

TS
ferdirizky123
Dikritik Anies karena Suka Menghukum PNS Secara Terbuka, Ahok Jelaskan Alasannya
Jumat, 16 Desember 2016 | 06:03 WIB

Dua pasang kadidat gubernur DKI Jakarta yaitu pasangan nomor 2 Basuki Tjahaja Purnama-Saeful Djarot Hidayat dan pasangan nomor 3 Anies Baswedan-Sandiaga Uno dalam acara debat Kompas TV di Djakarta Theatre, Jakarta, Kamis (15/12/2016). Pasangan nomor 1 Agus Yudhoyono-Sylvia Murni tidak datang.
JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan, mengkritik kebiasaan calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua, Basuki Tjahaja Purnama, yang menurutnya sering mempermalukan PNS DKI.
"Budaya yang dibangun itu harus budaya positif, yaitu menghukum tertutup dan memuji terbuka. Kalau sekarang kan terbalik. Seluruh PNS disebut koruptor, aduh bahaya sekali," ujar Anies dalam program Rosi dan Kandidat Pemimpin Jakarta yang disiarkan Kompas TV dari Djakarta Theater, Kamis (15/12/2016) malam.
(Baca: Ahok Sindir Anies Terkait Data Saat Jadi Menteri Pendidikan)
Selain itu, Anies juga mengkritik pencapaian Pemprov DKI soal hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan penyerapan anggaran yang merah di bawah kepemimpinan Ahok.
Ahok pun mencoba menjelaskan alasannya yang cenderung keras terhadap PNS DKI. Dia mengatakan, ketegasan itulah yang membuat banjir di Jakarta menjadi berkurang.
Hal itu bisa terjadi setelah dia mengganti empat pejabat Dinas PU dengan sarjana sosial yang sama sekali tidak mengerti soal tata air.
Namun, urusan banjir malah selesai karena pejabat yang dia pilih mau melakukan pekerjaan sesuai dengan perintahnya.
Ahok mengatakan, awalnya dia mengkritik para PNS DKI secara tertutup. Namun hal itu justru dimanfaatkan PNS DKI untuk menyerangnya. Ahok bercerita PNS DKI malah pernah mencoba menyuapnya.
"Gratifikasi terbesar di Indoneisa itu disetor oleh DKI Jakarta yaitu sebesar Rp 9,4 miliar. Itu bukti. Saya bilang kalau Anda enggak mau serahkan ke KPK, saya akan tangkap hari itu juga," ujar Ahok.
(Baca: Dikritik Anies Hanya Fokus Membangun Benda Mati, Ini Tanggapan Ahok-Djarot)
Ahok mengatakan ketegasan yang dia lakukan diperlukan untuk menghadapi PNS DKI. Namun, Ahok membantah bahwa sikapnya bisa membuat PNS DKI sakit hati.
"Selama bisa baik-baik, kami baik-baik kok. Buktinya mereka ga sakit hati tuh. Kalau sakit hati bisa enggak sungai bersih, jalanan bersih," ujar Ahok.
Penulis : Jessi Carina
Editor : Indra Akuntono

Dua pasang kadidat gubernur DKI Jakarta yaitu pasangan nomor 2 Basuki Tjahaja Purnama-Saeful Djarot Hidayat dan pasangan nomor 3 Anies Baswedan-Sandiaga Uno dalam acara debat Kompas TV di Djakarta Theatre, Jakarta, Kamis (15/12/2016). Pasangan nomor 1 Agus Yudhoyono-Sylvia Murni tidak datang.
JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan, mengkritik kebiasaan calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua, Basuki Tjahaja Purnama, yang menurutnya sering mempermalukan PNS DKI.
"Budaya yang dibangun itu harus budaya positif, yaitu menghukum tertutup dan memuji terbuka. Kalau sekarang kan terbalik. Seluruh PNS disebut koruptor, aduh bahaya sekali," ujar Anies dalam program Rosi dan Kandidat Pemimpin Jakarta yang disiarkan Kompas TV dari Djakarta Theater, Kamis (15/12/2016) malam.
(Baca: Ahok Sindir Anies Terkait Data Saat Jadi Menteri Pendidikan)
Selain itu, Anies juga mengkritik pencapaian Pemprov DKI soal hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan penyerapan anggaran yang merah di bawah kepemimpinan Ahok.
Ahok pun mencoba menjelaskan alasannya yang cenderung keras terhadap PNS DKI. Dia mengatakan, ketegasan itulah yang membuat banjir di Jakarta menjadi berkurang.
Hal itu bisa terjadi setelah dia mengganti empat pejabat Dinas PU dengan sarjana sosial yang sama sekali tidak mengerti soal tata air.
Namun, urusan banjir malah selesai karena pejabat yang dia pilih mau melakukan pekerjaan sesuai dengan perintahnya.
Ahok mengatakan, awalnya dia mengkritik para PNS DKI secara tertutup. Namun hal itu justru dimanfaatkan PNS DKI untuk menyerangnya. Ahok bercerita PNS DKI malah pernah mencoba menyuapnya.
"Gratifikasi terbesar di Indoneisa itu disetor oleh DKI Jakarta yaitu sebesar Rp 9,4 miliar. Itu bukti. Saya bilang kalau Anda enggak mau serahkan ke KPK, saya akan tangkap hari itu juga," ujar Ahok.
(Baca: Dikritik Anies Hanya Fokus Membangun Benda Mati, Ini Tanggapan Ahok-Djarot)
Ahok mengatakan ketegasan yang dia lakukan diperlukan untuk menghadapi PNS DKI. Namun, Ahok membantah bahwa sikapnya bisa membuat PNS DKI sakit hati.
"Selama bisa baik-baik, kami baik-baik kok. Buktinya mereka ga sakit hati tuh. Kalau sakit hati bisa enggak sungai bersih, jalanan bersih," ujar Ahok.
Penulis : Jessi Carina
Editor : Indra Akuntono


anasabila memberi reputasi
1
3.7K
27
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!

Pilkada
5.3KThread•674Anggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok