BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Pemerintah putuskan Iduladha jatuh pada 12 September

Petugas Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Selatan melakukan pemantauan hilal (bulan) menggunakan teropong untuk menentukan hari Iduladha 1437 Hijriyah di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (1/9). Pemantauan hilal yang dilakukan menggunakan teropong tersebut memastikan Iduladha 1437 Hijiriyah jatuh pada 12 September 2016.
Pemerintah menetapkan Iduladha jatuh pada Senin (12/9/2016). Keputusan itu diambil setelah sebelumnya pemerintah menggelar sidang isbat yang dilakukan tertutup di kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (1/9/20160).

"Dengan hitungan hisab dan laporan petugas rukyat yang tidak dapat melihat hilal sehingga 1 Dzulhijah bertepatan pada Sabtu, 3 September dan Iduladha pada 12 September," kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin seperti dilansir Antaranews.com.

Sidang selama 35 menit itu langsung dipimpin Menteri Lukman. Turut hadir dalam sidang itu perwakilan sejumlah organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam, seperti Gozali Masruri mewakili NU, Yunahar Ilyas mewakili Muhammadiyah, Ketua MUI Abdullah Saidin, duta besar negara sahabat dan sejumlah tokoh Islam, dan Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher.

Sidang dimulai dengan pemaparan Ketua Tim Hisab Rukyat Kemenag Cecep Nurwendaya yang menjelaskan posisi bulan terkini.

Keputusan pemerintah ini sama dengan hasil perhitungan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang sudah mengumumkan Iduladha jatuh pada 12 September.

Keputusan Muhammadiyah itu sudah diumumkan pada 18 April 2016 lalu bersamaan dengan pengumuman awal puasa dan lebaran.

Cecep Nurwendaya mensyukuri posisi bulan sabit baru/hilal yang berada dalam posisi negatif atau di bawah ufuk. Dengan begitu, terdapat kesamaan awal bulan Dzulhijah, Puasa Arafah, dan Iduladha antara pemerintah dan Muhammadiyah. Guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Asep Usman Ismail mengajak kaum muslim memanfaatkan momentum Iduladha ini untuk bersatu. Perbedaan itu berupa keragaman budaya seperti bahasa, warna kulit, dan adat istiadat.

Begitu juga dengan perbedaan agama. Seharusnya, kata dia, perbedaan agama tidak mengganggu esensi. Yaitu kesatuan rohaniah yang kini digunakan paham radikal terorisme untuk mengadu domba, bahkan membunuh sesamanya.

"Ibadah haji memang sebuah ritual tapi tidak sekadar itu, karena harus kita lihat esensinya. Bukan sekadar ritual di mana kita naik haji kemudian pulang mendapat gelar haji , bu hajjah dsb. Haji sebenarnya mengandung makna simbolik yang dalam sekali untuk persatuan dan kesatuan umat Islam di Indonesia maupun dunia," katanya seperti dinukil JPNN.com.

Asep mengingatkan, perayaan Iduladha merupakan puncak ibadah haji. Karenanya, kata dia, pada dasarnya Islam itu satu.

"Ajaran dasar Islam itu dirancang sistematik, di mana semua komponen satu sama lain saling menguatkan. Simbolik yang mempersatukan umat Islam itu sebetulnya banyak, salah satunya adanya Kabah. Itu yang mempersatukan umat," katanya.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...a-12-september

---

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
19.6K
242
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Beritagar.id
Beritagar.id
icon
13.4KThread730Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.