icecoffeejellyAvatar border
TS
icecoffeejelly
Minta pendapat sista tentang sikap keluarga si doi
Jadi pertama saya sebagai cowo selalu serius dalam menjalin hubungan tidak mau maen-maen sudah bukan jaman sma dulu.
Kami sudah berpacaran hampir 2 tahun mei ini anniv. Keluarga kami sudah saling kenal dan sama-sama ya istilahnya "menerima" hanya tinggal tunggu saya lebih matang paling engga punya pekerjaan tetap.

Awal pacaran, cewe saya ini memang spesial..sebelum jadian cewe saya sudah mau dijodohkan oleh orang tuanya karena calon besan merupakan pejabat daerah dan ortu cewe gw adalah pemborong. alhasil kalo menikah pasti proyek lebih lancar lah...tapi ternyata dari pihak cowo tersebut selingkuh 2x dan dilihat oleh ortu cewe gw sendiri. Cewe gw marah dan ga mau melanjutkan hubungan mereka padahal keluarga dia terancam tidak ada pemasukan.

Setelah beberapa bulan ane denger mereka gagal tunangan saya mulai pdkt (maklum saya juga jones lama banget hampir ga pernah pacaran serius). Banyak kompetitor tapi ya mungkin karena saya orang punya (bawa mobil dan cbr) dan doi sekelas jadi lebih gampang. Padahal di kampus saya terkenal jones,gendut dan ga gaul lah (nerd) dan doi merupakan istilahnya primadona di fakultas teknik, setelah pdkt 2 mingguan saya akhirnya nembak dan diterima. Pada saat PDKT saya sudah memberi peringatan kalo saya orangnya agak obsesif dan ga mau pacaran gonta ganti kaya baju tapi katanya dia terima apa adanya dan penilain doi ke ane kalo ane baik dan jelas bibit bobot bebetnya.

Yah banyak ups and down pada saat kami menjalani hubungan di kampus, mulai dari di jauhin dari temen2 gara2 kami lebih suka pacaran sendiri terutama kompetitor yang ga kepilih. Tapi kami jalanin berdua, pada saat itu keuangan keluarga doi masih baik jadi kami kalo date pasti gantian bayar bahkan kami sempat membuat tabungan bersama untuk pengeluaran sebulan, dari bensin mobil,makan,nonton dll di bayar dengan uang bersama. Karena ane gendut, ane sempet minder dan akhirnya mulai diet dan olahraga rutin. Doi lebih mengerti karena doi juga pernah gendut dan tidak disukai sama sekali.

Terlebih dari hal positif kami, karena dari 2 keluarga ini sangat berbeda, ane asli jawa dan doi asli palembang. Setiap kami cek cok selalu tidak terkontrol dan bahkan ane lebih takut pada saat doi marah mulai dari banting barang2 dsb. Prinsip ane sebagai laki2 itu pantang main tangan kalo lagi emosi tapi ane sering bentak doi yang menurut ane juga salah karena ane bukan ortu doi tidak punya hak sama sekali. Tapi kami bisa menerima kekurangan kami masing-masing.Mungkin masalah terselesaikan... tapi tidak ini baru di mulai..

Keluarga calon besan yg dulu gagal mulai mengancam dan memaksakan untuk dijodohkan lagi dengan cewe ane. Bahkan semua proyek dihentikan dan mulai keuangan keluarga doi terganggu. Mulai ane yg mencover kebutuhan doi kalo kurang (sejak kapan di jkt 700rb cukup untuk sebulan) Doi sering bohong ke ortunya kalo ga perlu trf karena doi masih ada tabungan padahal tidak ada karena doi merasa keuangan di sana lagi ga baik. Bahkan doi yg biasa sering belanja sempet disindir nyokap ane karena boros, jadi berubah bisa ngirit dan memanage uang lebih baik. Karena doi nurut dan selalu sopan kepada ortu ane, doi jadi disayangin ama ortu ane. Tiap kali ada acara keluarga pasti ikut (arisan,makan rekreasi) bahkan doi sempat menginap di rumah ane agak lama pada saat doi kena typus dan pada saat benar2 ga ada biaya.

Ane sendiri sempat diundang ke sana dan menginap di rumah doi selama seminggu. Ane sendiri merasa di perlakukan seperti anaknya sendiri bahkan dikenalkan ke keluarga besar mereka.Tapi disini mulai aneh adalah walaupun keluarga kami sudah dekat bahkan kedua keluarga bertemu pada saat kami wisuda bareng. Tidak pernah sekalipun keluarga doi menganggap ane sebagai calon menantu sedangkan keluarga kami sudah fix dengan cewe ane asalkan ane sudah punya pegangan kerjaan yg tetap. Bahkan kami sempat hampir putus pada saat bokap doi memaksa doi untuk putus dengan ane dan bertemu dengan anak pejabat daerah itu lagi. Lebih parah lagi ane sempat diancam dengan pejabat itu lewat telpon (well ancaman gitu mungkin work kalo ama keluarga biasa tapi tidak kepada kami karena kami dari keluarga militer). Doi sempet berantem dengan bokap doi dan tentunya keluarga kami merasa tersinggung dengan keluarga doi. Tapi badai sudah berlalu dan kami berpacaran seperti biasa hingga lulus kuliah dan keluarga kami bertemu secara langsung pada saat waktu wisuda (seperti yg disebutkan sebelumnya). Ane sendiri selalu berusaha untuk terlihat baik dan perhatian pada keluarga doi.

Masalah yang ane takuti mulai terjadi sekarang. Dimana ane dan doi baru lulus kuliah dan belum dapat rejeki mendapat pekerjaan. Doi harus balik ke palembang. Bokap doi juga menyetujui untuk doi cari kerja di Jakarta sehingga barang2 masih di rumah ane. Pada saat LDR mulai ane agak bertingkah karena tidak terbiasa selama seminggu tidak bertemu sama sekali padahal dulu pada saat di kampus hampir tiap hari bertemu. Tiap kali telpon selalu ribut dan cek cok hingga bulan kedua ane mulai tenang dan berusaha adaptasi dengan keadaan. Tetapi lambat laun komunikasi kami mulai meredup, tiap kali telpon tidak ada yg dibicarakan bahkan ane minta untuk basa-basi aja tapi doi malah marah "males buat apa ga ada gunanya" malah kadang telpon tapi hanya diam saja. Tapi kalau masalah chat doi masih agak sering bahkan selalu chat duluan dan ping kalau saya tidak jawab. Dulu mungkin doi selalu transparan masalah keluarga mereka tapi sekarang doi tidak pernah mau cerita keadaan disana. Ane yang mau kesana aja tidak diperbolehkan, "ngapain kesini udah tunggu aku ada panggilan interview ke Jakarta nanti ketemu".

Kemudian masalah menuntut ane kerja di perusahaan yg "wah". Memang ane lulus dengan ipk lumayan hampir cumlaude tapi menurut saya mencari pekerjaan sekarang tidak semudah itu. Tidak hanya nilai, background education dan skill melainkan koneksi dan hoki juga menjadi faktor. Doi yang nilai lebih tinggi aja sampai sekarang belum bekerja. Ane yang merasa frustasi dan down karena punya pacar pasti paling engga minta supportnya tapi karena doi merasa doi juga belum bekerja yang ada emosi juga. "Ya kalo misal aku sudah kerja dan masalah selesai kamu boleh ngeluh ke aku tapi aku juga blom kerja." Akhirnya bom meledak, ga ada angin tiba2 doi bilang di chat kalo setelah adeknya selesai UN akan ke Jakarta ngambil barang2 dan bekerja bantu bokapnya memborong dulu serta karena ada saudara yg kerja di Pemda Lubuk Linggau doi akan jadi honorer disana dulu sampai menunggu CPNS buka. Tentunya ane merasa "wah ini udah mulai bener-bener tambah jauh dari rencana awal kalo doi akan tinggal di Jakarta" Ane agak bersikeras tidak terima dengan rencana itu dan doi bilang "lah hak kamu apa kan itu perintah papa aku" jelas saya kaget dengan reaksi tersebut dan minta bantuan nyokap ane untuk klarifikasi dengan ortu doi. Tentunya kalo ortu pasti lebih bijak dengan tutur katanya ane sendiri mendengarkan kalo nyokap ane berbicara dengan baik-baik. Tetapi reaksi mereka malah negatif "Urusannya apa sih ikut campur? Terserah kami dong mau nikahin anak kami dengan siapa." Gila cuy keluarga kami yang sudah dekat gitu dengan gampangnya dibuang begitu saja. Doi bilang di chat "Ngapain ibu itu ngurusin urusan orang lain yang pacaran kita apa mereka? " lah menurut ane setiap kali ada sesuatu pasti bokapnya intervensi dengan hubungan kami, Mulai disuruh putus sepihak dan disuruh deketin anak pejabat itu lagi. Sekarang yang kemaren kasih janji bakal di jakarta aja malah disuruh balik dan ambil barang2 semua ke palembang. Untuk apa? biar ga ada yg ditahan? Sayangnya kami ribut sebelum barang2 diambil jadi dak tau nasib barang2 itu gmn sekarang. Tentunya ane sendiri masih sedih tiap kali ngeliat baju, make up, buku skripsi masih di kamar tamu semua.

Ane sudah minta pendapat dari mata pandang laki-laki yang menganjurkan untuk menyelesaikan hubungan yang sudah ga sehat karena menurut mereka keluarga mereka terlalu materialistis, menuntut hal yang menurut mereka harus "wah" dimata orang lain dan ortu doi yang sudah brainwash anaknya sendiri untuk berkorban demi ortu (pernikahan bisnis)

Bagi pendapat sista bagaimana? Menurut ane wajar beberapa cewe itu materialistis tapi dalam batas wajar dan ane sendiri sanggup dengan situasi keluarga ane tapi mungkin ini sudah berlebihan. Bahkan menyepelekan keluarga ane yang istilahkan bermartabat dengan tidak pernah menganggap ikatan silahturahmi yang sudah terjalin. Apakah masih pantas untuk dipertahankan? Karena jujur ane masih sayang dan kasihan doi harus diperlakukan selayaknya objek untuk bisnis keluarga mereka. Untuk doi, ane belum bisa tau perasaan doi karena terlalu banyak external pressure dari ortu mereka. Hubungan kami sedang gantung hampir seminggu, doi dan ane blom chat lagi dan sosmed tidak ada yg berubah. Mohon sarannya ya sis.

*Maaf cerita panjang dan mungkin kurang lengkap dan janggal, tetapi ini secara garis besar saja. Terima kasih
0
3.5K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Ask da Girls
Ask da Girls
icon
3.7KThreadā€¢5.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
Ā© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.