Mengenal Bob Earl Freeberg : Pilot Amerika yang Membantu Kemerdekaan Indonesia
TS
dandikHajil
Mengenal Bob Earl Freeberg : Pilot Amerika yang Membantu Kemerdekaan Indonesia
Spoiler for boooom:
Dirgahayu HUT RI ke- 69 Tahun
Quote:
Simpati dan ketulusan menolong seringkali melintasi batas nasionalisme.Salah satu contoh nyata yakni kisah dari seorang pilot yahudi berkebangsaan Amerika yang ikut terlibat aktif saat awal kemerdekaan Indonesia.
Namanya Robert Earl Freeberg atau akrab dipanggil Bob, pilot bayaran berkebangsaan Amerika Serikat ini gagah berani terbang menembus blokade udara Belanda. Ia belasan kali menjalankan operasi 'black flight' atau penerbangan gelap menyelundupkan candu dan berbagai hasil alam Indonesia untuk ditukar senjata atau uang di luar negeri. Hasil penyelundupan itu digunakan pemerintah Soekarno untuk membiayai negara di masa sulit awal kemerdekaan.
Di mata Presiden Soekarno, Bob adalah orang yang idealis. Dia ditakdirkan datang untuk membantu perjuangan rakyat Indonesia.
"Seorang pemuda pada suatu hari muncul entah dari mana dan memperkenalkan dirinya. Namaku Bob Freeberg. Aku orang Amerika. Aku seorang pilot dan menaruh simpati pada perjuangan anda. Bantuan apa yang dapat kuberikan?" demikian kata Soekarno dalam biografi yang ditulis Cindy Adams.
Bob adalah mantan penerbang tempur Angkatan Laut Amerika Serikat saat perang dunia ke-II. Setelah perang berakhir, pria asal Kansas ini menjadi pilot carter CALI (Commercial Air Lines Incorporated) Filipina. Dia bertemu Opsir Udara III Petit Muharto Kartodirdjo di Singapura dan segera menyatakan kesediaannya untuk melakukan penerbangan untuk membantu Indonesia.
Bob kemudian menabung dan membeli sebuah pesawat angkut DC-3 Dakota. Dia memberi nama pesawat itu RI-002. Bob berpendapat nama RI-001 selayaknya diberikan untuk nama kehormatan pesawat pertama yang dimiliki Indonesia. Ketika Bob disewa, Indonesia tak punya satu pun pesawat angkut.
Quote:
Kisah Awal Bob Earl Freeberg menyatakan kesediaannya untuk Indonesia
Seusai Perang Dunia II, pesawat angkut C-47 sisa perang (war surplus) sangat banyak jumlahnya, demikian pun para pilotnya yang umumnya veteran perang sehingga banyak yang menawarkan sewa atau jual pesawat bekas perang ini dengan harga murah, berikut pilotnya.
Oleh karena infrastruktur perhubungan masih sangat buruk maka pemerintah RI bermaksud memanfaatkan pesawat-pesawat itu untuk mendukung operasional negara yang masih berumur “balita” itu.
Majalah Penerbangan Angkasa pada edisi Oktober 2006 dalam artikel bertajuk “Para Sahabat AURI yang Terlupakan” pernah mengulas kisah RI-002 dan kapten pilot Robert “Bob” Earl Freeberg. Bermula ketika pada Desember 1946, Opsir Udara III (OU III) Petit Muharto diutus ke Singapura dengan misi mengumpulkan informasi guna mendirikan penerbangan komersial yang akan menghubungkan ibu kota Yogyakarta dengan negara-negara Asia lain.
Dia bertemu Bob, seorang mantan penerbang US Air Force. Muharto yang bertindak sebagai kopilot kemudian memandu Bob menerbangkan sebuah C-47 dari Singapura ke Lapangan Terbang Maguwo, Yogyakarta, pada Maret 1947.
Kali berikutnya, Bob bisa sendiri membawa pesawat C-47 miliknya dari Pangkalan Udara Clark di Filipina ke Yogyakarta, tentu saja dengan menghindar dari pos-pos pengamatan Belanda. Pada 9 Juni 1947, di Maguwo, pesawat C-47 milik Bob ini resmi dicarter AURI dan diberi nomor registrasi RI-002, karena nomor registrasi RI-001 disediakan untuk pesawat presiden.
Maka sejak itu banyak misi penerbangan berbahaya yang dijalan RI-002. Salah satu yang terkenal dan dicatat dalam sejarah AURI adalah operasi lintas udara pertama pada 17 Oktober 1947, dengan menerjunkan 13 anggota pasukan para (kini Paskhas TNI AU) di atas Kotawaringin di Kalimantan.
Pesawat ini juga pernah mengangkut belasan kadet AURI yang akan mengikuti pendidikan pilot di Filipina, dan membawa Delegasi RI ke konferensi United Nations Economic Commission for Asia and the Far East.
Bob membantu menyelundupkan emas, candu, perak, kina dan karet dari Indonesia ke luar negeri. Lalu dia membawa senjata, pakaian dan obat-obatan dari luar negeri ke Indonesia. Kisah petualangan Bob seru seperti di film action saja.
Bob juga banyak membantu TNI untuk melakukan operasi militer. Dialah pilot operasi penerjunan pertama yang dilakukan Angkatan Udara Republik Indonesia. Pada 17 Oktober 1947, Bob menerbangkan RI-002 dari Bandara Maguwo ke Kotawaringin, Kalimantan Tengah. TNI menerjunkan 12 prajurit AURI untuk menembus blokade Belanda dan mengobarkan perlawanan di sana.
Bob pula yang mengantar Soekarno berkeliling Sumatera guna meminta sumbangan rakyat untuk membantu perjuangan RI. Rakyat Aceh kemudian menyumbang 20 Kg emas yang kemudian dibelikan pesawat Dakota dengan nama Seulawah atau Gunung Emas. Pesawat ini yang kemudian diberi nomor registrasi RI-001.
Code:
[size="5"]"Sangat menakjubkan melihat rakyat Indonesia memperjuangkan kemerdekaan mereka,"[/size] [I]
("Robert Earl Freeberg")[/I]
Bob memang seorang pilot bayaran. Tapi dia terlibat secara emosional dalam perjuangan bangsa Indonesia. Bob tak bisa menerima perlakuan sewenang-wenang Belanda terhadap rakyat Indonesia. Dalam surat-surat yang dikirimkan ke keluarganya di AS, Bob selalu menggambarkan penghormatannya untuk rakyat Indonesia.
Dengan demikian, RI-002 adalah pesawat transpor pertama yang banyak menghubungkan Ibu Kota RI, Yogyakarta dengan Sumatera, khususnya Bukit Tinggi, termasuk kegiatan Fond Dakota, yakni upaya Presiden Soekarno mengumpulkan dana untuk membeli pesawat sendiri dengan mengelilingi Sumatera — kelak pesawat yang dibeli itu disebut RI-001 Seulawah. Namun, lebih banyak lagi misi rahasia RI-002 (black flights) yang tak ada dalam rekaman.
Quote:
Kisah tragis dan Penerbangan Terakhir dari Robbert Earl Freeberg
Dini hari, 1 Oktober 1948 pesawat RI-002 lepas landas meninggalkan Pangkalan Udara Maguwo dengan tujuan Bukittinggi. Rute yang ditempuh adalah; Maguwo-Gorda-Tanjung Karang-Bukittinggi. Menurut rencana pesawat akan meneruskan ke luar negeri untuk membeli pesawat baru dengan mengangkut 20 kg emas murni.
Seperti tertulis dalam buku Sejarah Operasi Penerbangan Indonesia periode 1945-1950 yang diterbitkan Dinas Sejarah TNI AU, RI-002 waktu itu diterbangkan pilot Robert Earl Freeberg alias Bob. Sedangkan co-pilot adalah Opsir Udara Bambang Saptoadji, engineer Opsir Muda Udara I Sumadi, dan radio operator Sersan Udara Suryatman.
Selama penerbangan, beberapa kali RI-002 berhubungan dengan stasiun radio udara atau call sign PCI di Sagan, Yogyakarta. Saluran radio ini dikenal dengan Aeradio, yaitu hubungan radio antara pesawat dengan stasiun radio di darat. Waktu itu radio dijaga oleh Sersan Mayor Udara Sumarno.
Komunikasi antara RI-002 dengan stasiun radio dilaporkan berjalan lancar hingga Tanjung Karang. Tetapi kenyataannya, hubungan radio antara pesawat dengan stasiun radio baik di Jawa maupun di Sumatera tidak berjalan baik. Sesuai prosedur, seharusnya komunikasi dilakukan secara periodik dengan jangka waktu satu jam setelah lepas landas. Namun itu tidak terjadi.
Sersan Mayor Sumarno beberapa kali memerintahkan RI-002 agar stand-by dan sewaktu-waktu, tetapi tidak ada jawaban. Sehingga sejak saat itu pesawat angkut sewaan itu dianggap hilang beserta para penumpang. RI-002 selama melaksanakan penerbangan tidak pernah disergap pesawat Belanda, meskipun dalam salah satu penerbangan ke Sumatra pernah kesasar karena cuaca buruk.
Surat kabar di Belanda ramai memberitakan hilangnya pesawat itu karena disergap pesawat Belanda. Namun pemerintah kolonial itu tidak pernah membenarkan atau membantah. Dengan demikian AURI menyatakan RI-002 dinyatakan hilang, dan tidak diketahui sebab musababnya.
"Dia mengalami kecelakaan saat aku mengirimnya ke Palembang untuk membawa uang untuk membantu gerilya di Sumatera. Tak pernah aku akan melupakan kawanku orang Amerika, Bob Freeberg," kata Soekarno.
Akhirnya Pesawat beserta Jenazahnya ditemukan setelah 30 Tahun Menghilang
Belanda akhirnya mengakui pesawat tempur B-25 Belanda menyergap RI-002 di atas Sumatra Selatan. RI-002 melakukan manuver mengelak dengan terbang pada ketinggian pucuk-pucuk pohon, namun menabrak sebuah pohon dan jatuh.
Tidak banyak informasi mengenai nasib Bob bersama pesawat dan awak pesawatnya. Sampai tahun 1951, tepatnya sampai orang tua Bob, W.R. Freeberg, menulis surat kepada Presiden Soekarno, belum ada kepastian nasib Bob Freeberg. Dengan berbagai cara, pemerintah RI mencoba melacak keberadaan Bob.
Setelah 30 tahun hilang, baru pada 14 April 1978 reruntuhan pesawat beserta kerangka jenazah ditemukan seorang penduduk yang hendak mencari kayu bakar di pegunungan Sumatera Selatan. Hal itu dibuktikan dengan penemuan kepingan bekas sayap pesawat yang telah disusun kembali bertuliskan RI-002. Kerangka jenazah sudah tidak bisa dikenali. Akhirnya, secara simbolik mereka dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Tanjung Karang dalam rangka peringatan Hari Bhakti TNI AU pada 29 Juli 1978.
Pada penerbangan terakhir RI002, di dalam pesawat itu terdapat kapten pilot Bobby Freeberg, ko-pilot Bambang Saptoadji, ahli teknik Sumadi, operator radio Suryatman, ko-pilot kedua Santoso, dan Wakil Bupati Banten Samaun Bakri.
Petit Muharto maupun Boediardjo tidak ada dalam penerbangan itu.
”Memang benar, dalam penerbangan itu Bapak (alm) Petit Muharto justru tidak ikut. Posisinya sebagai ko-pilot digantikan Bapak Santoso. Bapak Muharto tidak bisa terbang karena sedang mempersiapkan pernikahan dengan saya. Kalau bapak ikut dalam penerbangan itu mungkin saya jadi janda sebelum berlangsung pesta penikahan,” ujar Ny Muharso (82).
Nenek yang masih terlihat cantik itu kini tinggal di Cinere. Petit Muharto sendiri meninggal dunia pada tanggal 8 Maret 2000.
Sementara Ny Santoso (78) yang tinggal di Bandung tampak sudah sulit untuk bicara.