Sebanyak 30 gerbong KRL tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (1/7/2015). Kedatangan gerbong ini adalah rangkaian pengiriman dari Jepang sebanyak 120 unit. Kereta buatan tahun 1985 tersebut dipilih karena dianggap komponennya sesuai dengan Indonesia.

"Ada banyak faktor ya. Tidak cuma harga yang lebih murah, tetapi dari segi teknis, perawatan dan fitur kereta sudah akrab dengan situasi di Indonesia," ujar Direktur Umum PT PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), SN Fadhila saat memantau kedatangan KRL tersebut di Pelabuhan Tanjung Priok, Kamis (2/7/2015).

Fadhila mengatakan, harga beli kereta berimbas pada pengembalian suatu produk. Dengan harga gerbong Rp 600 jt -Rp 1M, harga perawatan dan tiket juga bisa ditekan. Berbeda jika PT KCJ membeli gerbong baru senilai Rp 12 - 15 miliar per gerbong.

"Kalau kita beli gerbong baru, tentu harga tiket pasti naik. Warga DKI belum siap kalau kita pasang tarif KRL Bogor-Kota sejauh 60 kilometer seharga Rp 50 ribu," paparnya.

Gerbong kereta yang datang di pelabuhan Tanjung Priok berwarna perak dan garis kuning tersebut rencananya akan dicat kembali dengan warna milik KCJ. Selain itu, seluruh KRL akan diuji kelayakannya sebelom dioperasikan.

"Beberapa minggu lalu masih dipakai di Jepang. Jadi, KRL bekas tapi masih aktif beroperasi," tutur Fadhila.

Dia pun mengakui kebutuhan kuota penumpang meningkat pertahunnya, oleh sebab itu PT KCJ terus mendatangkan gerbong kereta masih layak pakai.

"Karena memang kebutuhannya beda. Khusus di Jabodetabek, kita fokuskan untuk penuhi kuota penumpang yang tinggi dan terus meningkat setiap tahunnya. Jadi, kita siapkan gerbong yang layak dan masih bagus, tapi harganya miring. Sehingga, harga tiket bisa ditekan," paparnya.

narsum: http://www.infonitas.com/megapolitan...al-jepang/8173

layak dan masih bagus knp tidak