paijoo.paijemAvatar border
TS
paijoo.paijem
Hari Gini Masih Percaya Pamali?
Apa itu pamali?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pamali didefinisikan sebagai “pantangan; larangan (berdasarkan adat dan kebiasaan)”.

Yang perlu kita cermati sebagai umat Islam adalah dasar pamali: adat dan kebiasaan.

Dalam Islam, sah saja bila adat dan kebiasaan menjadi pijakan perbuatan. Syaratnya, selama adat dan kebiasaan itu tidak bertentangan dengan dalil shahih.

Contoh:

Apakah memberi makanan ke tetangga boleh dijadikan kebiasaan? Tentu boleh. Terdapat hadits Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam yang artinya, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tetangganya.”
Apakah adat “gotong royong” boleh ditumbuhkan di masyarakat? Tentu boleh. Segala adat dan kebiasaan boleh dilakukan, selagi tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Bolehkah percaya pamali?

Mungkin pada awalnya, pamali ini dikarang dengan maksud baik. Mungkin untuk memperingatkan “secara halus”. Sayangnya, pamali ini bertentangan dengan aqidah Islam yang shahih. Dalam Islam, kita dilarang percaya bahwa suatu hal akan mendatangkan sial bila kepercayaan itu lahir tanpa dalil syar’i.

Contoh:

Kalau seorang ayah keluar kota, baju kotornya yang ada di rumah tidak boleh dicuci; nanti anaknya bisa terus-terus kangen dengan ayahnya.
Kalau sedang makan, jangan tinggalkan makanan lalu pergi ke warung; nanti rezekinya ikut pergi.
Kalau mau keluar rumah tapi tidak makan dulu (padahal sudah disuruh makan), nanti bisa celaka di jalan.
Jangan membuka payung di dalam rumah, karena nanti akan ada anggota keluarga yang meninggal.
Jangan potong kuku malam hari.

Dalam istilah syariat, urung melaksanakan sesuatu karena takut sial (pamali) disebut “tathayyur”. Sejak zaman jahiliah, orang Arab pun telah punya “pamali”. Salah satunya adalah keyakinan sebelum mereka akan berangkat safar. Sebelum pergi, mereka akan menerbangkan seekor burung. Jika burung terbang ke arah kanan, mereka percaya safarnya akan berjalan mulus. Jika burung terbang ke arah kiri, mereka percaya itu tanda petaka; niat safar akhirnya diurungkan.

Apa sebenarnya tathayyur itu?

“Perihal tathayyur, Muawiyah bin Al-Hakam radhiyallu ‘anhu berkata, ‘Aku mengatakan,

وَمِنا رِجَالٌ يَتَطَيرُونَ، قَالَ: ” ذَاكَ شَيْءٌ يَجِدُونَهُ فِي صُدُورِهِمْ، فَلَا يَصُدنهُمْ

‘Di antara kami ada orang yang ber-tathayyur (percaya pamali).’ Beliau bersabda, ‘Perasaan yang muncul di hati kalian, jangan jadikan penghalang kalian (jangan dihiraukan).’ (HR.Muslim, An Nasai, Abu Daud, dan Ahmad)

Betapa bahaya tathayyur


الطيرة شرك الطيرة شرك الطيرة شرك

“Tathayyur itu kesyirikan! Tathayyur itu kesyirikan! Tathayyur itu kesyirikan!” (Hadits shahih, diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu; lihat Ghayatul Maram, no. 303)

Akibat tathayyur:

Seseorang akan merasa was-was, resah gelisah. Dia urung melakukan rencana karena sebuah alasan yang tidak dibenarkan dalam Islam.
Bila dia percaya bahwa alasan itu adalah penyebab akan datangnya kesialan, berarti dia telah terjerumus dalam sirik asghar. Misalnya: Seseorang percaya bahwa terbangnya burung ke arah kiri adalah penyebab sial dalam safarnya nanti.
Bila dia percaya bahwa alasan itulah yang punya kuasa untuk mendatangkan kesialan, berarti dia telah telah jatuh dalam sirik akbar. Misalnya: Seseorang percaya bahwa burung itulah yang mampu mendatangkan kesialan.

Solusi agar terhindar dari tathayyur

Jika ada was-was tathayyur di hati, amalkanlah petunjuk dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini,

من ردته الطيرة فقد قارف الشرك

“Siapa yang mengurungkan rencana karena ‘pamali’ maka dia telah melakukan kesyirikan.” (Hadits shahih; lihat As-Silsilah Ash-Shahihah [Al-Mukhtasharah], no. 1065)

Terdapat tambahan dalam riwayat lain,

قالوا : وما كفارة ذلك يا رسول الله ؟

“Mereka (para shahabat) berkata, ‘Jadi, apa gantinya, wahai Rasulullah?’

قال : يقول أحدهم : اَللهُم لاَ طَيْرَ إِلا طَيْرُكَ وَلاَ خَيْرَ إِلا خَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

Beliau bersabda, ‘Ucapkanlah: Allahumma la thayra illa thayruka, wa la khayra illa khayruka, wa la ilaha ghayruka (Ya Allah, tiada kesialan melainkan kesialan (atas izin-Mu), tiada kebaikan melainkan kebaikan dari-Mu, dan tiada sesembahan yang berhak di sembah selain Engkau.’”

Catatan:

Hadis ini menjadi dalil bahwa perasaan takut melakukan aktivitas karena tiyaroh, bernilai syirik kecil jika menyebabkan hilang tawakkal, sehingga dia menggagalkan rencananya. Sebaliknya, ketika dia tetap melanjutkan rencananya, meskipun terlintas perasaan khawatir, tidak termasuk syirik, sebagaimana hal ini dialami para sahabat.

Wallahu a’lam.

Referensi:

As-Silsilah Ash-Shahihah (Al-Mukhtasharah), Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Al-Maktabah Asy-Syamilah.
Al-Kalamut Thayyib, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Al-Maktabah Asy-Syamilah.
Ghayatul Maram, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Al-Maktabah Asy-Syamilah.

***

Penulis: Athirah Mustadjab (Ummu Asiyah)
Muraja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits

Artikel WanitaSalihah.Com
0
3.3K
28
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.