audrianramanta
TS
audrianramanta
DI BATAS 2 JENDELA
Quote:


Diantara dua jendela kita aku menatapmu...

Tak perlu kutahu namamu...

Sosokmu telah membuat cinta datang

Lebih cepat dari 3x10 pangkat 8 cahaya

Meluruhkan batas kita berdua

Biarkan hati kita sejengkal lebih dekat...

Kala semua gemerlap malam telah surut tehunus..

Kita bercahaya bagai venus....


CUAP-CUAP DARI TS


Ketika memulai cerita ini, aku selalu memejamkan mata, kembali menelusuri jejak rekam inspirasi yang datangnya tak terduga.

Mungkin Novel pertamaku sekaligus thread keduaku ini jauh dari kesempurnaan. Mungkin butuh tambalan dimana-dimana. Mungkin serba kemungkinan. Serba kebetulan. Namun, biarlah aku mencoba menulisnya .

Awalnya,di kamar kostanku, kamar no.4 adalah kamar paling tidak menarik.

Dihimpit 7 kamar lainnya. Kamar 3 x 3 yang hanya cukup memuat kasur small size sebuah meja timpang di salah satu kakinya dan lemari berbau kapur barus yang tak terurus serta sebuah jendela 65 cm yang catnya mengelupas sana-sini, kacanya pun buram. Aku selalu bertanya-tanya, kenapa kamar ini paling berbeda sendiri.Seperti dianaktirikan.

Kenapa pula harus aku yang menempatinya ?

Sempat pemilik kostku berkata. Ayahnya pernah bercerita bertahun-tahun lalu.Kamar itu menyimpan sejarah. Ada seorang penghuni lama jauh sebelum kamu menempati kamar ini. Ia penyebab kamar itu tetap dipertahankan.Kamar membosankan yang aku tempati saat ini.

Awalnya,Aku tak pernah benar-benar paham perkataan beliau, sampai suatu ketika di tengah malam. disaat mengejar deadline updatean 3K1K. Pintu kamarku diketuk. Kaget tentunya, mengingat hari kelewat malam untuk menjamu tamu.

Pintu segera kubuka was-was. Dan pria ini muncul dihadapanku.Kulitnya kecoklatan bukan karena gen, namun kerasnya alam, pikirku.

Aku ingat seperempat luka codet di pipinya mengering tertutup jambangnya yang lebat, rambutnya awut-awutan Seperti jarang disisir seabad. Namun nadanya yang bersahabat kontras dengan perawakannya. Sebelum ia memperkenalkan dirinya dan kupersilahkan masuk, sempat aku menangkap sorot matanya berulang-ulang melihat jendela di kamarku.Seperti
menemukan harta karun yang lama hilang.Begitulah secuil makna implisit dari tatapannya.

Aku mengakui orang berperawakan sangar ini memiliki kemampuan cepat akrab dengan orang lain.Terbukti. Singkat perkenalan kami namun sungguh berarti.Sedikit berbasa-basi. Lalu jadi akrab sekejap.Aku mengizinkannya menginap di kamarku. Orang asing pertama yang aku izinkan memasuki teritoriku.Anehnya tak terbesit sedikitpun rasa was-was ketika membuka lebar pintu kamarku untuknya.

Lalu selama berjam-jam yang kami kerjakan adalah duduk-duduk di balkon kamar kostku menikmati larutnya malam. Ditemani 2 cangkir kopi dadakan yang aku buat hampir tanpa gula (jarang kedatangan tamu, aku tak terbiasa membeli tetek bengek minuman).

"Mas Rian, umurnya berapa sekarang ?" tanya Pria itu setelah menghirup kopinya untuk ketiga kali.

"24 tahun, tahun ini." ujarku.

"Ahh....masih muda ya. Jangan lewatkan masa muda itu Mas. Jangan seperti saya" tunjuk pria itu kepada dirinya sendiri."Seumuran Mas Rian sudah banting tulang, tak jelas pula kerjaannya apa yang penting bisa menyambung nyawa. Namun saya tetap bersyukur kala itu. Bersyukur karena pernah menikmati hangatnya kota Jogja.Kamu tahu kan ? Kota Jogja selalu punya Rasa berbeda untuk memikat setiap orang. Dan Rasanya pun terus membekas sampai-sampai saya harus balik lagi ke kota ini."

"Dan saya bersyukur karena pernah mencicipi rasanya Pernah menampik hidup lewat kamar kost kecil yang mas Rian tempati sekarang ini"

Jadi dia yang disebut-sebut bapak kostku beberapa waktu lalu? Pria ini?

Lagi-lagi ia menampakan pandangan itu. Menerawang dan menyapu gang sempit dan gelap dibawah sana. Lalu menukik keatas dan terpaku tepat di dinding semen sebuah rumah kostan lainnya di depan kami. Dindingnya ditambal asal-asalan. Tak menarik bagiku selama aku tinggal di Jogja.Namun pandangan pernuh arti pria itu, jelas-jelas mampu menangkap sesuatu.

Aku jadi latah menelusuri pandangannya.

"Dulu ada jendela disitu,hampir reyot dimakan umur. Tak sedap dipandang, setiap pagi, di kamar ini aku selalu membuka gorden ku, dan selalu jendela itu yang pertama kali menatapku..."

"Pasti ada kenangan ya di jendela itu ?" tebakku asal-asalan. Menyeruput kopiku cepat-cepat. Takut ketinggalan cerita selanjutnya dari pria disebelahku ini.

Ia mengangguk, sebelum hening merajuk sepersekian detik, memejamkan mata. Membayangkan kenangan yang tengah berputar bak gasing di otaknya. Lalu ia mulai membuka suara.

"Cerita ini tentang aku, dia dan batas yang meluruh diantara kami"Ucapan bak puitis itu menjentik rasa penasaranku.

"Coba ceritakan" jawabku mantab, megangkat secangkir
kopi.Mempersilahkannya membuka mulut lagi.

"Hmmm....boleh saja, tapi 2 cangkir kopi ini tak akan cukup mengiringi kisah ku" Ia tersenyum hangat sebelum mengiringi kisahnya.

Kisahnya yang mengawali cerita ini. Cerita "Di Batas 2 Jendela" kutulis dan kuhadiahkan untuk pria bercodet, tamuku yang menakjubkan. Sumber inspirasiku yang mencengangkan. Tak perlu kalian ‒para pembaca ‒ memperdebatkan cerita ini fiksi atau non fiksi.Tarik saja nafas dalam-dalam dan nikmati saja membacanya. Semoga ada hikmah yang tersirat dari cerita ini. Cerita yang aku sebut setengah fiksi....

So...Enjoy Reading Guys....emoticon-Kiss (S)
[B]

Yogyakarta

Audrian R.H



Quote:




Diubah oleh audrianramanta 23-05-2014 17:32
yuli.julymaresadefti108
efti108 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
217.6K
1.2K
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.