acabindonesiaAvatar border
TS
acabindonesia
Ada Berbagai Kelompok Tak Menyukai Pancasila


Provokasi yang mengarah ke penggantian ideologi negara, bahkan bernuansa makar, jadi pembicaraan terbuka di media sosial. Namun pemerintah belum menindak tegas pihak yang ingin mengganti Pancasila. ”Negara jangan diam!” Itulah permintaan salah satu guru bangsa yang tersisa di negeri ini, Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif. Berikut perbincangan dengan Buya, sapaan akrab lelaki yang tak gentar menyuarakan kebenaran itu.

Bagaimana Buya melihat provokasi bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) akhir-akhir ini?

Iya, mereka yang terlibat sebenarnya bukan rakyat. Namun justru orang-orang yang kita anggap tokoh. Mereka berpikir tidak stabil. Namun mudah-mudahan setelah pemilihan kepala daerah di DKI Jakarta, situasi agak tenang sedikit. Kenapa energi kita habis untuk Jakarta? Indonesia bukan hanya Jakarta, tidak bisa hanya memikirkan Jakarta.

Buya yakin situasi akan mereda?

Semestinya tidak ada lagi ribut-ribut. Namun itu akan tergantung kepada pemerintah, aparat, lembaga berwenang, serta masyarakat. Karena jika keadaan masih terus seperti ini, yang dirugikan adalah masyarakat.

Perbincangan dan isu SARA masih terlihat?

Soal SARA itu harus diredam. Itu bisa merusak masa depan bangsa, bisa menghancurkan pilar-pilar kebangsaan kita, Bhinneka Tunggal Ika kita. Orang-orang harus bersuara. Kita tidak mau bangsa ini didustai dengan cara-cara yang tidak benar. Kita katakan terus-menerus kebenaran supaya kelompok- kelompok yang radikal, yang berpikiran tidak stabil, mengerti bahwa mayoritas rakyat, sebagian besar rakyat, tidak suka dengan isu SARA. Itu harus disuarakan terus-menerus. Sayang, silent majority masih diam, diam saja. Saya sudah bersuara terusmenerus, sampai-sampai dihujat, dicaci maki. Namun biarkan saja, ndak masalah, ndak apa-apa. Kenapa harus takut? Tak usah takut. Lihat saja di media sosial, hujatan-hujatan SARA luar biasa. Hadapi saja. Jangan takut, demi masa depan bangsa yang aman, nyaman, damai.

Siapa yang harus bersuara?

Intelektual jangan diam, kampus jangan diam, ulama jangan diam, gereja jangan diam. Semua harus bersuara. Kita harus berbuat. Makin banyak yang menyuarakan kebinekaan kian baik. Sebab, kalau tidak ada yang bicara, disangka kelak hanya kelompok radikal yang menjadi juru bicara Indonesia. Itu ndak benar.

Apa yang harus disuarakan?

Intinya kebinekaan harus kita jaga, toleransi harus kita jaga. Bangsa ini satu, walaupun banyak suku. Ingat Sumpah Pemuda, kembali ke semangat Sumpah Pemuda, baru negara ini aman. Kalau lupa semangat Sumpah Pemuda, bangsa dan negara yang terdiri atas berbagai suku, agama, golongan, ras, bisa-bisa pecah tak keruan. Orang-orang, kelompok radikal, tidak mengerti sejarah Indonesia. Mereka tidak peduli Indonesia hancur, asal ambisi politik, syahwat politik, mereka tersalurkan. Itu jelas harus kita lawan. Kelompok tersebut kadang-kadang disokong partai politik, yang menurut pendapat saya, para politikusnya tak mau naik kelas menjadi negarawan.

Itu tampaknya bergulir sejak reformasi?

Sejak saat itu memang kelompok-kelompok sempalan, garis keras, seperti mendapat saluran dan kadang-kadang negara tidak berfungsi, aparat tidak berfungsi, sehingga yang muncul polisi-polisi swasta. Itu tak boleh kita biarkan.

Perlu dialog melibatkan semua pihak?

Sudah sering dialog-dialog seperti itu. Susah bertemu, kalau tak punya niat baik. Kecuali semua sama-sama punya niat baik mempertahankan keutuhan bangsa dan negara, mungkin bisa berdialog. Namun kalau tidak ada niat baik, tak ada gunanya. Sebab mereka sudah punya agenda jangka pendek yang destruktif, bahkan mau mengganti Pancasila. Saya bukan mengada-ada. Ada kelompok-kelompok yang memang tak suka Pancasila, tak suka demokrasi, tak suka pemilihan umum. Itu sudah jelas ada dan tertulis di mana-mana. Itu gerakan transnasional. Mereka terus terang kok. Ada dokumen tertulis, misalnya, demokrasi produk kafir dan lain-lain.

Bagaimana negara harus bersikap dan bertindak?

Negara jangan diam. Negara harus berfungsi melindungi Tanah Air, kembali ke Pembukaan UUD 1945, melindungi seluruh tumpah darah. Negara harus bertindak berdasarkan konstitusi. Pemerintah harus kompak. Nah, ini kadang-kadang pemerintah tak kompak, antara satu menteri dan menteri lain tidak ada kesesuaian. Itu titik lemah yang bisa dimanfaatkan kelompok tersebut.

Buya melihat penanaman kebencian pada negara dan SARA sudah dimulai sejak dini?

Betul. Beberapa sekolah, bahkan yang elite itu, radikal. Mereka tak mau menghormat bendera negara. Gila semua itu. Bahkan acuan mereka semacam ISIS. Itu kan gila? Negara gagal, negara rusak, kok mau dicontoh, apalagi atas nama agama. Agama dijadikan alat politik jangka pendek. Itu yang tidak benar.

Apa langkah nyata untuk mengatasi perkara itu?

Semua pihak, siapa saja, mari kita berpikir tenang, jernih. Hati boleh panas, tetapi kepala tetap tenang. Kita menghadapi masalah yang tidak kecil. Masa depan bangsa menjadi pertaruhan. Negara menjadi taruhan, kalau gerakan radikal liar tak dibendung. Mari kita kembali ke konstitusi. Negara dan bangsa ini harus kita pertahankan sampai kapan pun!

Sumur: http://berita.suaramerdeka.com/smcet...kai-pancasila/

Inilah mantan pemimpin Muhammadiyah sejati! Yang sekarang isinya maenan politik kotor semua, plus temenan ama kecoak wahabi yang suka meneror Pancasila! Fuck You Wahabi!emoticon-Blue Guy Bata (L)
Diubah oleh acabindonesia 30-04-2017 04:17
0
5.3K
61
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.