Antisipasi dan Ikhlas

Beranda

...

Heart to Heart
Antisipasi dan Ikhlas

DJ Kuahh

29-10-2015 07:04

Antisipasi dan Ikhlas

Assalamu'alaikum, wr. wb.

Pada kesempatan kali ini, izinkan saya membahas tentang Antisipasi, Ikhlas, dan hubungan keduanya..

ANTISIPASI

antisipasi/an·ti·si·pa·si/ |n| |1| perhitungan tentang hal-hal yang akan (belum) terjadi; bayangan; ramalan; |2| penyesuaian mental terhadap peristiwa yang akan terjadi; |3| Lingperubahan bunyi oleh alat ucap yang menyediakan posisi yang diperlukan untuk menghasilkan bunyi berikutnya.

Perhitungan tentang hal-hal yang akan (belum) terjadi. Sangat nyata bahwa antisipasi adalah sebuah sikap hidup yang layak untuk dikembangkan, yang akan membuat kita lebih siap dalam menghadapi berbagai masalah. Dan tentunya juga memberikan kita sebuah keuntungan bahwa kita sudah tahu solusi sebuah masalah, sebelum masalah itu terjadi.

Kendala dari antisipasi adalah :
1. Sangat sulit untuk membiasakannya, terutama bagi orang-orang yang tidak terbiasa berpikir jauh ke depan dan bertindak impulsif (spontan tanpa berpikir panjang).
2. Pada kadar terlalu tinggi, antisipasi menyimbulkan phobia berpanjangan akan terjadinya sesuatu, dan/atau menumbuhkan sifat pesimisme.
3. Masih berkaitan dengan poin 2, akan mematikan pemikiran optimis dan mengurangi keberanian untuk mengambil resiko.
4. Silahkan diisi sendiri..

IKHLAS

ikhlas/ikh·las/ abersih hati; tulus hati: memberi pertolongan dengan --; mereka benar-benar --;

mengikhlaskan/meng·ikh·las·kan/ v memberikan atau menyerahkan dengan tulus hati; merelakan: kami telah ~ kepergiannya; dia ~ tanahnya untuk tempat pembangunan rumah sakit;

Poin pentingnya ada pada merelakan. Menerima terjadinya sesuatu. Disaat kita rela dengan terjadinya sesuatu, kita akan lebih tabah untuk menjalani hidup, karena hidup adalah serangkaian masalah dengan berbagai tingkatan. Beberapa tahun berlalu dan saya masih sering teringat kata "ilmu ikhlas", yang muncul dalam sebuah sinetron religi. Lengkap dengan kebingungan sang protagonis untuk mendapatkan ilmu ikhlas tersebut. Tapi sesuai dengan arti dari kata ikhlas itu sendiri, ilmu ikhlas sederhananya adalah menerima terjadinya sesuatu, meski berat untuk menghadapinya.

Hal-hal yang menyebabkan kurangnya kemampuan seseorang untuk ikhlas :
1. Kurangnya iman, bahwa sesuatu memang sudah ditakdirkan terjadi.
2. Kurangnya bahkan ketiadaan antisipasi pada suatu hal, sehingga seseorang tidak siap saat hasil yang diterimanya bertentangan dengan apa yang diharapkanya.
3. Masih mengacu pada nomor 3, kurangnya antisipasi ini juga membuat seseorang melakukan hal2 yang memperburuk situasi kegagalan.

Dari jabaran di atas, nyatalah bahwa ikhlas dan antisipasi punya keterkaitan yang tidak terpisahkan. Mari kita bahas keterkaitan keduanya, lengkap dengan contoh2 yang mudah2an relevan.

1. Antisipasi terhadap suatu hal, memberi kita kemudahan untuk ikhlas.

Spoiler for Penjabaran:

Disaat kita tahu dan memikirkan kemungkinan tentang terjadinya sesuatu, kita akan mulai bersiap diri jika hal tersebut terjadi. Maka dari itu, efek "kaget"nya saat hal tersebut terjadi bisa diminimalisir. Dan jika kita tidak kaget, berarti kita sudah cukup siap kan? Layaknya seorang striker yang tiba2 mendapatkan umpan dari temannya, dia akan bisa bereaksi dengan baik. Begitu juga dengan bola liar, misalnya.

Hubungannya dengan H2H apa?

Saat seseorang mendapatkan hati dari lawan jenisnya, lalu mereka mulai mencoba memadukan jalan hidup mereka (iyaaaaa, namanya pacaran). Ada euforia, suatu perasaan bahagia yang berlebihan. Ada cinta dan kasih sayang yang diumbar habis-habisan. Ada perlakuan yang sangat spesial, melebihi yang biasanya kita berikan. Tebak apa yang tidak ada? Antisipasi, jika dia bukanlah jodoh kita. Keikhlasan, jika benar bahwa dia bukanlah jodoh kita. Dan sebagian besar dari orang-orang spesial ini memang bukan jodoh kita kan? Faktanya lebih banyak mantan ketimbang suami/istri. Dan faktanya banyak sekali yang galau, susah move on..

2. Adanya antisipasi membuat kita menjaga diri dari hal-hal yang memperberat konsekuensi.

Spoiler for Penjabaran:

Jika kita sudah tahu akan sebuah kemungkinan yang terjadi, dan kita sudah tahu beratnya menghadapi kemungkinan tersebut (baca : konsekuensi), adalah sesuatu yang wajar jika kita jaga diri kita dari memperburuk tingkatan konsekuensi yang harus kita terima. Bahwa konsep meminimalisir risiko itu sangat wajar jika diterapkan. Ibaratnya kita tahu bahwa dompet bisa saja tercecer di jalan, kita perburuk situasi dengan meletakkan semua uang kita disana.

Hubungan dengan H2H lagi nih..

Kita tahu bahwa sebagian besar yang kita temui itu bukan jodoh kita, dimana hal itu sudah umum sekali kita lihat. Tapi terlalu banyak yang lupa untuk mengantisipasinya, lupa bahwa yang sedang bersama kita ini mungkin saja bukan jodoh kita. Kita seharusnya tahu, besar sekali kemungkinannya bahwa si dia bukan milik kita, namanya juga masih menjajaki kemungkinan untuk menikah (pemahaman dasar dari penjajakan, lalu diselewengkan menjadi pacaran : menjalin cinta kasih). Jika putus biasa saja sudah buat kita galau, kenapa kita persulit dengan melakukan hal-hal yang memperberatnya? Kenapa kita melakukan hal-hal dimana seakan-akan si dia sudah menjadi milik kita sepenuhnya? Kenapa terjadi seks bebas?

Ya, dimabuk asmara (bahasa lama banget ini). Ya, sangat cinta, sangat sayang. Tapi perasaan dan kenyataan WAJIB dipisahkan. Apapun perasaan kita, yang terjadi di dunia pada akhirnya tetaplah realita dan bukan perasaan kan? jika kita lihat potensi destruktifnya, sungguh naif jika kemungkinan gagal ini, kemungkinan tidak berjodoh ini, dibuang dari pemikiran.

Jika kita lupa mengantisipasinya dan menjaga kemesraan ke level minimum, kita akan tersakiti disaat gagal. Dan jika putus biasa saja sudah sulit untuk diikhlaskan, bagaimana cara mengikhlaskan seseorang yang sudah memberikan dan kita berikan segalanya?

3. Antisipasi dan Ikhlas menjaga diri kita dari kerusakan.

Spoiler for Penjabaran:

Setiap antisipasi yang kita lakukan, adalah bukti bahwa kita merawat diri kita dari menghancurkan diri sendiri. Setiap keikhlasan yang kita kembangkan, adalah bukti bahwa kita menerima kenyataan dan bisa fokus untuk terus menjalani hidup kita dengan normal. Antisipasi dengan pemikiran, memberikan kita kesiapan untuk menghadapi semua kenyataan yang mungkin terjadi. dan Ikhlas dengan hati, memberikan kita ketabahan untuk menghadapi apa yang memang terjadi nantinya.

Bayangkan potensinya. Saat kita mendapati seseorang yang membuat kita tertarik, dan gayung bersambut lalu didapati sebuah kesepakatan untuk menjalaninya dulu bersama-sama. Berantrisipasi atas kegagalan, kita tekan romantisme pada level minimum, fokus pada melihat kecocokan karakter. Dan di saat diketahui bahwa kecocokan tidak dicapai, kita lepas si dia dengan ikhlas.

Bandingkan dengan yang terjadi di sekeliling kita! Semoga kita bisa menilai, mana yang konstruktif dan mana yang destruktif, dengan kepala dingin.

4. Pada akhirnya, Antisipasi ada batasnya. Proteksi terakhir kita adalah Ikhlas.

Spoiler for Penjabaran:

Akal manusia ada batasnya. Tidak akan bisa kita memperhitungkan semua kondisi yang mungkin terjadi, dan manusia tidak akan bisa bersiap terhadap segala kemungkinan yang ada, karena begitu banyaknya. Kembangkanlah keikhlasan pada level tertinggi, karena disaat semua benar-benar diluar perkiraan, kita masih bisa melanjutkan hidup kita.

Seberapa sering kita berada di ambang kesuksesan namun masih saja kesuksesan itu lepas dari genggaman? Atau kita mengalami musibah yang tak terduga? Atau bencana alam? Hal-hal yang tak terpikirkan pada kita suatu saat akan mendatangi kita, dan tidak mungkin kita antisipasi. Maka ikhlaskanlah, relakanlah, apa yang terjadi tidak bisa diubah lagi.

Sepesimis-pesimisnya seseorang, dia tidak akan sampai begitu pesimis sampai memikirkan sebuah pesawat jatuh menabrak rumah mereka..

Kembangkanlah keduanya. Antisipasi dan Ikhlas, suatu sinergi yang baik dari akal dan perasaan. Antisipasi tanpa keikhlasan akan memunculkan sifat pesimis dan paranoid. Keikhlasan tanpa antisipasi memunculkan sifat menerima apa adanya, tapi tidak membuat hidup kita menjadi lebih baik. Dan tanpa antisipasi dan keihkhlasan, maka penderitaan selalu membayangi hidup kita..

Sebenarnya masih banyak yang ingin saya tuliskan, tapi saya pikir cukuplah seperti ini dulu. mudah-mudahan bisa membuka pemikiran kita, dan bermanfaat adanya bagi yang membaca maupun penulis sendiri. Revisi dan diskusi menyusul..

Wassalamu'alaikum, wr. wb.

Diubah oleh DJ Kuahh 30-10-2015 04:00