adityasAvatar border
TS
adityas
Semangat Berbagi Ilmu
Jalan-jalan ke beberapa group/milis otomotif, desain, arsitek yang dilihat cuma iklan, iklan, iklan. Yang kentara jadi ajang tukar menukar ilmu cuma sebagian kecil. Yang sebagian kecil itu terasa kental persaudaraannya. Yang lain ramai juga tapi setiap kali ada yang tanya hal yang pernah diulas, jawabannya disuruh lihat dokumen atau disuruh buka halaman sebelumnya.

Memang sih untuk belajar harus berusaha. Jer basuki mawa beya. Sebenarnya yang tanya-tanya tanpa melihat kronologi itu ada 3 kategori yaitu, terkena urgensi, terbatas kuotanya, dan malas. Sebenarnya pula, tidak masalah bagi member lain yang kebetulan menguasai atau mengetahui jawaban permasalahan untuk langsung menjawabnya. Tidak akan menurunkan derajat senioritas dalam pandangan member lain yang merasa masih yunior. Bahkan member lain akan ketularan untuk siaga. Deskripsi siaga yaitu sudah siap sedia apabila sewaktu-waktu dibuituhkan.

Coba telaah 3 kategori yang saya sebutkan tadi ya.

  1. Terdesak urgensi. Member ini dalam keadaan panik. Ada 2 kondisi. Kemungkinan pertama dia memang benar-benar belum berpengalaman dan terjebak dalam kondisi dead line atau darurat. Kemungkinan kedua sebenarnya dia sudah mampu untuk memecahkan masalah tapi tertutup oleh rasa paniknya sehingga clue yang ada di benaknya tersapu kegugupan.
  2. Terbatas kuotanya. Ada banyak kemungkinan disini sehingga aku ambil kesimpulannya saja. Ingin rajin dan pintar tapi apa daya kantongnya yang tak mampu. Kategori ini bisa diintegrasikan ke kategori pertama. Yaitu terdesak urgensi tapi tidak ingin merepotkan orang lain namun celakanya kuota sudah seiprit. Terpaksa tanya to the point.
  3. Malas. Malas ini bukan berarti tidak ingin pintar tapi ingin shorcut tanpa banyak lelah. Jalan pintas dengan cara bertanya langsung tanpa bersusah payah membaca kronologi sebelumnya.

Ketiga kategori tadi menjadi lebur, maksudku kategorinya menjadi mengerucut bila member lain langsung merespon cepat dengan informasi yang dibutuhkan oleh si penanya. Kategorinya hanya satu, member yang butuh ilmu. Sedangkan yang merespon adalah sumber ilmunya.

Ilmu dimiliki untuk dibagi. Semakin rajin berbagi ilmu semakin banyak efek positif yang kita dapat. Ilmu tidak akan hilang menguap begitu saja tanpa ada timbal baliknya. Disinilah kecerdasan berperan. Seorang yang cerdas dan mempunyai bakat akan cepat menguasai. Orang lain yang lamban akan tertinggal. Pemilik ilmu yang membagi ilmunya mendapat doa syukur dari orang yang terbantu. Doa syukur akan menjadi penerang bagi yang didoakan maupun yang mendoakan. Tidak perlu dijelaskan lebih panjang lagi apa efek doa tergantung pada agama dan kepercayaan masing-masing orang. Tapi aku yakin tidak ada agama yang mengajarkan doa syukur menyebabkan celaka.

Aku mulai saja dari diriku sendiri ketika membaca pertanyaan member-member dalam beberapa group atau milis yang aku ikuti. Bila kurasa mampu aku jawab. Bila tidak mampu tapi mengetahui siapa yang sekiranya bisa mengatasi masalah, aku tag/quote namanya atau mengarahkan penanya untuk bertanya kesana. Rasanya pikiran ini menjadi adem bila permasalahan penanya teratasi meski sebagian besar bukan aku yang menyelesaikan. Paling tidak menjadi sarana kebaikan bagi orang lain menyebabkan aku bersyukur. Bukan sombong tapi diam-diam bangga meski tidak ada yang memuji terang-terangan. Doa dari dalam hati seringkali lebih mustajab dibanding doa yang dipamerkan.

Yuk, mari kita awali hari ini dengan semangat siaga untuk diri sendiri dan orang lain. Mohon maaf bila ada salah kata.

Renungan pagi. Dapurkejambon Jombang, 20150917
0
2.4K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.