- Beranda
- The Lounge
Persiapkan Masa Depan Ente Gan, Supaya Ga "Konyol" Kaya Gini Nanti
...


TS
rhbinvestid
Persiapkan Masa Depan Ente Gan, Supaya Ga "Konyol" Kaya Gini Nanti
Persiapkan masa depan ente gan... Karena kesulitan ekonomi pasti akan kita hadapin... Hanya org2 yg mempersiapkan diri yg sanggup menerjang kerasnya hidup... Kalo ente ga bisa mempersiapkan diri, dan ente ga sanggup menjalani, bisa2 ente kaya begini nasibnya

KEDIRI – Pemerintah dan masyarakat seharusnya tidak meremehkan ekonomi yang semakin sulit. Sebab, tidak semua orang bisa bertahan dan berpikir positif untuk mencari jalan keluar atas beban ekonomi yang melilit.
Tindakan konyol Yudi Santoso, 41, yang memilih bunuh diri bersama keluarganya di Kediri, Jawa Timur, Jumat malam (3/4), karena tekanan ekonomi keluarga menjadi peringatan agar pemerintah, masyarakat, serta keluarga saling peduli atas kesulitan hidup orang-orang di sekitar.
Jawa Pos Radar Kediri melaporkan, status penganggur karena mengundurkan diri sebagai sales perusahaan farmasi dua bulan lalu membuat Yudi resah. Keuangan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya pun langsung morat-marit. Apalagi satu-satunya sumber keuangan dari penghasilan istrinya, Fajar Retno, 38, yang bekerja sebagai supervisor di sebuah perusahaan farmasi, terhenti. Sebab, Retno ikut mengundurkan diri tanpa alasan yang jelas.
Yudi sudah berupaya bertahan dengan bekerja serabutan. Dia pun pindah rumah dari kontrakan di Kelurahan Semampir, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri, ke rumah orang tua di Desa Minggiran di kecamatan yang sama. Namun, semua usaha itu dirasa belum cukup. Sebab, mereka juga harus menanggung kebutuhan Ola, 7, anak semata wayang Yudi dan Retno yang baru kelas 1 SD. Di luar dugaan, kesusahan hidup tersebut membuat Yudi patah harapan.
Jumat (3/4) sekitar pukul 20.00, jasad Yudi ditemukan terbujur kaku bersama jasad Retno dan Ola. Di samping tiga jasad tersebut, polisi menemukan sebotol racun dan gelas. Meski mereka diduga bunuh diri, polisi masih menyelidiki untuk memastikan penyebab kematian.
Yang menemukan jasad satu keluarga tersebut adalah adik kandung Yudi, Aminur Hadi, 37. Aminur yang pulang dari Surabaya pada Jumat malam (3/4) mendapati rumah kakaknya dalam keadaan lengang. Dia mulai tidak tenang saat mencium bau busuk yang menyengat dari kaca nako kamar depan. Di kamar itulah biasanya sang kakak sekeluarga tidur. ’’Saya kira bau bangkai ayam,’’ kata pria yang disapa Amin itu sambil menunjuk kandang ayam yang tidak jauh dari kamar tersebut kemarin.
Saat itu, dia belum curiga kakaknya bersama istri dan anaknya sudah tewas. Sebab, dari luar rumah, terlihat televisi masih menyala. Namun, ketika dia mengetuk pintu, tidak ada jawaban dari dalam rumah. Beberapa saat di luar, Hadi kemudian mendobrak pintu samping rumah hingga rusak.
Saat masuk kamar sang kakak itulah, darah Amin langsung tersirap. ’’Saat saya buka kamar paling depan, tubuh kakak saya sudah terkapar bersama istri dan anaknya,’’ ungkapnya. Amin pun berlari meminta bantuan warga. Beberapa warga lain langsung melapor ke perangkat desa dan polisi.
Saat olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi menemukan sepucuk surat tulisan tangan di halaman tengah buku. Buku tersebut, tampaknya, sengaja dibiarkan terbuka agar bisa dibaca siapa pun yang masuk ke kamar itu. Tulisan tangan dengan tinta hitam tersebut berbunyi permintaan maaf Yudi dan istrinya atas keputusan mereka mengakhiri hidup.
Pesan tersebut juga mengungkapkan rasa lelah serta putus harapan atas situasi yang menekan mereka. Akhirnya, mereka sepakat mengakhiri hidup bersama-sama.
Amin mengungkapkan, motif bunuh diri memang cukup kuat. Sebab, dia mengetahui kondisi rumah tangga kakaknya yang tengah tidak harmonis. ’’Mereka hendak cerai,’’ jelasnya. Perceraian itu lebih dilatarbelakangi kondisi ekonomi.
Nurul Talqis, kakak Yudi, membenarkan bahwa ekonomi adiknya tengah terpuruk. Karena Yudi dan istri tidak lagi memiliki pekerjaan tetap, keluarga meminta mereka pulang ke rumah orang tua Yudi di Desa Minggiran. ’’Hitung-hitung hemat dan tidak keluar biaya kontrak rumah,’’ katanya.
Nurul yang tinggal di Surabaya menyatakan tidak tahu bahwa adiknya sangat terpukul setelah tidak bekerja. Meski tahu adiknya sedang dilanda kesulitan ekonomi, Nurul tidak menyangka Yudi akan mengakhiri hidup bersama istri dan anaknya.
Di TKP, tim identifikasi Polres Kediri terlihat mengambil sejumlah barang untuk dijadikan bukti. Berdasar waktu kematian, polisi memperkirakan ketiganya tewas sekitar tiga hari lalu.
Menurut Kapolsek Papar Ajun Komisaris Kamsudi, belum diketahui jenis racun yang ditemukan di kamar keluarga Yudi. Dia mengungkapkan, dari TKP, polisi menemukan minuman seperti air putih dan sedotan, bungkusan kopi hitam, serta minuman perasa berwarna kuning bening. Selain itu, ada satu botol semprot racun nyamuk dan serangga.
Karena Yudi dan Retno pernah bekerja di farmasi, polisi khawatir yang mereka konsumsi adalah jenis obat-obatan, bukan racun serangga. ’’Keduanya juga tahu tentang obat-obatan karena sudah lama bekerja di bidang farmasi,’’ tambah Kamsudi. Karena itulah, polisi curiga mereka sengaja menenggak racun jenis obat-obatan. ’’Kita tunggu saja hasilnya,’’ lanjutnya.
Hal lain yang baru terungkap adalah wasiat yang ditulis Yudi. Dalam pesan terakhirnya, Yudi memang meminta mereka bertiga dimakamkan dalam satu liang lahad. Namun, permintaan tersebut tidak dituruti keluarga.
Jenazah Yudi dimakamkan di pemakaman umum Desa Minggiran, Kabupaten Kediri. Sementara itu, jenazah istrinya, Fajar Retno, serta anak perempuannya, Ola, dibawa pulang keluarga ke Semarang untuk dimakamkan di sana.
’’Keluarga dari pihak perempuan meminta dimakamkan di Semarang. Kami memahami dan menghormati permintaan itu,’’ kata Hari, kakak ipar Yudi, di rumah duka di Dusun Morangan, Desa Minggiran, Kediri, kemarin.
Di dalam surat wasiat itu, Yudi juga meminta semua barang miliknya dijual untuk mengurus pemakaman. Jika kurang, dia pun meminta keluarga mengambil uang di ATM BCA yang disertai nomor PIN. Yudi juga memaparkan dua nomor ponsel keluarga Retno di dalam surat wasiat. Sayangnya, saat dihubungi koran ini siang kemarin, tidak satu pun nomor tersebut aktif.
Sebenarnya petugas tidak hanya menemukan surat wasiat. Ada pula catatan curahan hati (curhat) Yudi yang ditulis 18 lembar. Dari situ diketahui bahwa bunuh diri tersebut sebenarnya sudah menjadi kesepakatan antara Yudi dan Retno. ’’Mereka sepakat mengakhiri hidup dengan cara singkat,’’ terang Kamsudi.
Selain itu, keinginan Yudi dan Retno mengakhiri hidup dengan cara menenggak racun diketahui lewat SMS. ’’Mereka memang sempat saling SMS-an,’’ lanjutnya. Pesan singkat itu kali terakhir dikirim Selasa siang (31/3).
Mengenai persoalan ekonomi sebagai pemicu mereka mengakhiri hidup, Kamsudi menduga salah satu penyebabnya adalah Yudi yang belum juga mendapat pekerjaan dan ekonomi mereka hanya ditopang Retno. Karena kondisi itulah, Yudi dan Retno merasa sering tertekan sehingga memutuskan untuk bercerai. ’’Semua curhat itu ada di ponselnya,’’ ujar Kamsudi. (rq/JPNN/c23/kim)
Tetap semangat gan utk menjalani hidup...

Quote:

Stres Tak Cukup Biayai Hidup, Sekeluarga Diduga Bunuh Diri
KEDIRI – Pemerintah dan masyarakat seharusnya tidak meremehkan ekonomi yang semakin sulit. Sebab, tidak semua orang bisa bertahan dan berpikir positif untuk mencari jalan keluar atas beban ekonomi yang melilit.
Tindakan konyol Yudi Santoso, 41, yang memilih bunuh diri bersama keluarganya di Kediri, Jawa Timur, Jumat malam (3/4), karena tekanan ekonomi keluarga menjadi peringatan agar pemerintah, masyarakat, serta keluarga saling peduli atas kesulitan hidup orang-orang di sekitar.
Jawa Pos Radar Kediri melaporkan, status penganggur karena mengundurkan diri sebagai sales perusahaan farmasi dua bulan lalu membuat Yudi resah. Keuangan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya pun langsung morat-marit. Apalagi satu-satunya sumber keuangan dari penghasilan istrinya, Fajar Retno, 38, yang bekerja sebagai supervisor di sebuah perusahaan farmasi, terhenti. Sebab, Retno ikut mengundurkan diri tanpa alasan yang jelas.
Yudi sudah berupaya bertahan dengan bekerja serabutan. Dia pun pindah rumah dari kontrakan di Kelurahan Semampir, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri, ke rumah orang tua di Desa Minggiran di kecamatan yang sama. Namun, semua usaha itu dirasa belum cukup. Sebab, mereka juga harus menanggung kebutuhan Ola, 7, anak semata wayang Yudi dan Retno yang baru kelas 1 SD. Di luar dugaan, kesusahan hidup tersebut membuat Yudi patah harapan.
Jumat (3/4) sekitar pukul 20.00, jasad Yudi ditemukan terbujur kaku bersama jasad Retno dan Ola. Di samping tiga jasad tersebut, polisi menemukan sebotol racun dan gelas. Meski mereka diduga bunuh diri, polisi masih menyelidiki untuk memastikan penyebab kematian.
Yang menemukan jasad satu keluarga tersebut adalah adik kandung Yudi, Aminur Hadi, 37. Aminur yang pulang dari Surabaya pada Jumat malam (3/4) mendapati rumah kakaknya dalam keadaan lengang. Dia mulai tidak tenang saat mencium bau busuk yang menyengat dari kaca nako kamar depan. Di kamar itulah biasanya sang kakak sekeluarga tidur. ’’Saya kira bau bangkai ayam,’’ kata pria yang disapa Amin itu sambil menunjuk kandang ayam yang tidak jauh dari kamar tersebut kemarin.
Saat itu, dia belum curiga kakaknya bersama istri dan anaknya sudah tewas. Sebab, dari luar rumah, terlihat televisi masih menyala. Namun, ketika dia mengetuk pintu, tidak ada jawaban dari dalam rumah. Beberapa saat di luar, Hadi kemudian mendobrak pintu samping rumah hingga rusak.
Saat masuk kamar sang kakak itulah, darah Amin langsung tersirap. ’’Saat saya buka kamar paling depan, tubuh kakak saya sudah terkapar bersama istri dan anaknya,’’ ungkapnya. Amin pun berlari meminta bantuan warga. Beberapa warga lain langsung melapor ke perangkat desa dan polisi.
Saat olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi menemukan sepucuk surat tulisan tangan di halaman tengah buku. Buku tersebut, tampaknya, sengaja dibiarkan terbuka agar bisa dibaca siapa pun yang masuk ke kamar itu. Tulisan tangan dengan tinta hitam tersebut berbunyi permintaan maaf Yudi dan istrinya atas keputusan mereka mengakhiri hidup.
Pesan tersebut juga mengungkapkan rasa lelah serta putus harapan atas situasi yang menekan mereka. Akhirnya, mereka sepakat mengakhiri hidup bersama-sama.
Amin mengungkapkan, motif bunuh diri memang cukup kuat. Sebab, dia mengetahui kondisi rumah tangga kakaknya yang tengah tidak harmonis. ’’Mereka hendak cerai,’’ jelasnya. Perceraian itu lebih dilatarbelakangi kondisi ekonomi.
Nurul Talqis, kakak Yudi, membenarkan bahwa ekonomi adiknya tengah terpuruk. Karena Yudi dan istri tidak lagi memiliki pekerjaan tetap, keluarga meminta mereka pulang ke rumah orang tua Yudi di Desa Minggiran. ’’Hitung-hitung hemat dan tidak keluar biaya kontrak rumah,’’ katanya.
Nurul yang tinggal di Surabaya menyatakan tidak tahu bahwa adiknya sangat terpukul setelah tidak bekerja. Meski tahu adiknya sedang dilanda kesulitan ekonomi, Nurul tidak menyangka Yudi akan mengakhiri hidup bersama istri dan anaknya.
Di TKP, tim identifikasi Polres Kediri terlihat mengambil sejumlah barang untuk dijadikan bukti. Berdasar waktu kematian, polisi memperkirakan ketiganya tewas sekitar tiga hari lalu.
Menurut Kapolsek Papar Ajun Komisaris Kamsudi, belum diketahui jenis racun yang ditemukan di kamar keluarga Yudi. Dia mengungkapkan, dari TKP, polisi menemukan minuman seperti air putih dan sedotan, bungkusan kopi hitam, serta minuman perasa berwarna kuning bening. Selain itu, ada satu botol semprot racun nyamuk dan serangga.
Karena Yudi dan Retno pernah bekerja di farmasi, polisi khawatir yang mereka konsumsi adalah jenis obat-obatan, bukan racun serangga. ’’Keduanya juga tahu tentang obat-obatan karena sudah lama bekerja di bidang farmasi,’’ tambah Kamsudi. Karena itulah, polisi curiga mereka sengaja menenggak racun jenis obat-obatan. ’’Kita tunggu saja hasilnya,’’ lanjutnya.
Hal lain yang baru terungkap adalah wasiat yang ditulis Yudi. Dalam pesan terakhirnya, Yudi memang meminta mereka bertiga dimakamkan dalam satu liang lahad. Namun, permintaan tersebut tidak dituruti keluarga.
Jenazah Yudi dimakamkan di pemakaman umum Desa Minggiran, Kabupaten Kediri. Sementara itu, jenazah istrinya, Fajar Retno, serta anak perempuannya, Ola, dibawa pulang keluarga ke Semarang untuk dimakamkan di sana.
’’Keluarga dari pihak perempuan meminta dimakamkan di Semarang. Kami memahami dan menghormati permintaan itu,’’ kata Hari, kakak ipar Yudi, di rumah duka di Dusun Morangan, Desa Minggiran, Kediri, kemarin.
Di dalam surat wasiat itu, Yudi juga meminta semua barang miliknya dijual untuk mengurus pemakaman. Jika kurang, dia pun meminta keluarga mengambil uang di ATM BCA yang disertai nomor PIN. Yudi juga memaparkan dua nomor ponsel keluarga Retno di dalam surat wasiat. Sayangnya, saat dihubungi koran ini siang kemarin, tidak satu pun nomor tersebut aktif.
Sebenarnya petugas tidak hanya menemukan surat wasiat. Ada pula catatan curahan hati (curhat) Yudi yang ditulis 18 lembar. Dari situ diketahui bahwa bunuh diri tersebut sebenarnya sudah menjadi kesepakatan antara Yudi dan Retno. ’’Mereka sepakat mengakhiri hidup dengan cara singkat,’’ terang Kamsudi.
Selain itu, keinginan Yudi dan Retno mengakhiri hidup dengan cara menenggak racun diketahui lewat SMS. ’’Mereka memang sempat saling SMS-an,’’ lanjutnya. Pesan singkat itu kali terakhir dikirim Selasa siang (31/3).
Mengenai persoalan ekonomi sebagai pemicu mereka mengakhiri hidup, Kamsudi menduga salah satu penyebabnya adalah Yudi yang belum juga mendapat pekerjaan dan ekonomi mereka hanya ditopang Retno. Karena kondisi itulah, Yudi dan Retno merasa sering tertekan sehingga memutuskan untuk bercerai. ’’Semua curhat itu ada di ponselnya,’’ ujar Kamsudi. (rq/JPNN/c23/kim)
Tetap semangat gan utk menjalani hidup...

Diubah oleh rhbinvestid 29-06-2015 09:38
0
8.8K
Kutip
99
Balasan


Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!

The Lounge
926KThread•94KAnggota
Urutkan
Terlama


Komentar yang asik ya