Nama Novel Chaidir Hasan Bamukmin mendadak jadi bua bibir, setelah diperiksa sebagai saksi pelapor kasus penistaan agama yang menyeret Gubernur DKI Jakarta Non-aktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ceritanya berawal dari pelesetan nama Pizza Hut dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) menjadi Fitsa Hats.

Dalam BAP tersebut tertera bahwa Novel pernah bekerja di Fitsa Hats. Nama ini sempat membuat bingung lantaran belum pernah terdengar perusahaan Indonesia maupun asing bernama Fitsa Hats. Usut demi usut, nama Fitsa Hats ternyata diambil dari kata Pizza Hut, restoran asing asal Amerika Serikat, tempat di mana Novel pernah mengis duit dari perusahaan kafir itu sebagai Office Boy (OB).

Sontak, Fitsa Hats menjadi trending topic di Twitter karena ramai diperbincangkan para netizen. Meme dan ulasan lucu menjadi bahan tertawaan netizen.

Mendengar dirinya jadi bahan obrolan yang menggelikan itu, bukannya malu, Novel yang juga Sekretaris Dewan Syuro FPI itu malah tertawa terbahak-bahak. Novel mengaku belum melihat meme yang kini sudah terlanjur tersebar di media sosial tersebut.

“Ha ha ha. Ane (saya) belum lihat satu pun juga. Saya sibuk. Tolong kirim ke ane (saya) yah meme-nya. Jadi ane tahu tuh,” kata Novel saat dihubungi, Jakarta, Rabu (4/1/2017).

Kuat dugaan, pelesetan nama tersebut karena Novel malu punya pengalaman bekerja di perusahaan restoran asal Amerika Serikat yang kafir itu. Sudah perusahaan asing, pemimpin perusahaan pun kafir. Padahal, selama ini dirinya dan FPI paling gencar menolak pemimpin kafir dan asing. Bukankah ini suatu kekonyolan dan blunder akut dari seorang Novel?

Habib Palsu

Tidak hanya soal Fitsa Hats, hal memalukan lainnya yang dilakukan Novel adalah pemasangan gelar “HABIB” di awal nama lengkapnya. Hal ini berawal kitika organisasi pencatat keturunan Nabi Muhammad SAW, Rabithah Alawiyah menegaskan bahwa Novel Chaidir Hasan Bamukmin bukanlah seorang habib. Habib sendiri diartikan sebagai keturunan Rasulullah SAW. Artinya, gelar habib tersebut ternyata palsu dan tipuan belaka.

Menanggapi hal tersebut, Novel yang tak lain adalah Sekjen DPD Front Pembela Islam (FPI) DKI Jakarta mengaku sudah melihat pemberitaan tersebut. Dirinya pun tak mempermasalahkan pernyataan dari pihak Rabithah Alawiyah.

“Masalah itu bukan kapasitas saya. Yang jelas saya terlahir dengan nama Habib,” ucap Novel dikutip dari Liputan6.com, Kamis 4 Januari 2017.

Lagipula, kata aktivis Islam garis keras ini, dirinya tidak pernah memberi pernyataan atau ngaku-ngaku sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad SAW.

“Saya enggak pernah menyatakan itu. Sekarang saya enggak mau menanggapi. Saya enggak mau berkutat selain dari kasus Ahok,” Novel menegaskan.

Kampus Bodong?

Selain dua persoalan memalukan di atas, masih ada hal lain yang tak kalah miris, yakni kampus tempat dia kuliah waktu itu. Pasalnya, Universitas Attahiriyah Jakarta, yang beralamat di Kampung Melayu Jakarta Timur, di mana dia pernah kuliah, adalah termasuk salah satu kampus bermasalah yang dinon-aktifkan oleh Kemenristek Dikti.

Kemenristek Dikti mengindentifikasi 243 kampus bermasalah di seluruh Indonesia. Salah satunya adalah Universitas Attahiriyah Jakarta. Kampus-kampus tersebut diduga melakukan pelanggaran.

Palanggaran yang dilakukan kampus-kampus tersebut bisa macam-macam, mulai dari Masalah Laporan Akademik, masalah nisbah dosen/mahasiswa, masalah pelanggaran peraturan perundang-undangan, PDD/PJJ tanpa izin (kelas jauh), PRODI /PT tanpa izin, Penyelenggaraan kelas Sabtu-Minggu, Jumlah mahasiswa over kuota (PRODI Kesehatan/kedokteran/dll), ijasah palsu/gelar palsu, masalah sengketa/konflik internal, kasus mahasiswa, kasus dosen (misal dosen status ganda), serta pemindahan/pengalihan mahasiswa tanpa izin Kopertis.

Sebabnya patut diduga, gelar sarjana yang dipakai oleh Novel termasuk gelar palsu, karena diberikan oleh kampus bermasalah.