yang hadir di sini bisa membuat program untuk penulisan karya tulis yang bagus, tentunya akan ada hadiah dari donator yang membuat semangat peserta.”

    “Dan yang paling utama adalah hal yang ditulis harus menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.”

    Segera setelah aku mengucapkan itu, giliran wakil dari pembaca yang maju untuk memberikan sedikit banyak masukan kepada penulis. Ia mengatakan bahwa, tidak mengapa tidak menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, yang paling penting adalah ceritanya menarik dan juga tidak kentang. Karena menurutnya, membaca sebuah cerita yang kentangsangat menyebalkan dan bisa menurunkan minat baca cerita di SFTH.

    Saat itu, para enthusiast melemparkan pertanyaan kepada peserta, adakah yang mau bertanya atau curhat mengenai SFTH? Atau sekadar sharing mengenai apa yang mereka baca? Sungguh, aku pun kecewa karena tidak ada seorangpun yang mengangkat tangan untuk sekadar bertanya. Sehingga sesi curhat dan tanya jawab yang harusnya dijadwalkan bisa terwujud akhirnya hilang.

*****


    Sesi terakhir adalah undian untuk dua unit ponsel Xiaomi Mi 4C Pink. Kebetulan ada seorang donator yang memberikan dua buah ponsel tersebut untuk dua orang yang beruntung pada acara kali ini. Salah satu pemenangnya adalah sang Bollywood Enthusiast. Sangat disayangkan, sang enthusiast enggan untuk memberikan kita gerakan Shah Rukh Khan di depan para peserta. Dan setelah itu, acara pun ditutup yang berbarengan dengan masuknya waktu Sholat ‘Ashar.

*****


    Kuhabiskan sedikit waktu yang tersisa bersama Aluna di tempat ini. Sungguh, banyak kenangan yang tercipta dari enam tahun yang lalu di tempat ini. Ia mendekap tanganku begitu mesra, sesekali ia menyandarkan kepalanya di bahuku, mengingat banyak peristiwa yang terjadi kepada kami.

    “Dede gak nyangka loh Pap, kalo akhirnya bisa kesini lagi sama Pap,” ujarnya seraya langkah kami memasuki anjunan Jawa Tengah yang saat ini berada di depan.

    “Iya Mam,” ujarku ringan, kusapu pandanganku ke segala arah di tempat ini, “terakhir kita ke sini inget banget Pap bolos kerja buat ketemu sama Mam, sama Elya juga.”

    “Iya, sampe temen kerja Dede ngira Elya itu Dede yah,” ujarnya lalu tertawa, ia lalu mendekapku, tanpa merasa canggung dan malu, “nyaman banget Pap,” ujarnya lirih di telingaku, seakan tidak peduli dengan beberapa orang yang tengah lalu lalang, melintas di belakang kami.

    “Yaudah Mam mau foto dulu kah?” tanyaku pelan, ia hanya mengangguk seraya menyerahkan ponselnya kepadaku. Seluruh sore ini benar-benar kami habiskan untuk berjalan-jalan dan berfoto-foto di sekitar sini.

    Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 1700 sore, saat itu Cauthelia sudah berjanji untuk menjemput kami di Taman Mini Indonesia Indah. Alih-alih menunggunya masuk ke dalam tempat ini, aku memilih untuk berjalan kaki bersama Aluna keluar dari area ini dan menunggu di depan Pintu 3. Saat itu, kami sempat menunggu di penghujung pintu masuk seraya memperhatikan kendaraan yang datang.

    Sebuah sedan F Segment hitam pun berhenti di depan kami. Nomor Polisinya benar-benar kuhafal, dan ia adalah benar-benar Cauthelia yang menjemput kami. Aku tersenyum seraya menghampirinya di kursi pengemudi. Jangankan beranjak, melepa sabuk pengamanpun urung ia lakukan. Ia malah memintaku untuk duduk di kursi belakang bersama Aluna.

    “Kali ini Dede yang jadi supir ya Pap,” ujarnya begitu manja saat senyuman manis yang begitu indah tersungging dari bibir tipisnya.

    Ia tidak mengarahkan kendaraan ini menuju ke jalan tol, ia berputar lagi dan memilih masuk ke dalam Taman Mini Indonesia Indah, berharap masih ada teman-teman peserta yang masih berada di sana pada sore itu. Ia bahkan memarkirkan mobil di dekat tempat kami berkumpul tadi, dan memang tidak ada siapapun saat ini di sana. Dengan wajah yang lesu, ia pun mengemudikan kendaraan ini hingga tiba di rumah.

    Teringat olehku mengenai absensi yang saat ini kubawa, seingatku ada beberapa lagi orang yang datang tetapi belum diabsen. Tidak apa, gumamku. Yang terpenting acara hari ini berjalan dengan lancar dan tanpa halangan. Aku sangat senang bisa berkumpul bersama teman-teman yang benar-benar menyempatkan waktunya untuk berkumpul, berbincang, dan bersenda gurau hari ini.

    Kebahagiaan ini pun ditutup oleh senyum kedua wanita terindah yang ada di hidupku, Cauthelia Nandya dan Aluna Amelia. Mereka benar-benar melengkapiku di saat apapun kubutuhkan. “Pap,” panggil Cauthelia pelan dari kursi pengemudi.

    “Iya Mam,” sahutku ringan.

    “Mam udah ngomong sama Ka Luna,” ujarnya pelan, “nanti bertiga lagi ya,” ujarnya seraya memandangku dari spion tengah. Bibirnya menyunggingkan senyum yang terukir jelas dari bibirnya.

    “Nah iya Pap,” sahut Aluna, seakan begitu senang dengan apa yang dikatakan oleh Cauthelia barusan.

   Kuhela napas panjang seraya menatap mata mereka satu persatu, “as you wish,” ujarku lalu mengangguk, seraya senyum mengembang dari bibir mereka.


Diubah oleh m60e38 05-03-2017 22:19
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
61.6K
710
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.