- Beranda
- Berita dan Politik
[TEGANYA !] Pakai BPJS, pasien tumor mata ditelantarkan RSCM
...


TS
Tokeh2010
[TEGANYA !] Pakai BPJS, pasien tumor mata ditelantarkan RSCM
Merdeka.com - Madsadi (38) berkali-kali harus bersabar menerima perlakuan dari RS Cipto Mangunkusumo. Istrinya, Winasetiani (25) yang menderita tumor di mata, tak kunjung mendapatkan perawatan. Dia menduga karena dirinya menggunakan fasilitas BPJS, istrinya tak kunjung dirawat.
Madsadi hari ini, Rabu (25/2) kembali mendatangi RSCM dan meminta pihak rumah sakit merawat istrinya. Dia menceritakan, istrinya menderita pembengkakan di sekitar matanya sejak Oktober 2014 dan sempat menjalani perawatan di RS Medika Darma Bogor selama 10 hari. Namun penyakit Wina tak kunjung sembuh dan dia dirujuk ke RSCM.
Sebelum ke RSCM, Madsadi sempat membawa istrinya ke rumah sakit spesialis mata Ainun di Bogor dengan keadaan mata Wina sudah sedikit membesar dan ada tumbuh daging. "Sudah dikasih obat minum selama seminggu namun belum juga membaik," ujarnya di RSCM, Jakarta.
Saat pertama berobat ke spesialis mata RSCM Kirana, Wina malah dirujuk ke ke bagian THT oleh dokter yang memeriksanya. Madsadi harus membayar biaya Rp 2,1 juta untuk biaya scanning.
"Itu saya scan bayar Rp 2,1 juta pengen cepat-cepat ketahuan penyakitnya istri saya. Saya pengen cepat ada penanganan, ternyata masih tetap enggak ketahuan karena belum jelas juga katanya," ungkap Madsadi.
Yang membuat Madsadi sedih sekaligus heran, benjolan daging di mata istrinya terus membesar hingga menyumbat bagian hidung yang membuat kesulitan bernapas. RSCM sempat melakukan biopsi (pemotongan sedikit bagian penyumbatan di hidung) agar Wina bisa bernapas normal dan pengambilan sampel diagnosa.
"Saat kontrol dokter bilang harus dioperasi, namun saat kontrol seminggu selanjutnya malah mendapat diagnosa yang berbeda. Mereka bilang harus melakukan penyinaran karena diagnosa kedua datang dari dokter yang beda dari dokter yang pertama," tuturnya.
"Jadi saat pengambilan hasil lab setelah biopsi, diagnosanya disuruh operasi dan bola matanya diambil untuk kemungkinan terburuknya. Tapi saya enggak tahu kenapa pas balik kontrol lagi malah bilang enggak bisa dioperasi tapi harus disinar, tapi dokternya emang beda yang merujuk dioperasi dan disinar," imbuhnya.
Karena terpaksa, Madsadi akhirnya menuruti perintah dokter untuk istrinya agar menjalani penyinaran. Yang membuatnya kesal, saat mendaftar untuk proses penyinaran RSCM meminta semua prosedur diulang dari awal dengan memeriksa ke laboratorium. Madsadi menolak karena kondisi istrinya yang semakin memburuk.
"Kondisi kan udah turun, makan aja udah kurang, gigi udah pada enggak enak, karena efek sakitnya, malah diminta cek darah, urine, dll lagi, ya makin jelek lah hasilnya," tukasnya.
Yang memberatkan Madsadi adalah, istrinya tidak bisa dirawat inap di RSCM. Padahal Wina harus menjalani penyinaran selama 35 kali yang tidak boleh terputus. Karena jika putus harus balik dari awal lagi. Namun pihak RSCM menolak merawat Wina.
"Saya aja berangkat dari Bogor jam 3 subuh. Sampai di sini kadang sudah ramai, ongkos sehari bisa habis Rp 700 ribu untuk transportasi dll. Makanya saya lebih memilih untuk diopnamekan saja, karena bayangkan jika saya harus bolak-balik setiap hari, belom lagi jika terputus di tengah jalan penyinaran harus diulang lagi ke pertama," keluhnya.
Madsadi menduga, karena dirinya menggunakan fasilitas BPJS, pihak RSCM menolak merawat istrinya. "Apa karena saya BPJS jadi diputer-puter, di ulur-ulur," ujarnya.
Madsadi meminta RSCM menjelaskan penyakit yang diderita istrinya karena hingga kini belum ada kejelasan. "Ya sekarang kasih kejelasan saja sakitnya istri saya itu apa, biar bisa dikasih obat pasti jangan hanya pereda rasa sakit aja. Kasihan makin membesar terus pembengkakan matanya," tutupnya.
http://www.merdeka.com/peristiwa/pakai-bpjs-pasien-tumor-mata-ditelantarkan-rscm.html
Madsadi hari ini, Rabu (25/2) kembali mendatangi RSCM dan meminta pihak rumah sakit merawat istrinya. Dia menceritakan, istrinya menderita pembengkakan di sekitar matanya sejak Oktober 2014 dan sempat menjalani perawatan di RS Medika Darma Bogor selama 10 hari. Namun penyakit Wina tak kunjung sembuh dan dia dirujuk ke RSCM.
Sebelum ke RSCM, Madsadi sempat membawa istrinya ke rumah sakit spesialis mata Ainun di Bogor dengan keadaan mata Wina sudah sedikit membesar dan ada tumbuh daging. "Sudah dikasih obat minum selama seminggu namun belum juga membaik," ujarnya di RSCM, Jakarta.
Saat pertama berobat ke spesialis mata RSCM Kirana, Wina malah dirujuk ke ke bagian THT oleh dokter yang memeriksanya. Madsadi harus membayar biaya Rp 2,1 juta untuk biaya scanning.
"Itu saya scan bayar Rp 2,1 juta pengen cepat-cepat ketahuan penyakitnya istri saya. Saya pengen cepat ada penanganan, ternyata masih tetap enggak ketahuan karena belum jelas juga katanya," ungkap Madsadi.
Yang membuat Madsadi sedih sekaligus heran, benjolan daging di mata istrinya terus membesar hingga menyumbat bagian hidung yang membuat kesulitan bernapas. RSCM sempat melakukan biopsi (pemotongan sedikit bagian penyumbatan di hidung) agar Wina bisa bernapas normal dan pengambilan sampel diagnosa.
"Saat kontrol dokter bilang harus dioperasi, namun saat kontrol seminggu selanjutnya malah mendapat diagnosa yang berbeda. Mereka bilang harus melakukan penyinaran karena diagnosa kedua datang dari dokter yang beda dari dokter yang pertama," tuturnya.
"Jadi saat pengambilan hasil lab setelah biopsi, diagnosanya disuruh operasi dan bola matanya diambil untuk kemungkinan terburuknya. Tapi saya enggak tahu kenapa pas balik kontrol lagi malah bilang enggak bisa dioperasi tapi harus disinar, tapi dokternya emang beda yang merujuk dioperasi dan disinar," imbuhnya.
Karena terpaksa, Madsadi akhirnya menuruti perintah dokter untuk istrinya agar menjalani penyinaran. Yang membuatnya kesal, saat mendaftar untuk proses penyinaran RSCM meminta semua prosedur diulang dari awal dengan memeriksa ke laboratorium. Madsadi menolak karena kondisi istrinya yang semakin memburuk.
"Kondisi kan udah turun, makan aja udah kurang, gigi udah pada enggak enak, karena efek sakitnya, malah diminta cek darah, urine, dll lagi, ya makin jelek lah hasilnya," tukasnya.
Yang memberatkan Madsadi adalah, istrinya tidak bisa dirawat inap di RSCM. Padahal Wina harus menjalani penyinaran selama 35 kali yang tidak boleh terputus. Karena jika putus harus balik dari awal lagi. Namun pihak RSCM menolak merawat Wina.
"Saya aja berangkat dari Bogor jam 3 subuh. Sampai di sini kadang sudah ramai, ongkos sehari bisa habis Rp 700 ribu untuk transportasi dll. Makanya saya lebih memilih untuk diopnamekan saja, karena bayangkan jika saya harus bolak-balik setiap hari, belom lagi jika terputus di tengah jalan penyinaran harus diulang lagi ke pertama," keluhnya.
Madsadi menduga, karena dirinya menggunakan fasilitas BPJS, pihak RSCM menolak merawat istrinya. "Apa karena saya BPJS jadi diputer-puter, di ulur-ulur," ujarnya.
Madsadi meminta RSCM menjelaskan penyakit yang diderita istrinya karena hingga kini belum ada kejelasan. "Ya sekarang kasih kejelasan saja sakitnya istri saya itu apa, biar bisa dikasih obat pasti jangan hanya pereda rasa sakit aja. Kasihan makin membesar terus pembengkakan matanya," tutupnya.
http://www.merdeka.com/peristiwa/pakai-bpjs-pasien-tumor-mata-ditelantarkan-rscm.html
0
6.5K
62


Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!

Berita dan Politik
682.6KThread•49.9KAnggota
Urutkan
Terlama


Komentar yang asik ya