Merdeka.com - Sebelum terbang seorang pilot memang diwajibkan update cuaca untuk rute yang akan dilalui. Biasanya disampaikan saat briefing sebelum keberangkatan.

Investigator Keselamatan Udara dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) A. Toos Sanintioso berpendapat, data cuaca yang dibutuhkan seorang pilot adalah data terkini atau realtime saat penerbangan. Sementara data dari BMKG adalah data fisik dalam bentuk dokumen.

"Kondisi cuaca akan sangat cepat berubah, jadi kalau diambil dari BMKG dalam bentuk dokumen tentu sudah kadaluarsa. Data yang dibutuhkan harus up to date dan realtime," kata Antonius Toos Sanintioso di Surabaya, Jumat (2/1) malam.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menemukan fakta bahwa pilot pesawat AirAsia QZ8501 tidak mengambil data cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan pun marah-marah lantaran salah satu Direktur AirAsia menilai kewajiban mengambil info cuaca secara fisik ke BMKG sebagai cara kuno. Proses tersebut, katanya sebagai prosedur yang harus dilalui seorang pilot.

Laporan Kepala BMKG Kepada Menteri Perhubungan, AirAsia tidak mengambil data cuaca sebelum terbang. AirAsia baru mengambil data pukul 07.00 WIB setelah pesawat QZ8501 resmi dinyatakan hilang pada pukul 07.55 WIB. Padahal pesawat berangkat dari Bandara Juanda pada pukul 05.36 WIB.

Toos yang juga seorang pilot, mengatakan, data update cuaca bisa diperoleh dari banyak sumber oleh seorang pilot. Secara fungsi data itu lebih dibutuhkan dibandingkan dokumen dari BMKG.

"Ada banyak aplikasi yang bisa di-searching di internet. Di situ data yang ditampilkan lebih realtime," kata mantan pilot Presiden ke-3 RI BJ Habibie itu


http://www.merdeka.com/peristiwa/knk...m-terbang.html