- Beranda
- The Lounge
Kata-kata kang maman (no tulen) ILK TRANS 7 yang bikin mewek
...
TS
erwinaprillio
Kata-kata kang maman (no tulen) ILK TRANS 7 yang bikin mewek
Spoiler for cek:
Mungkin ibu lebih kerap menelpon untuk menanyakan keadaanku setiap hari, tapi apakah aku tahu, bahwa sebenarnya ayahlah yang mengingatkan ibu untuk meneleponku?
Semasa kecil, ibukulah yang lebih sering menggendongku. Tapi apakah aku tau bahwa ketika ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah yang selalu menanyakan apa yang aku lakukan seharian, walau beliau tak bertanya langsung kepadaku karena saking letihnya mencari nafkah dan melihatku terlelap dalam tidur nyenyakku. Saat aku sakit demam, ayah membentakku “Sudah diberitahu, Jangan minum es!” Lantas aku merengut menjauhi ayahku dan menangis didepan ibu. Tapi apakah aku tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaanku, sampai beliau hanya bisa menggigit bibir menahan kesakitanku.
Ketika aku remaja, aku meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata “Tidak boleh! ”Sadarkah aku, bahwa ayahku hanya ingin menjaga aku, beliau lebih tahu dunia luar, dibandingkan aku bahkan ibuku? Karena bagi ayah, aku adalah sesuatu yang sangat berharga. Saat aku sudah dipercayai olehnya, ayah pun melonggarkan peraturannya.
Maka kadang aku melanggar kepercayaannya. Ayahlah yang setia menunggu aku diruang tamu dengan rasa sangat risau, bahkan sampai menyuruh ibu untuk mengontak beberapa temannya untuk menanyakan keadaanku, ''dimana, dan sedang apa aku diluar sana.'' Setelah aku dewasa, walau ibu yang mengantar aku ke sekolah untuk belajar, tapi tahukah aku, bahwa ayahlah yang berkata: Ibu, temanilah anakmu, aku pergi mencari nafkah dulu buat kita bersama.
Disaat aku merengek memerlukan ini – itu, untuk keperluan kuliahku, ayah hanya mengerutkan dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, dan cuma berpikir, kemana aku harus mencari uang tambahan, padahal gajiku pas-pasan dan sudah tidak ada lagi tempat untuk meminjam.
Saat aku berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukku. Ayahlah yang mengabari sanak saudara, ''anakku sekarang sukses.'' Walau kadang aku cuma bisa membelikan baju koko itu pun cuma setahun sekali. Ayah akan tersenyum dengan bangga.
Dalam sujudnya ayah juga tidak kalah dengan doanya ibu, cuma bedanya ayah simpan doa itu dalam hatinya. Sampai ketika nanti aku menemukan jodohku, ayahku akan sangat berhati – hati mengizinkannya.
Dan akhirnya, saat ayah melihatku duduk diatas pelaminan bersama pasanganku, ayahpun tersenyum bahagia. Lantas pernahkah aku memergoki, bahwa ayah sempat pergi ke belakang dan menangis? Ayah menangis karena ayah sangat bahagia. Dan beliau pun berdoa, “Ya Alloh, tugasku telah selesai dengan baik. Bahagiakanlah putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya.
''Pesan ibu ke anak untuk seorang Ayah''
Anakku..
Memang ayah tidak mengandungmu,
tapi darahnya mengalir di darahmu, namanya melekat dinamamu ...
Memang ayah tak melahirkanmu,
Memang ayah tak menyusuimu,
tapi dari keringatnyalah setiap tetesan yang menjadi air susumu ...
Nak..
Ayah memang tak menjagaimu setiap saat,
tapi tahukah kau dalam do'anya selalu ada namamu disebutnya ...
Tangisan ayah mungkin tak pernah kau dengar karena dia ingin terlihat kuat agar kau tak ragu untuk berlindung di lengannya dan dadanya ketika kau merasa tak aman...
Pelukan ayahmu mungkin tak sehangat dan seerat bunda, karena kecintaanya dia takut tak sanggup melepaskanmu...
Dia ingin kau mandiri, agar ketika kami tiada kau sanggup menghadapi semua sendiri..
Bunda hanya ingin kau tahu nak..
bahwa...
Cinta ayah kepadamu sama besarnya dengan cinta bunda..
Anakku...
Jadi didirinya juga terdapat surga bagimu... Maka hormati dan sayangi ayahmu.
Semasa kecil, ibukulah yang lebih sering menggendongku. Tapi apakah aku tau bahwa ketika ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah yang selalu menanyakan apa yang aku lakukan seharian, walau beliau tak bertanya langsung kepadaku karena saking letihnya mencari nafkah dan melihatku terlelap dalam tidur nyenyakku. Saat aku sakit demam, ayah membentakku “Sudah diberitahu, Jangan minum es!” Lantas aku merengut menjauhi ayahku dan menangis didepan ibu. Tapi apakah aku tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaanku, sampai beliau hanya bisa menggigit bibir menahan kesakitanku.
Ketika aku remaja, aku meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata “Tidak boleh! ”Sadarkah aku, bahwa ayahku hanya ingin menjaga aku, beliau lebih tahu dunia luar, dibandingkan aku bahkan ibuku? Karena bagi ayah, aku adalah sesuatu yang sangat berharga. Saat aku sudah dipercayai olehnya, ayah pun melonggarkan peraturannya.
Maka kadang aku melanggar kepercayaannya. Ayahlah yang setia menunggu aku diruang tamu dengan rasa sangat risau, bahkan sampai menyuruh ibu untuk mengontak beberapa temannya untuk menanyakan keadaanku, ''dimana, dan sedang apa aku diluar sana.'' Setelah aku dewasa, walau ibu yang mengantar aku ke sekolah untuk belajar, tapi tahukah aku, bahwa ayahlah yang berkata: Ibu, temanilah anakmu, aku pergi mencari nafkah dulu buat kita bersama.
Disaat aku merengek memerlukan ini – itu, untuk keperluan kuliahku, ayah hanya mengerutkan dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, dan cuma berpikir, kemana aku harus mencari uang tambahan, padahal gajiku pas-pasan dan sudah tidak ada lagi tempat untuk meminjam.
Saat aku berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukku. Ayahlah yang mengabari sanak saudara, ''anakku sekarang sukses.'' Walau kadang aku cuma bisa membelikan baju koko itu pun cuma setahun sekali. Ayah akan tersenyum dengan bangga.
Dalam sujudnya ayah juga tidak kalah dengan doanya ibu, cuma bedanya ayah simpan doa itu dalam hatinya. Sampai ketika nanti aku menemukan jodohku, ayahku akan sangat berhati – hati mengizinkannya.
Dan akhirnya, saat ayah melihatku duduk diatas pelaminan bersama pasanganku, ayahpun tersenyum bahagia. Lantas pernahkah aku memergoki, bahwa ayah sempat pergi ke belakang dan menangis? Ayah menangis karena ayah sangat bahagia. Dan beliau pun berdoa, “Ya Alloh, tugasku telah selesai dengan baik. Bahagiakanlah putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya.
''Pesan ibu ke anak untuk seorang Ayah''
Anakku..
Memang ayah tidak mengandungmu,
tapi darahnya mengalir di darahmu, namanya melekat dinamamu ...
Memang ayah tak melahirkanmu,
Memang ayah tak menyusuimu,
tapi dari keringatnyalah setiap tetesan yang menjadi air susumu ...
Nak..
Ayah memang tak menjagaimu setiap saat,
tapi tahukah kau dalam do'anya selalu ada namamu disebutnya ...
Tangisan ayah mungkin tak pernah kau dengar karena dia ingin terlihat kuat agar kau tak ragu untuk berlindung di lengannya dan dadanya ketika kau merasa tak aman...
Pelukan ayahmu mungkin tak sehangat dan seerat bunda, karena kecintaanya dia takut tak sanggup melepaskanmu...
Dia ingin kau mandiri, agar ketika kami tiada kau sanggup menghadapi semua sendiri..
Bunda hanya ingin kau tahu nak..
bahwa...
Cinta ayah kepadamu sama besarnya dengan cinta bunda..
Anakku...
Jadi didirinya juga terdapat surga bagimu... Maka hormati dan sayangi ayahmu.
Tambahan
Spoiler for cek:
Ada seorang anak yang sangat benci kepada ibunya, begitu besar kebencian yang di rasakannya, bukan karena ibunya jahat & tidak perhatian kepadanya, tapi semata karena mata ibunya cacat sebelah.
ketika sekolah dasar , sang anak sering di ejek teman temannya dengan sebutan anak sibuta.
Pernah suatu ketika si ibu memanggil & tersenyum kepadanya, ketika dia sedang berkumpul dengan temannya, bukan sebuah senyuman yang di dapatkan oleh si ibu, tetapi sumpah serapah yang di lontarkan sang anak. Sang Anak berkata di depan ibunya bahwa dia benci ibunya karena ibunya buta & dan dia ingin ibunya mati saja.
Tahun berganti sang Anak telah memiliki keluarga sendiri & selama itu dia tidak pernah lagi mau tinggal dengan ibunya. suatu kali sang ibu berada di depan rumah anaknya. bukannya di persilahkan masuk tapi di usir dengan penuh cacian. ibu meninggalkan rumah itu dengan wajah sedih. Ia jatuh sakit dan akhirnya meninggal.
Para tetangga mengabarkan pada sang anak. Sang Anak tidak merasa sedih atas kepergian ibunya. seorang tetangga lalu mengirimkan sepucuk surat dari sang ibu, dalam surat ibu hanya mengatakan.
"Maafkan saya jika selama ini membuat mu malu. Nak, mata ibu memang cacat sebelah, karena ketika kamu masih berusia 3 Tahun kamu terjatuh ketika bermain sehingga mata mu buta sebelah. Karena tidak ingin melihat matamu buta sebelah, ibu memberikan mata ibu sebelah untuk mu nak. Ibu tidak perduli harus kehilangan sebelah mata demi kamu agar kamu tetap sempurna"
Di Akhir surat sang ibu mengatakan bahwa dia begitu mencintai sang anak & ingin sekali memeluk sang anak yang ia bayangkan ketika anaknya tergolek jatuh & kehilangan sebelah mata.
Tercekat kerongkongan sang anak ketika membaca, tak kuasa butiran air mata mengalir dari sudut matanya, dengan sesak di penuhi perasaan haru & bersalah teramat dalam..
ketika sekolah dasar , sang anak sering di ejek teman temannya dengan sebutan anak sibuta.
Pernah suatu ketika si ibu memanggil & tersenyum kepadanya, ketika dia sedang berkumpul dengan temannya, bukan sebuah senyuman yang di dapatkan oleh si ibu, tetapi sumpah serapah yang di lontarkan sang anak. Sang Anak berkata di depan ibunya bahwa dia benci ibunya karena ibunya buta & dan dia ingin ibunya mati saja.
Tahun berganti sang Anak telah memiliki keluarga sendiri & selama itu dia tidak pernah lagi mau tinggal dengan ibunya. suatu kali sang ibu berada di depan rumah anaknya. bukannya di persilahkan masuk tapi di usir dengan penuh cacian. ibu meninggalkan rumah itu dengan wajah sedih. Ia jatuh sakit dan akhirnya meninggal.
Para tetangga mengabarkan pada sang anak. Sang Anak tidak merasa sedih atas kepergian ibunya. seorang tetangga lalu mengirimkan sepucuk surat dari sang ibu, dalam surat ibu hanya mengatakan.
"Maafkan saya jika selama ini membuat mu malu. Nak, mata ibu memang cacat sebelah, karena ketika kamu masih berusia 3 Tahun kamu terjatuh ketika bermain sehingga mata mu buta sebelah. Karena tidak ingin melihat matamu buta sebelah, ibu memberikan mata ibu sebelah untuk mu nak. Ibu tidak perduli harus kehilangan sebelah mata demi kamu agar kamu tetap sempurna"
Di Akhir surat sang ibu mengatakan bahwa dia begitu mencintai sang anak & ingin sekali memeluk sang anak yang ia bayangkan ketika anaknya tergolek jatuh & kehilangan sebelah mata.
Tercekat kerongkongan sang anak ketika membaca, tak kuasa butiran air mata mengalir dari sudut matanya, dengan sesak di penuhi perasaan haru & bersalah teramat dalam..
0
344.5K
Kutip
3K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
925KThread•90.6KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya