Di beberapa bagian dunia, hukuman mati sudah tidak dijalankan lagi dengan karena alasan pelanggaran HAM. Namun demikian, masih cukup banyak negara yang menjalankan hukuman mati.
Bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat, hukuman mati masih diberlakukan di beberapa negara bagian.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan kesadaran akan pelaksanaan hukuman mati yang tidak menyiksa, sekarang ini telah dikembangkan beberapa cara hukuman mati yang diharapkan mengurangi penderitaan saat-saat akhir pada terhukum.
Tapi, masih ada saja kesalahan dan kelalaian dalam pelaksanaan hukuman mati sehingga terhukum malah merasakan kesakitan ataupun tersiksa secara luar biasa sesaat sebelum ajal menjemput dan alasannya bisa bermacam-macam antara lain seperti dibawah ini...
Spoiler for Hukuman Gantung Memutuskan Kepala:
Hukuman Gantung Memutuskan Kepala
Eva Dugan menjadi terkenal karena menjadi satu-satunya wanita yang dihukum gantung di Arizona, sekaligus menjadi yang terakhir menjalankannya.
Ia ditangkap, didakwa, dan dijatuhi hukuman mati untuk pembunuhan Andrew J. Mathis, seorang lansia peternak ayam. Hukuman matinya dengan cara digantung.
Eva bersikeras tidak bersalah hingga kesempatannya habis dan pasrah menerima nasibnya. Ia tampak tenang ketika melangkah naik menuju tiang gantungan, bahkan meminta kepada pengawal saat itu, "Jangan memegang lengan saya terlalu kuat, nanti orang kira saya takut."
Ia agak mengayun ketika tali gantungan dikalungkan ke lehernya dan diketatkan. Ketika pintu lantai di bawahnya terbuka, kepalanya terlepas dari badannya dan bergulir ke pojok, dekat kaki para saksi.
Spoiler for Gagal Mencari Urat Nadi:
Gagal Mencari Urat Nadi
Seorang pria pembunuh bernama Romell Broom dari Ohio menyintas dari hukuman mati gagal pada 2009. Ia dijatuhi hukuman mati merudapaksa dan membunuh remaja berusia 14 tahun bernama Tryna Middleton yang diculiknya di Cleveland pada 1984 ketika remaja itu berjalan pulang dari menonton pertandingan sepak bola bersama dua temannya.
Gubernur Ted Strickland yang menjabat saat itu menghentikan pelaksanaan hukuman mati setelah petugas kewalahan mencari nadi terhukum selama 2 jam.
Terhukum mengaku ditusuk jarum suntik sebanyak 18 kali dengan sangat kesakitan hingga ia menjerit-jerit. Setelah 1 jam, pihak Department of Rehabilitation and Correction meminta dokter paruh waktu yang tidak berpengalaman ataupun terlatih hukuman mati untuk mencoba mencari nadi terhukum. Gagal lagi.
Broom kembali lagi ke daftar tunggu hukuman mati sejak kejadian itu. Ia mencoba mengajukan banding, tapi ditolak.
Spoiler for Tembakan Meleset:
Tembakan Meleset
Sekelompok penembak jitu meleset ketika melakukan eksekusi pada 1879 sehingga prosesnya menjadi berkepanjangan. Eksekusi terhadap pembunuh bernama Wallace Wilkerson di Utah itu pun menjadi pemberitaan
Wilkerson adalah seorang peternak yang dihukum mati karena pembunuhan William Baxter. Ia mengaku tidak bersalah hingga hari meninggal. Ia memilih dihukum tembak daripada digantung atau dipancung.
Pada hari pelaksanaan, Wilkerson didudukkan di atas kursi di pojok halaman penjara, sekitar 9 meter dari para penembak jitu. Ia pu menolak ditutup matanya atau diikat. Katanya, "Ini ucapan saya…saya bermaksud mati selayaknya seorang lelaki, melihat penembak saya di matanya."
Di dada Wilkerson, di atas bagian jantung, dipasang kertas bidik berukuran 7,5 centimeter. Ia berteriak, "Bidik jantungnya!" Ia mengangkat bahunya ketika menanti hujaman peluru sehingga kertas bidiknya ikut terangkat.
Tembakan yang datang tidak menewaskannya, hanya menjatuhkannya dari kursi. Ia berteriak, "Ya, Tuhan! Ya, Tuhan! Mereka luput!"
Ia sekarat berlumuran darah selama 27 menit. Harian Ogden Junction pun melaporkan secara sinis bahwa "guillotine Prancis tidak pernah gagal."
Spoiler for Dua Kali Hukuman Mati:
Dua Kali Hukuman Mati
Wiilie Francis dihukum mati dua kalau karena dugaan pembunuhan ahli farmasi berusia 53 tahun bernama Andrew Thomas di St. Martinville, Louisinana, pada 1944. Korban ditemukan meninggal di luar rumahnya dengan 5 luka tembakan jarak dekat.
Pada 3 Mei 1946, kursi listrik portabel yang dijuluki "Gruesome Gertie" dipersiapkan secara sembrono karena petugas persiapan yang bernama Kapten Ephie Foster dan narapidana ahli listrik bernama Vincent Venezia sedang mabuk.
Ketika saklar dipasang untuk membunuh Francis, terhukum hanya terguncang-guncang keras di kursinya. Ketika terlihat bahwa ia tidak akan mati, para petugas melepaskannya dan membawanya diperiksa oleh dokter saksi.
Setelah eksekusi yang gagal, seorang pengacara muda bernama Bertrand DeBlanc memutuskan untuk mengambil kasus Francis yang dilihatnya sebagai ketidakadilan.
Tapi, ia dan tim pengacaranya gagal sehingga Willie Francis digiring kembali ke kursi listrik pada 9 Mei 1947.
Spoiler for Terhukum Disuntik Bahan Pengawet:
Terhukum Disuntik Bahan Pengawet
Pada 2015, pihak Oklahoma Corrections Department menggunakan obat yang salah untuk menghentikan detak jantung terhukum mati. Mereka seharusnya menggunakan potasium klorida untuk menghentikan jantung Charles Frederick Warner, tapi malah menyuntikan potasium asetat.
Potasium asetat dipakai dalam pengawetan jenasah, mumifikasi, dan pembalseman, demikian menurut harian Oklahoman's yang menyelidiki laporan otopsi terhukum.
Pada saat pelaksanaan hukuman mati, terpidana pemerkosa dan pembunuh anak itu memerlukan 18 menit hingga akhirnya meninggal dunia.
Namun begitu, seorang wartawan yang hadir saat itu mengatakan sepertinya terhukum tidak merasa sakit dan tidak pernah mendongakkan kepalanya dan tidak kejang-kejang seperti yang dialami terhukum sebelumnya.
Spoiler for Letusan Nadi:
Letusan Nadi
Seorang terhukum mati terkena serangan jantung setelah pelaksana hukuman mati merobek nadinya saat pelaksaan suntikan mati. Pada 2014 di Oklahoma, Clayton Darrell Lockett yang berusia 38 tahun mendapat suntikan IV pada bagian selangkangan saat mulainya pemompaan campuran 3 zat pembunuh ke dalam tubuhnya.
Tapi nadinya meletus sehingga terhukum mengerang dan menggeliat selama 15 menit setelah mulainya hukuman. Petugas terpaksa menghentikan proses itu, tapi terhukum kemudian meninggal 43 menit setelah mulainya eksekusi.
Pihak negara bagian kemudian menunda pelaksaan hukuman mati bagi terhukum berikutnya pada hari itu. Presiden Obama juga meminta Jaksa Agung untuk mengkaji prosedurnya.