Waktu itu saat ramadhan, biasanya budaya yang berlaku turun temurun masyarakat di desa ku Pamotan -Rembang melakukan ziarah kubur dan membersihkan kuburan sanak famili simbah buyut nya yang telah sowan terlebih dahulu kepada Allah,

Kegiatan nya biasanya diawali dengan membersihkan segala alang rerumput yang malang melintang menumbuhi badan kuburan, lalu menaikan lagi "gundukan" kuburan dengan tanah di samping samping kuburan , dan di akhiri dengan komat kamit membacakan doa atau biasanya baca surat yasin, sudah lalu pulang,

Berbeda dengan yang saya lakukan, saya cuma menaikan "gundukan" kuburan lalu membersihkan dedaunan pohon yang teah mengering, tanpa mencabut rumput yang masih hijau , namun saya cuma memotong sedikit supaya terlihat rapi tujuan nya supaya " ben ora di paedo tonggo" , lalu saya mengambil ranting pohon bambu yang masih hijau dan saya letakan di atas kuburan. kadang di jalan jika menemukan kembang yang telah rontok saya rela "leles" dan saya taruh di atas kuburan.

Apa yang saya lakukan ternyata terdengar di telinga bapak saya, beliau mendadak ngajak debat tentang apa yang saya lakukan bahwa hal itu ORA MASUK AKAL, setelah saya jelaskan mengapa saya menaruh dahan/bunga yang masih basah di atas kuburan, maklum bapak saya islam nya masih mambu kaum moderat padahal beliau sendiri yang memasukan saya ke Pesantren Sarang aneh bin ajaib.

Saya jelaskan dengan bahasa yang sebaik baiknya bahwa menaruh dahan/ apapun tumbuhan yang kahanane masih basah itu membacakan " tasbih" kepada penghuni kubur di bawahnya sampai ia mengering dan benar-benar kering. dan jelas hal itu akan meringankan penghuni kubur dari siksa kubur walaupun saya sendiri juga tidak tau betul bahwa simbah saya yang di dalam kubur itu di siksa atau tidak,

I dont know but i belive, saya percaya yang saya lakukan benar adanya karena kanjeng Nabi sendiri pernah melakukan meletakan pelepah kurma di atas kuburan , lha itukan pelepah kurma? kenapa saya malah menaruh ranting pohon bambu ? jawab : seandainya saat dulu dijaman nya nabi adanya pohon mangga pasti kanjeng nabi melakukan nya dengan pohon itu, lha kalau di indonesia ndak ada pohon kurma khusus nya yang dekat kuburan adanya malah pohon bambu , jelas saya tafsirkan yang lebih luas , saya nggak mau disebut islam kaku.

ini ada hadisnya :

Dari Ibnu Umar ia berkata; Suatu ketika Nabi melewati sebuah kebun di Makkah dan Madinah lalu Nabi mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di dalam kuburnya. Nabi bersabda kepada para sahabat “Kedua orang (yang ada dalam kubur ini) sedang disiksa. Yang satu disiksa karena tidak memakai penutup ketika kencing sedang yang lainnya lagi karena sering mengadu domba”. Kemudian Rasulullah menyuruh sahabat untuk mengambil pelepah kurma, kemudian membelahnya menjadi dua bagian dan meletakkannya pada masing-masing kuburan tersebut. Para sahabat lalu bertanya, kenapa engkau melakukan hal ini ya Rasul?. Rasulullah menjawab: Semoga Allah meringankan siksa kedua orang tersebut selama dua pelepah kurma ini belum kering. (Sahih al-Bukhari, [1361])

di perkuat lagi dalam I’anah al-Thalibin;

Disunnahkan meletakkan pelepah kurma yang masih hijau di atas kuburan, karena hal ini adalah sunnah Nabi Muhammad Saw. dan dapat meringankan beban si mayat karena barokahnya bacaan tasbihnya bunga yang ditaburkan dan hal ini disamakan dengan sebagaimana adat kebiasaan, yaitu menaburi bunga yang harum dan basah atau yang masih segar.

Sekarang sudah jelaskan , mengapa kanjeng Nabi melakukan hal tersebut? saya yakin sekali semua perbuatan dan perkataan kanjeng Nabi adalah di gugu lan di tiru untuk semua ummat nya sedunia, nah di kasus hal ini budaya di desa saya biasanya meletakkan bunga-bunga atau wewangian hanya saat pertama kali di kubur saja, setelahnya ya budayanya kembali ke topik di atas yang saya jelaskan, membabat habis rerumputan yang tumbuh di atas kuburan,

WallauA'lam bissoab..

sumber artikel copas dari PamotPedia

http://blog-maspamot.blogspot.com/20...yang-bisa.html