Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

jualanyukAvatar border
TS
jualanyuk
Kepada SBY, Golput, dan Pendukung Prabowo
Kepada SBY, Golput, dan Pendukung Prabowo

July 7, 2014 at 12:55pm

Saya baru saja selesai sahur ketika menulis surat ini. Puluhan pesan masuk melalui Facebook messenger, belasan melalui Whatsapp dan juga sandek. Semua berkabar tentang kecurangan yang terjadi dalam pelaksanaan pilpres di Hong Kong. Kekuatiran yang diungkap ratusan tweeps mulai menemukan wujudnya.

Laporan dari Los Angeles juga masuk, berkabar tentang tak memadainya jumlah surat suara di sana. Los Angeles memang kota paling populer di Amerika Serikat bagi wisatawan Indonesia. Hal itu tak diantisipasi dengan baik. Ratusan pemilih tak bisa menggunakan hak mereka.

Selain dari kabar-kabar yang menyilet dada, berita sukacita bermunculan. Para tweeps menemukan screen-cap status seorang pasien di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk. Dia mencuri-dengar percakapan dokter dan pasien lain di ranjang sebelah. Pasien lain itu mengalami masalah ultra-serius pada levernya. Dokter menyimpulkan ajalnya akan tiba dalam hitungan hari. Keluarga pasien disarankan untuk memberi perhatian berlimpah dan makanan super–enak agar kenangan indah terbawa saat meninggalkan dunia fana. Eh, bukan makanan enak yang diminta, si pasien bermohon supaya dokter beri obat terbaik yang memampukan dia melampaui tanggal 9 Juli. Penting bagi saya memastikan Jokowi menang dalam pilpres ini, katanya.

Si pasien yang mencuri-dengar, menuliskan kisah itu di status Path. Dalam hitungan jam, ratusan pathers me-repath-nya ke berbagai belahan dunia. Saya pun kebagian. Ini menarik.

Dari rumah sakit di bilangan Bumi Serpong Damai, status FB Dr. Lofriman Opi Lukman mengabarkan tekad pasien pasca-stroke yang ditanganinya.

“Pasienku yg imobilisasi di rs krn stroke, lumpuh sisi kiri tubuh. bicaranya pelo. tapi yg saya gak sangka...beliau tetap ingat dan pasti akan mau memilih di tanggal 9 besok...kalau perlu dengan kursi roda ke tps.dan beliau berharap sembuh bisa jalan sebelum tgl 9. Beliau bilang...orang baik harus dibantu untuk menang...”

Warung-warung kecil di bilangan rumah saya sudah kasih pengumuman: tak ada kegiatan pada tanggal 9 Juli sampai dengan jam 4 sore. “Saya mau nyoblos nomor 2,” kata mereka satu per satu. Dan untuk itu, warung-warung akan menghentikan operasinya selama 2/3 hari. Pesan senada termuncul dari sana: rela kehilangan sebagian pendapatan harian demi menjaga dan mengawal suara Jokowi di berbagai TPS. Harap diingat: tak ada dari mereka yang menulis status di FB, atau di Path. Tak juga bercuit di Twitter. Mereka tak terpetakan.

Di FB berseliweran kisah seorang jurnalis tentang ‘si Mbak’ yang dipingpong ke kiri dan ke kanan ketika mengurus formulir A5. Si Mbak kepingin mencoblos gambar nomor 2 di TPS sekitar pemukiman majikannya. Berhari-hari, dari satu angkot ke angkot lain, upayanya tak membuahkan hasil. Sang jurnalis kasih saran: sogok aja. Weleh, dia menolak keras. Jurnalis kita merasa digampar.

Si Mbak menelpon ibunya di kampung. Tapi, membayangkan akan juga dipersulit, sang bunda menyarankan dia melepas saja hak pilihnya. Si Mbak ngambek. Apakah dia ngambek kirim uang atau hal lain, tak ada penjelasan. Namun dia berhasil. Bundanya pergi ke pejabat desa, mengurus formulir A5 dan mengirimkannya kepada sang puteri melalui layanan pos. Si Mbak girang. Dia tak sabar menunggu 9 Juli untuk mencoblos gambar Jokowi.

Terkirakan, sepanjang hari ini saya akan kebanjiran pesan-pesan serupa dari ribuan relawan Jokowi yang berhubungan langsung dengan saya. Ini aneh. Saya tak pernah minta tugas semacam pengabar peristiwa sehingga kepada sayalah limpahan informasi diterjangkan. Tapi, sudahlah. Semua orang bergandengan-tangan. Bukan saatnya ribut soal siapa mengerjakan apa.

Namun laman Alan Nairn bersuara getir. Dia memastikan: persekongkolan jahat sudah dirancang beberapa oknum kopasus dengan salah satu pasangan capres. Tak hanya Alan, seorang pesiunan kolonel dari Amerika Serikat menduga kerusuhan bakal merebak pada tanggal 9 Juli malam, beberapa jam sesudah lembaga sigi mengumumkan hasil quick count.

Berita tersebut di atas, dan kiriman warta dari para relawan yang berkabar tentang banyak pemilih di Jawa Barat yang dipaksa jawara setempat untuk memilih capres nomor 1, juga kabar perselingkuhan para pejabat pemda di Nusa Tenggara Barat dengan timses capres nomor 1, fatwa haram memilih Jokowi, serta puluhan kabar ngeri lainnya, membuat saya harus menulis surat ini kepada kalian.

Saudara Susilo Bambang Yudhoyono,
Tugas suci seorang pemimpin adalah memastikan Kehendak Allah berselenggara di negerinya. Selama 10 tahun kami percayakan tugas itu di pundak Anda. Banyak orang kecewa, banyak juga yang memuji hasil kerja Anda. Sekarang kami ingin melepas Anda dengan maaf dan permakluman –jika satu atau sebelas kesalahan pernah Anda lakukan.

Satu. Pastikan kecurigaan sebagian dari kami absurd dan memang menjengkelkan: Anda tidak sedang merancang kekacauan pada tanggal 9 Juli yang memungkinkan Anda berkuasa lebih lama.

Dua. Tolak kecurigaan lain yang ada di pikiran sebagian dari kami: Anda mendukung Prabowo karena ada jaminan bagi kejahatan Anda untuk tidak dibongkar dan diadili.

Tiga. Kerahkanlah seluruh kekuatan dan kekuasaan yang ada di tangan Anda untuk menjamin pilpres kita berlangsung aman, jujur, dan adil. Jika tidak, kecurigaan kami meruyak. Anda akan dikenang sampai mati, bahkan hingga beratus-ratus tahun kemudian, sebagai pengkhianat amanat rakyat, sebagai pembungkan suara kebebasan, sebagai pembunuh harapan suci di dada orang miskin, kalah, dan terpinggirkan. Dengar jeritan para tenaga kerja Indonesia di Hong Kong yang dirampas haknya dalam pilpres hari Minggu kemarin. Dengar ratapan para pasien di ambang maut yang berdoa agar diberi kekuatan mengerjakan tugas konstitusional pada tanggal 9 Juli meski sedang sekarat. Sebentar lagi mereka berjumpa langsung dengan Allah. Saya tak bisa bayangkan apa yang bakal mereka laporkan kepada Tuhan kita tentang kelalaian dan kekejian Anda –jika Anda tidak bersedia mengamankan pilpres kita berlangsung adil dan jujur. Ingat, Anda tidak sedang berhadapan dengan sekadar situasi relatif yang bergantung pada persepsi dan interpretasi sehingga olehnya Anda berkesempatan untuk berkelit dan lari dari tanggungjawab. Tidak! Anda berdiri di depan sukma orang sekarat yang bakal menjerit: langsung di hadapan Allah, langsung di haribaan Sang Mutlak.

Para golongan putih,
Di hadapan tangis orang miskin, jerit pasien di luar propinsi DKI yang terlantar karena tak punya biaya pengobatan, di seberang ratapan orang-orang kalah yang ditindas kekuasaan dan juga pertumbuhan, atribut ‘putih’ yang anda kenakan tak lebih daripada penghinaan kepada penderitaan manusia. Maaf, Anda ganjen karena merasa lebih baik, lebih cerdas, lebih arif, dan lebih berhati-hati daripada kami semua dan daripada mereka yang terkapar sengsara.

Saya sadar, suara saya untuk Jokowi mungkin keliru. Dia bisa saja jadi penjahat, jadi bajingan ketika terpilih sebagai Presiden. Tapi ada yang lebih mendesak daripada itu semua: menolong orang-orang sengsara. Saya berutang kepada mereka. Boleh jadi pendapatan saya sebetulnya mengalir dari produsen deterjen cair. Dan pabrik-pabrik itu hidup karena orang-orang miskin membeli produk mereka ketimbang menggunakan bahan-bahan tradisional sebagai pembersih. Ironi paling pahit, bukan?

Orang-orang kalah dan terpinggirkan menggantung harapan mereka kepada Jokowi. Kita tak perlu berdebat soal keabsahan pernyataan tersebut. Hampir semua lembaga sigi berpendapat serupa: orang-orang miskin dan berpendidikan rendah berada di pihak Jokowi.

Tak seperti kita yang begitu recok dan sok-tahu dalam menjatuhkan pilihan, orang-orang sengsara itu mengandalkan suara hati, mengagulkan bisikan nurani. Mereka merasa dekat dengan Jokowi. Bayangkan, seorang pembokat di bilangan Menteng tak sungkan mencegat Jokowi ketika bersepeda, merangkul lelaki ceking itu dan menyuruh temannya –sesama pembokat, untuk mengambil gambar mereka.

Tapi Anda takut berdosa. Anda tak sudi ternodai oleh pilihan salah. Luar biasa. Tak ada orang sesuci Anda.

Malangnya, kami tak setuju dengan Anda. Kami menjatuhkan pilihan dengan menanggung risiko penuh jika pilihan itu salah. Kami bertanggungjawab kepada masa depan negeri ini. Saya memilih Jokowi dan berjanji akan mengawalnya jika dia jadi Presiden. Sebesar tekad kami mendukung dia sekarang, sebesar itu pula dendam dan amarah kami kepadanya jika dia berkhianat. Kami akan jungkirkan dia justru karena kita punya demokrasi yang –meski belum sempurna tapi –kita hormati bersama.

Di hari-hari yang sempit ini, dengarkan permintaan kami: copot jubah putih kalian dan lemparkan itu ke api neraka. Turun dari menara gading kesoktahuan. Bergabunglah dengan kami untuk meneriakkan takbir kemenangan bagi mereka yang terlantar. Gunakan hak pilih kalian. Jika ternyata ‘salah’, biarkan, karena dari kesalahanlah hidup ini mekar dan tumbuh lebih baik.

Para pendukung Prabowo,
Tidak seperti para pendukung Jokowi yang lain, saya ingin kalian menyeberang ke sini. Semua jelas terbentang. Cinta membara di GBK kemarin yang diabadikan para pekerja seni dan menghias layar komputer orang-orang sedunia adalah bukti ketulusan kami. Jangan silap, biaya penyelenggaraan acara tersebut diambil dari sumbangan kami yang melampui angka 100 milyar. Tapi jangan lantas berpikir nasib kami lebih baik daripada kalian. Sebagian kami masih berstatus pengangguran, masih mengais rejeki dari tong sampah rumah-rumah orang kaya.

Beda kita adalah: kami tak mau menaruh harapan di pundak orang kuat. Kami letakkan damba dan impian di sanubari sahabat kami. Dia orang baik. Dia jujur dan tak pernah berkhianat kepada kami. Mungkin dia pernah berbuat salah. Tapi itu sepadan dengan kesalahan kakak atau adik kepada kami. Juga mungkin kesalahan ayah atau bunda. Mereka bukan orang jahat, kami mudah melupakan kesalahan mereka. Demikian juga Jokowi.

Sebaliknya, kamilah yang berkhianat kepada Jokowi. Kami membabi-buta meneriakkan namanya tapi masih gemar nyolong jalan dan melintas di lajur Transjakarta. Ke sungai-sungai yang dikeruk secara berkala, kami sampahi secara keras-kepala. Kami dukung penertiban para pedagang tapi asyik berbelanja di mal-mal mewah. Tak ada kelompok ibu-ibu pengajian atau persekutuan wanita Kristen yang bawa rombongan untuk berbelanja di Blok G pasar Tanah Abang. Kami biarkan Jokowi bertarung sendirian menghadapi para preman dan juga para pedagang yang bersungut-sungut minta dikembalikan ke tanah Mesir.

Kami sadar akan kesalahan konyol itu. Sekarang, tak kami biarkan dia berjuang sendiri. Kami gulung lengan baju, merapatkan barisan, menyumbang tenaga, juga dana, dan airmata.

Tapi ada yang masih kurang. Dari hari ke hari, itu kian menggigit. Sekarang malah menusuk-nusuk jantung.

Kami kehilangan kalian.

Saya kangen kamu. Banget. Dan saya mulai gelisah karena kamu tak kunjung datang. Padahal hari sudah mulai gelap. Saya kuatir, sebentar lagi kamu tersesat, tak tahu jalan pulang.

Datang, duduk di sebelahku, selusupkan jemarimu di sela-sela jemariku.

Jika kamu tak sempat pulang, ini video cintaku untukmu..

Tontonlah. Akan kamu alami betapa aku menggelegak, merindu kamu.

muna panggabean

NB : Yang mau share tulisan bisa langsung dari notes ybs
https://www.facebook.com/notes/10152199960067409/
Diubah oleh jualanyuk 07-07-2014 17:16
0
2.1K
22
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Pilih Capres & Caleg
Pilih Capres & Caleg
KASKUS Official
22.5KThread3.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.