- Beranda
- Berita dan Politik
Curhat Petani Ganja di Aceh, Ditipu Mafia Hingga Dikejar TNI
...
TS
hebatpart2
Curhat Petani Ganja di Aceh, Ditipu Mafia Hingga Dikejar TNI
Quote:
Curhat Petani Ganja di Aceh, Ditipu Mafia Hingga Dikejar TNI
Banda Aceh - Fauzan, bicara blak-blakan di depan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti yang menemuinya di sebuah tenda di ladang ganja. Sesekali ia melemparkan guyonan sehingga suasana lebih cair. Dalam curhatnya, lelaki kelahiran Aceh Besar itu menceritakan awal mula menjadi petani ganja hingga akhirnya taubat.
Pertengahan tahun 2000 silam, Fauzan bersama beberapa orang lain diperintahkan untuk menanam ganja di lahan seluas 1,5 hektare di pegunungan Lamteuba, Kecamatan Seulimum, Aceh Besar. Ia sudah tidak ingat identitas mafia orang yang menyuruhnya. Tanpa pikir panjang, pekerjaan tersebut diterimanya.
Tak lama berselang, Fauzan mulai menyemai bibit ganja dan selanjutnya menanam di ladang yang sudah disiapkan. Ia merawatnya dengan baik. Setelah menuggu dua hingga tiga bulan, masa panen tiba. Tapi ia tidak dapat menikmati hasilnya.
"Kami ditipu oleh orang yang menyuruh kami. Hasil diambil semua sama dia," kata Fauzan mengawali ceritanya, Jumat (1//4/2016).
Kapolri tersenyum mendengar cerita Fauzan. Pria asal Desa Lambada, Kecamatan Seulimum, Aceh Besar, Aceh itu kembali melanjutnya curahan hatinya. Tidak ada rasa takut terlihat dari wajahnya. Bahasa Indonesia yang ia gunakan kadang bercampur dengan bahasa Aceh. Rombongan yang hadir sesekali tertawa lepas dibuatnya.
Fauzan bercerita, berselang beberapa bulan setelah masa panen pertama usai, ia kembali menyemai bibit ganja dan menanam kembali di ladang yang sama. Ia merawatnya dengan sangat baik agar dapat memanennya setelah menunggu tiga bulan. Tapi lagi-lagi ia apes.
Menjelang masa panen tiba, serombongan Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengobrak-abrik ladang miliknya. Saat itu, konflik masih berkecamuk di Aceh. Warga yang hendak berkebun kerap harus berurusan dengan dua pihak yang bertikai. TNI dan polisi hampir setiap saat mendatangi kebun milik warga untuk memastikan tidak ada tanaman ganja. Jika ketahuan menanam ganja, pemiliknya akan mendapatkan hukuman berat dan tanamannya akan dimusnahkan. Mendengar ladang miliknya sudah di obrak-abrik, Fauzan menjadi ketakutan. Ia tidak berani lagi ke sana.
"Gak ada untungnya menanam ganja. Tahun 2001 saya berhenti dari petani ganja," jelasnya.
Selama dua kali menjadi petani ganja, Fauzan memperoleh bibit dari orang lain yang sudah duluan terjun menanam tanaman haram tersebut. Kala masa panen tiba para petani ini memotongnya pada pagi hari dan kemudian dikumpulkan di sebuah tempat. Baru pada sore hari ada orang yang mengambilnya. Selama menjadi petani ganja, Fauzan tidak pernah berhubungan langsung dengan orang yang menyuruhnya. Mereka rata-rata hanya mendapatkan pekerjaan untuk menanam hingga memotongnya. Setelah semuanya terkumpul, pekerjaan diambil alih oleh pemiliknya.
Saat pemusnahan ganja di Desa Lambada, Kecamatan Seulimum, pada Jumat (1/4) Fauzan dihadirkan ke sana. Ia bersama beberapa rekannya diminta untuk menceritakan pengalamannya menanam ganja hingga akhirnya taubat. Tapi hanya Fauzan yang berani blak-blakan. Yang lainnya, mengaku tidak dapat berbahasa Indonesia dengan lancar.
Temukan Ladang Ganja 189 Hektare
Kapolri sempat berbincang-bincang dengan Fauzan selama beberapa menit. Usai itu, Jenderal Badrodin Haiti kemudian membakar tumpukan ganja dengan menggunakan kayu yang telah dicelupkan ke minyak. Asap hitam membumbung tinggi. Di sana, delapan hektare ladang ganja yang dimusnahkan. Totalnya, 189 hektare di 23 titik di tiga kabupaten di Aceh yaitu, Aceh Besar, Nagan Raya dan Gayo Lues.
Ladang seluas 189 hektare itu ditemukan aparat kepolisian setelah menggelar operasi Berantas Sindikat Narkoba (Bersinar) selama 10 hari. Pencarian kebun ganja dilakukan menggunakan helikopter dan jalan darat. Tim yang terlibat dalam operasi ini memotret lokasi dari atas ketinggian.
Kapolri sebelum mendarat di ladang ganja Desa Lambada sempat berputar menggunakan helikopter di atas pegunungan Aceh Besar. Ia melihat langsung hutan-hutan yang kini dialihfungsikan menjadi tempat menanam tanaman yang membuat candu tersebut.
"Narkoba ini sudah menjadi ancaman yang cukup serius bagi bangsa ini termasuk juga di Aceh. Di Aceh ada dua ancamannya yaitu tanaman ganja dan sabu-sabu," kata Kapolri yang berdampingan dengan Fauzan.
Hadir pada pemusnahan ini antara lain Kabareskrim Komjen Anang Iskandar, Assisten Operasi Mabes Polri Irjen Unggung Cahyono, Kadiv Humas Polri Irjen Anton Charliyan, Kapolda Aceh Irjen Husein Hamidi, Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Luczisman Rudy Polandi dan politisi PKS Nasir Djamil.
Pemusnahan ladang ganja seluas 189 hektare di tiga kabupaten Aceh ini diklaim dapat menyelamatkan 100 juta orang. Angka itu diperoleh jika satu orang mengkonsumsi lima gram ganja. Namun jika konsumsinya 1 gram perorang, maka 579 juta jiwa terselamatkan.
"Ganja 189 hektare ini memiliki pohon sebanyak 765 ribu pohon dan menghasilkan 579 ton ganja," ungkap Kapolri.
Lokasi ladang ganja di Aceh memang sangat sulit dijangkau. Sebagian besar terletak di lereng-lereng perbukitan atau di tengah hutan belantara. Aparat keamanan kewalahan mencarinya jika menggunakan jalur darat. Satu-satunya cara yaitu menggunakan helikopter.
Kapolri kini menyiagakan sebuah helikopter di Mapolda Aceh untuk memantau ladang ganja dari udara. Berdasarkan data yang dirilis polisi, selama Januari hingga Maret 2016 telah ditemukan 332 hektare ladang dibeberapa kabupaten di Aceh. Angka itu meningkat drastis dibandingkan tahun lalu yaitu 235,5 hektare.
"Ya meningkat karena dulu kita operasi jalur darat. Tahun ini kita mulai operasi dengan menggunakan helikopter, makanya ladang yang kita temukan sekarang lebih luas dibandingkan tahun lalu," kata Kapolres Aceh Besar, AKBP Heru Novianto saat ditemui di ladang ganja.http://news.detik.com/berita/3178272...-dikejar-tni/1
Banda Aceh - Fauzan, bicara blak-blakan di depan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti yang menemuinya di sebuah tenda di ladang ganja. Sesekali ia melemparkan guyonan sehingga suasana lebih cair. Dalam curhatnya, lelaki kelahiran Aceh Besar itu menceritakan awal mula menjadi petani ganja hingga akhirnya taubat.
Pertengahan tahun 2000 silam, Fauzan bersama beberapa orang lain diperintahkan untuk menanam ganja di lahan seluas 1,5 hektare di pegunungan Lamteuba, Kecamatan Seulimum, Aceh Besar. Ia sudah tidak ingat identitas mafia orang yang menyuruhnya. Tanpa pikir panjang, pekerjaan tersebut diterimanya.
Tak lama berselang, Fauzan mulai menyemai bibit ganja dan selanjutnya menanam di ladang yang sudah disiapkan. Ia merawatnya dengan baik. Setelah menuggu dua hingga tiga bulan, masa panen tiba. Tapi ia tidak dapat menikmati hasilnya.
"Kami ditipu oleh orang yang menyuruh kami. Hasil diambil semua sama dia," kata Fauzan mengawali ceritanya, Jumat (1//4/2016).
Kapolri tersenyum mendengar cerita Fauzan. Pria asal Desa Lambada, Kecamatan Seulimum, Aceh Besar, Aceh itu kembali melanjutnya curahan hatinya. Tidak ada rasa takut terlihat dari wajahnya. Bahasa Indonesia yang ia gunakan kadang bercampur dengan bahasa Aceh. Rombongan yang hadir sesekali tertawa lepas dibuatnya.
Fauzan bercerita, berselang beberapa bulan setelah masa panen pertama usai, ia kembali menyemai bibit ganja dan menanam kembali di ladang yang sama. Ia merawatnya dengan sangat baik agar dapat memanennya setelah menunggu tiga bulan. Tapi lagi-lagi ia apes.
Menjelang masa panen tiba, serombongan Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengobrak-abrik ladang miliknya. Saat itu, konflik masih berkecamuk di Aceh. Warga yang hendak berkebun kerap harus berurusan dengan dua pihak yang bertikai. TNI dan polisi hampir setiap saat mendatangi kebun milik warga untuk memastikan tidak ada tanaman ganja. Jika ketahuan menanam ganja, pemiliknya akan mendapatkan hukuman berat dan tanamannya akan dimusnahkan. Mendengar ladang miliknya sudah di obrak-abrik, Fauzan menjadi ketakutan. Ia tidak berani lagi ke sana.
"Gak ada untungnya menanam ganja. Tahun 2001 saya berhenti dari petani ganja," jelasnya.
Selama dua kali menjadi petani ganja, Fauzan memperoleh bibit dari orang lain yang sudah duluan terjun menanam tanaman haram tersebut. Kala masa panen tiba para petani ini memotongnya pada pagi hari dan kemudian dikumpulkan di sebuah tempat. Baru pada sore hari ada orang yang mengambilnya. Selama menjadi petani ganja, Fauzan tidak pernah berhubungan langsung dengan orang yang menyuruhnya. Mereka rata-rata hanya mendapatkan pekerjaan untuk menanam hingga memotongnya. Setelah semuanya terkumpul, pekerjaan diambil alih oleh pemiliknya.
Saat pemusnahan ganja di Desa Lambada, Kecamatan Seulimum, pada Jumat (1/4) Fauzan dihadirkan ke sana. Ia bersama beberapa rekannya diminta untuk menceritakan pengalamannya menanam ganja hingga akhirnya taubat. Tapi hanya Fauzan yang berani blak-blakan. Yang lainnya, mengaku tidak dapat berbahasa Indonesia dengan lancar.
Temukan Ladang Ganja 189 Hektare
Kapolri sempat berbincang-bincang dengan Fauzan selama beberapa menit. Usai itu, Jenderal Badrodin Haiti kemudian membakar tumpukan ganja dengan menggunakan kayu yang telah dicelupkan ke minyak. Asap hitam membumbung tinggi. Di sana, delapan hektare ladang ganja yang dimusnahkan. Totalnya, 189 hektare di 23 titik di tiga kabupaten di Aceh yaitu, Aceh Besar, Nagan Raya dan Gayo Lues.
Ladang seluas 189 hektare itu ditemukan aparat kepolisian setelah menggelar operasi Berantas Sindikat Narkoba (Bersinar) selama 10 hari. Pencarian kebun ganja dilakukan menggunakan helikopter dan jalan darat. Tim yang terlibat dalam operasi ini memotret lokasi dari atas ketinggian.
Kapolri sebelum mendarat di ladang ganja Desa Lambada sempat berputar menggunakan helikopter di atas pegunungan Aceh Besar. Ia melihat langsung hutan-hutan yang kini dialihfungsikan menjadi tempat menanam tanaman yang membuat candu tersebut.
"Narkoba ini sudah menjadi ancaman yang cukup serius bagi bangsa ini termasuk juga di Aceh. Di Aceh ada dua ancamannya yaitu tanaman ganja dan sabu-sabu," kata Kapolri yang berdampingan dengan Fauzan.
Hadir pada pemusnahan ini antara lain Kabareskrim Komjen Anang Iskandar, Assisten Operasi Mabes Polri Irjen Unggung Cahyono, Kadiv Humas Polri Irjen Anton Charliyan, Kapolda Aceh Irjen Husein Hamidi, Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Luczisman Rudy Polandi dan politisi PKS Nasir Djamil.
Pemusnahan ladang ganja seluas 189 hektare di tiga kabupaten Aceh ini diklaim dapat menyelamatkan 100 juta orang. Angka itu diperoleh jika satu orang mengkonsumsi lima gram ganja. Namun jika konsumsinya 1 gram perorang, maka 579 juta jiwa terselamatkan.
"Ganja 189 hektare ini memiliki pohon sebanyak 765 ribu pohon dan menghasilkan 579 ton ganja," ungkap Kapolri.
Lokasi ladang ganja di Aceh memang sangat sulit dijangkau. Sebagian besar terletak di lereng-lereng perbukitan atau di tengah hutan belantara. Aparat keamanan kewalahan mencarinya jika menggunakan jalur darat. Satu-satunya cara yaitu menggunakan helikopter.
Kapolri kini menyiagakan sebuah helikopter di Mapolda Aceh untuk memantau ladang ganja dari udara. Berdasarkan data yang dirilis polisi, selama Januari hingga Maret 2016 telah ditemukan 332 hektare ladang dibeberapa kabupaten di Aceh. Angka itu meningkat drastis dibandingkan tahun lalu yaitu 235,5 hektare.
"Ya meningkat karena dulu kita operasi jalur darat. Tahun ini kita mulai operasi dengan menggunakan helikopter, makanya ladang yang kita temukan sekarang lebih luas dibandingkan tahun lalu," kata Kapolres Aceh Besar, AKBP Heru Novianto saat ditemui di ladang ganja.http://news.detik.com/berita/3178272...-dikejar-tni/1
tien212700 memberi reputasi
1
65.4K
Kutip
493
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
679.9KThread•48.3KAnggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok