Quote:
JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi senior PDI Perjuangan, Pramono Anung, membela Puan Maharani yang menyebut Presiden Joko Widodo sebagai petugas partai. Menurut Pramono, ucapan tersebut tidak sengaja dilontarkan oleh Puan karena terpancing oleh pertanyaan yang diajukan wartawan. Hal tersebut disampaikan Pramono dalam diskusi bertajuk Benarkah Jokowi Boneka Megawati? di Jakarta, Rabu (4/2/2015) siang.
Awalnya, tanpa menyebut nama, Pemimpin Redaksi Berita Satu TV Don Bosco Selamun memprotes adanya pernyataan dari politisi PDI-P yang menyebut Jokowi adalah petugas partai. Menurut dia, ungkapan tersebut tidak tepat dilontarkan di depan publik, apalagi setelah Jokowi menjabat sebagai presiden. "Akan lebih baik kalau bukan disebut petugas partai, tapi misalnya, Pak Jokowi kader terbaik PDI-P. Kalau petugas partai itu kesannya Jokowi pesuruh," ucap Don Bosco yang menjadi pembicara dalam diskusi tersebut.
Pramono mengatakan bahwa Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri tak pernah sekalipun menyebut Jokowi sebagai petugas partai. "Kalau Puan menyebut Jokowi sebagai petugas partai, itu karena framing dari media. Pertanyaannya dipancing supaya Puan menjawab seperti itu," ucapnya.
Puan sebelumnya menyebut Jokowi sebagai petugas partai saat mengomentari wacana ormas Projo, yang berniat menjadi partai dan mengusung Jokowi pada Pilpres 2019. Menurut Puan, sah-sah saja jika ormas pendukung Jokowi itu ingin berubah menjadi partai. Namun, dia mengingatkan bahwa Jokowi sebelumnya berhasil menjadi presiden karena diusung oleh PDI-P. Oleh karena itu, secara etika politik, tidak elok jika Jokowi keluar dari PDI-P.
"PDI-P bersama Jokowi dan Jokowi masih sebagai petugas partai, kader PDI-P," ucap Puan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (3/2/2015).
Jokowi saat kampanye Pilpres 2014 lalu sempat mengakui bahwa dirinya merupakan petugas partai. Namun, Jokowi menampik jika statusnya tersebut akan memengaruhi kerjanya di pemerintahan. "Saya kan memang petugas partai. Di PDI-P itu memang ada istilahnya petugas partai," ujar Jokowi di kantor Banjarmasin Post, Minggu (25/5/2014) siang.
"Tapi, kalau saya sudah menjadi wali kota, gubernur, bahkan nanti pas jadi presiden, ya partai ndak ikut-ikutlah," lanjut Jokowi.
Waduh... yang bener yang mana nih? Siapa sih yang pertama menciptakan kata
petugas partai? Ada yang tau, ndak? Ada yang inget, ndak? Ya sudah, daripada berperkara berlama-lama di dalam kata, lebih baik kita sebut "asisten partai" saja! Nah... gemana... lebih elok dan santun, kan?
Sudahkah anda makan bakwan... hari ini?
"Saya makan dua!"