kalsiddonAvatar border
TS
kalsiddon
Dosen Teknik Mesin Universitas Udayana Uji Coba Tangan Robot Tawan


Dosen Teknik Mesin Universitas Udayana Uji Coba Tangan Robot Tawan
Sabtu, 23 Januari 2016 | 19:50 WIB



DENPASAR, KOMPAS.com - Beberapa akademisi dari Universitas Udayana (Unud), Bali, datang ke kediaman I Wayan Sumardana (31) alias Sutawan/Tawan, pembuat tangan robot sehingga dijuluki "Iron Man dari Bali".

Salah satunya adalah Dr. I Dewa Gede Ary Subagya, dosen Jurusan Teknik Mesin Unud. Ia pun mencoba tangan robot di bengkel las Tawan di Banjar Tauman, Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali.

”Saya tadi sempat mencoba. Memang ada power pada alat itu, cuma saya belum bisa mengerakkan alat itu,” jelas Gede Ary saat ditemui di kediaman Sutawan, Jumat (22/1/2016).

Ia mengatakan, di alat tersebut ada alat perekam atau penyimpan data. Juga ada beberapa jenis sensor elektronika.

Dari hasil uji coba yang dilakukan, Gede Ary belum bisa memastikan apakah tangan robot rancangan I Wayan Sumardana memang bekerja sesuai klaim yang disampaikan Tawan sebelumnya. (Baca: Ini Cara Kerja Tangan Robot Buatan Tawan)

"Berdasarkan pengamatan saya, lengan robot yang dibuat oleh Sutawan tersebut, jika dilihat dari prinsip kerja robot, hal tersebut masuk akal," ujar I Wayan Widiada, ST, MSc, PhD yang juga dosen Jurusan Teknik Mesin Unud seperti dilaporkan Tribun Bali.

Menurut dia, meskipun desain lengan robot tersebut sangat sederhana karena menggunakan barang-barang bekas, secara struktur sudah memenuhi prinsip kerja robot.

Berdasarkan pengamatannya, ban kepala yang dipakai Tawan mungkin menggunakan komponen EEG yang fungsinya untuk mendeteksi sinyal elektris di otak. Lalu sinyal kemudian diubah menjadi bentuk gelombang yang akan dikirim ke micro controller.

"Ada kok micro controller-nya meski agak tertutup, tapi saya sempat lihat," katanya.

Dari micro controller ini akan dikirim sinyal menuju motor. Kemudian, output yang dihasilkan berupa respon yakni gerakan atau torsi. Ada dua motor penggerak di bagian persendian lengan robot itu.

"Yang perlu diketahui bagaimana sistem programnya, apa yang menjadi setting command-nya," ujarnya.

Ia akan kembali mengunjungi Tawan untuk mempelajari lebih lanjut cara kerja lengan robot tersebut.

Menurutnya, prinsip kerja lengan robot milik Tawan adalah kreasi yang masuk akal, tetapi harus ada pengujian lebih mendalam. Pengujian ini bertujuan untuk menganalisis sistem kerja dan hal lainnya.

"Perlu pengujian di kampus untuk melihat seberapa tingkat error yang dihasilkan alat ini," kata dia.

http://regional.kompas.com/read/2016...an.Robot.Tawan

====================================

Tawan Siap Lengan Robotnya Diuji Para Pakar
Sabtu, 23 Januari 2016 | 20:33 WIB



DENPASAR, KOMPAS.com - I Wayan Sumardana (31) alias Sutawan/Tawan mengabaikan gunjingan di internet yang meragukan lengan robot buatannya. Ia mengaku siap lengan robot buatannya diuji para pakar.

"Terserah orang menuding saya bohong atau ngarang. Yang terpenting tangan robot adalah karya sendiri. Dan, hasil rancangan ini mampu menemani diri saya saat mencari nafkah untuk istri, dan tiga orang anak," ujar suami dari Ni Nengah Sudiartini kepada Tribun Bali, Jumat (22/1/2016)

Sutawan mengatakan, komentar para netizen yang meragukan karyanya adalah hak privasi mereka. Ia mengaku sudah menduga akan ada komentar miring terkait hal tersebut.

Ia malah mengundang siapapun yang akan datang langsung ke bengkel lasnya di Banjar Tauman, Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali guna melihat dan memastikan langsung karyanya.

"Jika mereka datang, saya siap menjelaskannya. Cuma saya malu dengan desain robot ini. Kalau dilihat dari desainnya, robot buatan saya ini, sudah tak layak. Tapi fungsinya berjalan sesuai yang saya inginkan," ujar pria yang di internet kini dijuluki Iron Man dari Bali dan Mac Gyver-nya Bali.

Untuk menguji lengan robot buatannya, Tawan siap berdiskusi dengan para pakar robot.
Kapan pun diberi kesempatan dan siapa pun pengujinya, Sutawan siap meluangkan waktu.

"Kalau diuji untuk membuktikan kebenaran, saya siap cuma agak malu. Kerjanya pakai saklar, dan bahannya dari rongsokan. Masih jauh lebih bagus dengan robot karya orang lain," ujar Tawan.

Sebelumnya, saat berkunjung ke bengkel las Tawan, Jumat, Gubernur Bali Mangku Pastika berjanji memfasilitasi forum untuk menguji rancangan Sutawan sekaligus menanggapi keraguan netizen.

Temuan ini, lanjut Pastika, harus ditindaklanjuti untuk bisa mendapatkan hak paten.
Pastika berjanji akan mendatangkan bagian untuk mengurusi hak kekayaan intelektual dan desain industri melalui Dinas Perindustrian.

Pemerintah Kabupaten Karangasem juga berjanji membantu untuk mematenkan karya Tawan. Para ahli dan para pakar robot pastinya didatangkan untuk menguji karena untuk memperoleh hak paten itu tidak sembarangan.

Beberapa dosen dari Universitas Udayana (Unud) Bali telah berkunjung ke bengkel las Tawan dan mencoba lengan robot tersebut. Mereka berencana melakukan pengujian lebih lanjut untuk meneliti karya Tawan tersebut.

http://regional.kompas.com/read/2016...uji.Para.Pakar

=============================================

Iron Man From Bali: Pakar Ini Mentahkan Analisa M Asad Abdurrahman



Pengguna Facebook dengan nama akun M Asad Abdurrahman dengan percaya diri langsung mengatakan rangkaian tangan robot buatan Tawan, nama akrab I Wayan Sumardana (31), hanya akal-akalan saja untuk menipu publik.

Pengguna FB yang belakangan disebut sebagai Sarjana Teknik Eletro lulusan Universitas Hassanuddin berkali-kali mengatakan bahwa rangkaian lengan Tawan sebagai sesuatu yang tidak masuk akal. “Apa ini? Apa itu? Untuk apa? Apa Gunanya?” tanya M Asad dengan nada menyepelekan, seolah-olah dirinya seorang pakar yang berpengalaman dalam mengembangkan robot.

Namun, satu-per-satu doktor di bidang teknik mulai bermunculan dan menjatuhkan kesombongannya dengan analisa-analisa yang lebih bisa dipercaya tentunya.

I Wayan Widiada, ST, MSc, PhD, misalnya. Meskipun tidak dimaksudkan sebagai respon terhadap ocehan ngawur M Asad, analisa Widiada telah menjatuhkan celotehan M Asad dengan telak. Menurut dosen Teknik Mesin Universitas Udayana ini, struktur lengan robotik buatan Tawan tidak saja masuk akal, melainkan juga telah memenuhi prinsip kerja robot.

“Berdasarkan pengamatan saya, lengan robot yang dibuat oleh Sutawan tersebut, jika dilihat dari prinsip kerja robot, hal tersebut masuk akal. Meski desain lengan robot ini sangat sederhana karena menggunakan barang-barang bekas, namun dari strukturnya sudah memenuhi prinsip kerja robot,“ terangnya lewat tulisan.

“Komponen-komponen yang digunakan Sutawan dalam rangkaian lengan robotnya mencukupi dalam kaidah robotik. Ada ban kepala dengan komponen EEG tersebut, fungsinya untuk mendeteksi sinyal elektris di otak lalu kemudian diubah menjadi bentuk gelombang yang akan dikirim ke micro controller,” papar Widiada lebih lanjut.

Ungkapan ini sekaligus juga mementahkan ungkapan dosen ITS yang mengatakan lengan robot buatan Tawan tidak dilengkapi dengan micro controller.

“Ada kok micro controllernya, meski agak tertutup, tapi saya sempat lihat,” terang Widiada.

“Dari micro controller ini akan dikirim sinyal menuju motor. Di sanalah output yang dihasilkan berupa respon, yakni gerakan atau torsi. Ada dua motor penggerak di bagian persendian lengan robot itu,” imbuhnya.

Namun demikian, menurut Widiada, ada hal yang masih mengganjal. Hal ini terkait glove atau sarung tangan yang juga dikenakan Sutawan dalam rangkaian lengan robotnya itu, namun terpisah.

“Ada kabel-kabel pada glove tersebut, tapi ia belum mengetahui betul apa fungsinya. Saya sangsi justru pada glove ini, selain karena terpisah, mengapa hanya untuk tiga jari di tengah saja,” ungkap Widiada.

Hal lainnya, masih menurut Widiada adalah mengenai 3 jari tengah lengan kiri Tawan yang menurut orang-orang sekitar mampu mengangkat beban hingga 20 kilogram.

“Logikanya, kalau mengalami kelumpuhan, bagaimana tiga jari ini bisa mengangkat beban sebesar itu. Coba saja kita lemaskan jari kita, pasti jari akan menolak beban yang besar, butuh daya yang besar untuk melawan,” terangnya.

“Mengapa hanya untuk tiga jari saja, kok tidak keseluruhan?” tanya Widiada.

Keterangan Tawan kepada media yang mengatakan bahwa, hanya dirinya yang bisa menggunakan lengan mekanis itu, juga membuat Widiada penasaran.

“Yang membuat saya penasaran adalah kabar bahwa alat tersebut tidak bisa digunakan oleh orang lain, selain Sutawan. Jika berupa sensor, seharusnya siapa pun bisa menggunakannya. Kalau dari sensor, seharusnya siapa pun bisa pakai, tidak masalah,” paparnya lebih lanjut.

“Yang perlu diketahui bagaimana sistem programnya, apa yang menjadi setting command-nya,” imbuhnya.

Secara keseluruhan Widiada mengatakan bahwa lengan robotik buatan Tawan adalah sesuatu yang masuk akal, namun perlu pengujian.

“Dari pengamatan saya, prinsip kerja lengan robot milik Sutawan adalah kreasi yang masuk akal, tetapi harus ada pengujian lebih mendalam,” ungkapnya.

Tujuan pengujian tersebut katanya untuk menganalisa sistem kerja dan hal lainnya.

“Perlu pengujian di kampus untuk melihat seberapa tingkat eror yang dihasilkan alat ini,” pungkasnya.

Melalui keterangan tertulis, Widiada juga berjanji akan mengunjungi rumah sekaligus bengkel las Tawan untuk mencoba dan menggali kembali informasi tentang lengan robot itu secara langsung.

http://popbali.com/iron-man-from-bal...d-abdurrahman/

=============================================

Minggu 24 Jan 2016, 14:17 WIB
Lengan Robot Tawan, Kursi Roda 'Otak' dan Misi Kemanusiaan



Jakarta - Teknologi berbasis sinyal otak sedang menjadi buah bibir di Tanah Air. Beberapa anak bangsa membuatnya, dalam kondisi terpaksa atau sengaja. Tujuannya, sama-sama baik.

I Wayan Sumardana alias Tawan menjadi fenomena karena merangkai lengan robot yang dikendalikan sinyal otak. Komponen alat buatan Tawan mulai dari besi penopang, tabung hidrolis, hingga beberapa kabel terlihat bekas. Sumardana merancang, merakit dan menyambung sendiri seluruh item tersebut.

Tak hanya itu, Tawan itu juga menggunakan CPU komputer, dinamo, tuning potensio, sensor ultasonik, sensor infra merah dan sensor jumlah putaran dinamo. Tuning potensio merupakan rangkaian pengolah input dan output mikrokontroler. Tawan memasang satu unit CPU komputer di bagian belakang tubuhnya yang berfungsi sebagai penggerak dari sensor di kepala.


"Lalu ada drone, elektroda dan lainnya. Posisinya ditempel di kepala sebagai penangkap sinyal, alpa, delta, beta dan teta," jelas Tawan yang ditemui detikcom di bengkelnya di Desa Nyuhtebel, Karangasem, Bali, Rabu-Kamis (20-21/1/2016) lalu.

Satu komponen kunci, yakni sensor EEG (Electro Encephalo Graphi) dibelinya online dari Amerika Serikat (AS) senilai Rp 4,7 juta. Ia menjelaskan, alat ini berfungsi melalui sensor otak yang dipasang di kepala yang mengendalikan arah gerak ke tangan kirinya melalui alat yang dipasang di punggung dan tangan kirinya.

Tawan dan lengan robotnya


Lagi-lagi dengan tampang polos dan lengan kiri yang lunglai berwarna pucat ia coba menjelaskan sebuah skema penggunaan alat robotik hasil kreasinya. Ia menguraikan jika alat EEG yang terpasang di kepalanya ada power supply. Power supply sebagai penangkap dan pembagi kekuatan.

"Inframerah, sensor ultrasonik, dan sensor jumlah putaran dinamo ini adalah rangkaian penguat power. Ada pula EEG. Semuanya tersambung ke dinamo agar dapat bekerja secara maksimal," jelas Tawan yang oleh media mendapat julukan "Iron Man dari Bali" itu.

Sebagai lulusan SMK, Tawan mengakui bahwa lengan robotnya sangat jauh dari sempurna. Tangan cyborg-nya tersebut masih membutuhkan banyak penyempurnaan. Mulai dari sensor bionik, mikro kontroler, aktuator. Ini untuk menyempurnakan gerak tangan dan jari. Penggunaan Electro Encephalo Graphic (EEG) membuat pria yang biasa dipanggil Tawan ini, membuat mual dan muntah. Ini dikarenakan radiasi dan elektromagnetik EEG yang diletakkan di kepala.

"Makanya saya ingin mengganti EEG ini dengan sensor bionik. Tapi nggak tahu berapa harganya," tambah Tawan.

Selain itu, tambah Tawan, selain menggerakkan tangan, dirinya juga ingin membuat alat yang bisa menggerakkan 5 jari kirinya. Itu juga membutuhkan alat tambahan alat aktuator sekitar 12 unit lagi. Aktuator adalah alat sensor, gear dan dinamo untuk menggerakkan tangan.

"Satu aktuator yang paling bagus Rp3 juta. Kalau butuh 12 tinggal mengalikan. Itu hanya untuk jari," jelas dia.

Kursi Roda Sinyal Otak

Bila Tawan membuat lengan robot karena terpaksa, lain lagi dengan dua mahasiswa Bina Nusantara ini, Jennifer Santoso (21) dan Ivan Halim Parmonangan (21). Mereka mengembangkan kursi roda dengan kendali otak ini untuk proyek skripsinya. Tujuannya, menolong orang lain.

Jennifer Santoso dan Ivan Halim Parmonangan (Foto: Lintang/detikcom)

"Banyak yang tangannya patah, cacat seluruh tubuh, lumpuh dari leher ke bawah. Kami ingin membuat sistem yang menolong orang lain," tutur Jennifer kala ditemui di Binus Kampus Jalan KH Syahdan, Palmerah, Jakarta Barat, Jumat (22/1/2016).

Dari observasi penyandang disabilitas di sekitar mereka, ternyata, banyak disabilitas itu otak dan pikirannya masih sehat. Sehingga, Jennifer dan Ivan mengembangkan kursi roda dengan kendali otak. Penelitian ini sebenarnya melanjutkan dan mengembangkan penelitian kakak kelas mereka.

(Baca juga: Begini Video Cara Kerja Kursi Roda yang Dikendalikan dari Otak)

Maka, komponen-komponen utamanya adalah kursi roda dan alat bernama neuroheadset. Neuroheadset adalah alat yang bisa menangkap gelombang listrik otak dan memperkuatnya dalam skala ribuan kali. Neuroheadset ini terhubung ke aplikasi software yang mereka buat di dalam CPU. Neuroheadset yang mereka pakai bermerek Emotiv Epoc buatan Australia yang dibeli dengan harga Rp1,5 juta.

Ivan memperagakan menjalankan kursi roda memakai neuroheadset dengan sinyal otak (Foto: Lintang/detikcom)


"Aplikasi kami akan mengolah sinyal yang diterima dari neuroheadset, lalu difilter untuk mengambil gelombang alfa dan beta, yang kemudian ditransformasi dengan algoritma Fast Fourier Transformation, yang kemudian jadi input untuk mesin," jelas Jennifer.

Aplikasi yang dibuatnya kemudian akan meneruskan sinyal yang sedang diproses ke Arduino Uno yakni papan mikrokontroler, dan diteruskan ke motor driver yang akan digunakan untuk menggerakkan kedua motor DC, motor listrik yang bekerja menggunakan sumber tegangan DC.

Cara kerja kursi roda ini memakai 2 data, dengan electro encephalo graphi (EEG) alias sinyal otak untuk disabilitas yang lehernya tidak bisa bergerak dan dengan gyroskop untuk menangkap sensor gerak, bagi penderita yang masih bisa menggerakkan leher.

Ivan menjalankan kursi roda dengan sinyal otak (Foto: Lintang/detikcom)

Sedangkan dosen pembimbing skripsi Jennifer dan Ivan, Dr Widodo Budiharto, SSi, MKom menjelaskan bahwa kursi roda yang diteliti bersama anak didiknya ini memiliki beberapa keunggulan, yakni bisa mengoptimalkan hanya 2 saluran dari 14 saluran di neuroheadset yang menangkap sinyal otak dari beberapa bagian otak. Kedua, dari segi kebaruan, maka riset kursi roda berbasis kendali otak ini paling baru.

"Kursi roda ini sudah sangat baik karena sudah sangat cepat dalam pengklasifikasiannya (sinyal otak-red). Karena hanya menggunakan 2 channel dari 14 channel yang digunakan," tutur Widodo ditemui di tempat yang sama.

Namun ke depan, penyempurnaan akan dilakukan untuk memperbaiki beberapa kelemahan. Pertama, akan diperbaiki dari sisi kontroler seefisien mungkin.

"Sistem catu dayanya agar mampu mensuplai tegangan ke kursi roda selama mungkin. Kemudian mengoptimalkan filtering sistem yang ada karena mau tidak mau kita masih berhadapan dengan noise yang muncul dari sistem tubuh manusia yang mengganggu pembacaan sensor EEG tersebut," paparnya.

Misi Kemanusiaan

Tawan yang merangkai lengan robot dari barang-barang bekas ini terpaksa karena tangan kirinya yang lumpuh. Lengan robot itu dia buat untuk meringankan bebannya, untuk lebih mudah melakukan pekerjaannya sebagai tukang las.

Dia merangkai lengan robot itu dengan tujuan sederhana, hanya untuk menolong dirinya sendiri, alih-alih merepotkan apalagi merugikan sesiapapun. Tawan sendiri mengakui sejatinya dia tak ingin memakai alat itu dan ingin sehat. Namun, bila dia memiliki uang, dia lebih memilih menggunakannya untuk kebutuhan anak-anaknya daripada memikirkan kesehatannya sendiri.

Bagi Tawan lengannya bisa berfungsi sedikit untuk membantunya mencari nafkah, itu saja sudah cukup. Maka, dia tak ingin alat rangkaiannya yang ilmunya dipelajari dari internet itu dibesar-besarkan lagi.

Lain lagi dengan mahasiswa Binus, mereka mengembangkan kursi roda dengan sinyal otak dengan tujuan membantu orang lain. Bahkan sudah ada yang meminta dibuatkan kursi roda itu. Namun sayang, belum bisa dipenuhi karena kursi roda ini masih disempurnakan. Harapannya, kursi roda ini bisa diproduksi massal sehingga bisa membantu bagi mereka yang membutuhkan.

Baik Tawan dan dua mahasiswa Binus itu bermaksud baik. Bila Tawan merangkai lengan robot untuk membantu dirinya sendiri dan menghidupi istri dan tiga anaknya, maka dua mahasiswa Binus itu membuatnya untuk membantu orang lain.

Maka, niat mulia dan kehendak berkreasi mereka semua patut diapresiasi tinggi.



http://news.detik.com/berita/3125732...si-kemanusiaan

=============================================

Quote:


=============================================

Spoiler for karena byk PM yang ingin wa hapus komen kasar , maka wa sensor komen wa ini :


untukmelihat bantahan 10 tuduhan blogger yang mengatakan kreasi yang dibuat i wayan tawan HOAX silahkan masuk thread wa di lounge , ini linknya : http://www.kaskus.co.id/thread/56a30...ng-tidak-aneh/
Diubah oleh kalsiddon 24-01-2016 10:55
0
121.6K
1.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.9KThread40.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.