Teman-Teman semua...
Alkisah di sinetron, acapkali muncul adegan anak yang yang kecewa dengan orangtuanya. Yang tak mampu memberikan lebih dari apa yang si anak minta. Jangankan lebih, memberikan seperti yang si anak minta saja banyak yang kesulitan. Meski si orangtua, bapak dan ibunya, sudah bekerja keras, tanpa harus mengatakan kepada anak mereka, namun kebutuhan dan keinginan sang anak rupanya tak tertutupi oleh penghasilan orangtua. Ketika suatu saat orangtua menanyakan: uang yg bapak berikan kemarin utk apa, kok sudah habis? Sang anak dengan entengnya menjawab: ngapain sih harus ditanya2, kalo memang belum bisa memberi lagi ya sudah…
Atawa lebih ketus: mestinya tidak usah diungkit2 kalo bpk sudah memberikan uang, kalau saya bisa cari sendiri kelak juga tidak akan meminta2.
Bagaimana jika anak Anda yg mengatakan itu? Masih tegarkah hati dan perasaan Anda, tanpa harus marah ataupun menahan amarah? Atawa akan menangis, meski dalam hati, karena tak kuasa menahan amarah? Atau hati dan perasaan Anda menerima dengan ikhlas apapun yang dikatakan sang anak?Rasanya setiap orangtua akan berharap anaknya tidak akan berlaku seperti itu. Namun, apa yg tersaji di sinetron itu rupanya sudah jamak dilakukan anak2 era sekarang. Meski mereka tahu kemampuan bapaknya, yang tak mampu memenuhi keinginannya, tetap saja masih “tega” meminta lebih. Alih alih dengan sopan, justru perkataan yang menyakiti orangtua.
Bukan hanya disinetron hal seprti itu juga terjadi di kehidupan nyata...
Rasanya orangtua yg bekerja keras, susah payah mengumpulkan rezeki, menyishkan bila ada sisa. Jikalau pendapatan hampir2 tak mencukupi pengeluaran bulanan, orangtua akan memilah2 kebutuhan mana yang urgen dan penting setiap bulannya. Dan, kebutuhan anak selalu menjadi prioritas. Ketika ia membelikan baju untuk anak2nya, maka orangtua akan semakin menunda kapan ia bisa membeli baju baru baginya, bagi istri/suaminya. Itu gbran orangtua yg kebanyakan, seperti halnya saya, yang harus selalu memilah2 kebutuhan setiap bulan. Bagi mereka yg diberi rezeki berlimpah mungkin tanpa berpikir, tanpa harus berhitung saldo di rekeng mereka dlm memberi uang kpd anak2 mereka setiap saat anak meminta, atau tanpa diminta.
Tanpa membedakan orangtua yg miskin, pas2an, atau yg kaya raya, Tuhan memberi rambu2 kpd kita untuk selalu berbakti kpd orangtua. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. “(Al-Israa : 23).
Ayat2 terkenal yang menjadi pegangan hidup bagi muslim dlm hbgn anak-orangtua adalah Surah Lukman. “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Surah Lukman: 14-15). Ayat ini tegas sebuah perintah langsung agar berbuat baik kpd ibu bapak, tak ada pengecualian, apakah bapk-ibunya sudah bercerai, apakah bapaknya penjahat dan org kafir sekalipun. Anak wajib hukumnya berbuat baik kpd orangtua. Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Ayat di atas menunjukkan diharuskannya memelihara hubungan baik dengan orang tua, meskipun dia kafir. Yakni dengan memberikan apa yang mereka butuhkan. Bila mereka tidak membutuhkan harta, bisa dengan cara mengajak mereka masuk Islam..”
Kita juga diingatkan bahwa berbakti kepada kedua orangtua adalah jihad? Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki meminta izin berjihad kepada Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallam. Beliau bertanya, “Apakah kedua orangtuamu masih hidup?” Lelaki itu menjawab, “Masih.” Beliau bersabda, “Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
Baginda Rasul juga mengingatkan, bahwa taat kepada orangtua adalah salah satu penyebab masuk surga. Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallambersabda, “Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh kasihan.” Salah seorang sahabat bertanya, “Siapa yang kasihan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang sempat berjumpa dengan orang tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat umur mereka sudah menua, namun tidak bisa membuatnya masuk surga.” (Riwayat Muslim)
Beliau juga pernah bersabda: “Orangtua adalah pintu pertengahan menuju surga. Bila engkau mau, silakan engkau pelihara. Bila tidak mau, silakan untuk tidak mempedulikannya.” (HR At-Tirmidzi.). Menurut para ulama, arti pintu pertengahan, yakni pintu terbaik. Keridhaan Allah Subhanahu Wata’ala, berada di balik keridhaan orangtua.Keridhaan Allah Subhanahu Wata’ala bergantung pada keridhaan kedua orangtua. Kemurkaan Allah Subhanahu Wata’ala, bergantung pada kemurkaan kedua orangtua.
Baginda Nabi juga mengingatkan: berbakti kepada kedua orangtua membantu meraih pengampunan dosa. Aliksah seorang lelaki datang menemui Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallam sambil mengadu, “Wahai Rasulullah! Aku telah melakukan sebuah perbuatan dosa.” Beliau bertanya, “Engkau masih mempunyai seorang ibu?” Lelaki itu menjawab, “Tidak.” “Bibi?” tanya Rasulullah lagi. “Masih.” jawabnya. Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda, “Kalau begitu, berbuat baiklah kepadanya.” Hadits ini menunjukkan bahwa berbuat baik kepada kedua orangtua, terutama kepada ibu, dapat membantu proses taubat dan pengampunan dosa. Mengingat, bakti kepada orangtua adalah amal ibadah yang paling utama.
Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul waalidain yaitu berbuat baik terhadap kedua orangtua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.” Al-Imam Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birrul waalidain atau bakti kepada orang tua, hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban: Pertama: Menaati segala perintah orangtua, kecuali dalam maksiat. Kedua: Menjaga amanah harta yang dititipkan orangtua, atau diberikan oleh orangtua. Ketiga: Membantu atau menolong orangtua, bila mereka membutuhkan.