Presiden wanita pertama di Korea Selatan, Park Geun-Hye, hari ini dipecat dari jabatan presiden karena skandal korupsi. Ini pertama kalinya di Korsel seorang presiden wanita yang terpilih secara demokratis diturunkan dari jabatannya.

Mahkamah Agung Korea Selatan, Jumat (10/3/17), membuat keputusan bersejarah, yaitu mengukuhkan pemecatan Presiden Park Geun-hye.

Hari ini, Park resmi kehilangan jabatannya setelah majelis hakim MA bersepakat untuk mengukuhkan keputusan voting parlemen negeri itu yang diambil pada 9 Desember 2016.

Dengan pencopotan jabatan Park, maka roda pemerintahan akan diserahkan kepada perdana menteri sembari menunggu datangnya pemilu.

Pemecatan Park berarti pula Korsel harus segera menggelar pemilihan presiden baru yang akan diadakan dalam waktu 60 hari.

Pemecatan oleh parlemen tiga bulan silam, 9 Desember 2016, tidak langsung membuat Park kehilangan gelar presiden. Ia menolak langkah parlemen, tetapi juga keputusan akhir berada pada lembaga peradilan tertinggi negara, MA.

Langkah parlemen hari ini dikukuhkan oleh MA itu didahulu oleh penyidikan panjang oleh pihak yang hasilnya diumumkan pada 20 November 2016 bahwa Presiden Park memiliki peran dalam tindak pidana korupsi yang menjerat pemerintahannya.

Dengan hilangnya kekuasaannya, Ms. Park, 65, harus menghadapi dakwaan yang dikenakan kepadanya atas penyuapan, pemerasan, dan penyalahgunaan kekuasaan dengan berkonspirasi bersama teman masa kecilnya, Choi Soon-sil, mengumpulkan puluhan juta dolar dalam penyuapan terhadap bisnis sebesar Samsung.

Terakhir kalinya pemecatan Presiden itu terjadi tahun 1960, ketika polisi memecat Presiden Syngman Rhee di depan publik.

Ms. Park Gyun-he didemo massa di jalanan, mereka meminta pemimpin negara mereka mundur dari jabatannya yang tinggal setahun lagi. Mereka juga memberontak melawan perintah politis.



Ms. Park adalah anak dari pemimpin Korsel terdahulu (1961-1979). Ayahnya adalah penemu model kebangkita ekonomi, yang mentransformasi negara menjadi negara eksportir. Ayahnya juga dikenal sebagai diktator pada masanya.

Ms. Park terpilih pada tahun 2012 dengan dukungan dari penduduk Korsel konservatif yang sudah berusia tua, yang menghubung-hubungkan ayahnya sebagai pencetus kemajuan ekonomi di Korsel.

Tetapi hubungan industri dan kekuatan politis disalahgunakan oleh Ms. Park untuk tindakan kolusi (persekongkolan) yang berikutnya didakwa oleh parlemen dan Mahkamah Agung.

Skandal juga menyeret pemimpin Samsung, Lee Jae-yong, yang diindikasi terlibat penyuapan terhadap Ms. Park dan sekutunya, Ms. Choi.



Ini salah satu bukti demokrasi yang sesungguhnya. Tidak ada kekebalan hukum bagi siapapun dengan jabatan tertentu. Bila itu pemimpin negara sekalipun yang melakukan tindak korupsi atau kejahatan lainnya, hukum tetap bertindak.