- Beranda
- The Lounge
Syarat menjadi anggota KOPASSUS, ada yang berani?
...
TS
afifzlizer
Syarat menjadi anggota KOPASSUS, ada yang berani?
Spoiler for gak repost beda isi!:
Spoiler for OPEN:
Dibaca dari atas sampai bawah ya gan
Quote:
Artinya adalah, sehebat apapun sebuah pasukan kalau terusmenerus harus berada di medan perang yang sama, pastilah akan mengalami kerugian. Menurut Sun Tzu II, kalaupun menang tentulah ditebus dengan kerugian yang amat perih. Kuncinya adalah, para jenderal yang mengirim serdadu ke medan perang haruslah memperhitungkan kelelahan fisik dan mental yang akan melanda pasukan. Mencapai batas maksimum ketahanan manusia, itulah yang ingin dikejar di depo-depo pendidikan prajurit komando. Prajurit ditempa dengan sangat ganas sampai ia merasakan kesakitan yang tidak pernah terbayangkan olehnya. Ada pihak menyebutnya tidak manusiawi.
Tapi apakah perlakuan yang akan diterima seandainya ia tertangkap musuh akan lebih manusiawi? Tidak hanya dilatih menghadapi siksaan musuh, juga menghadapi pertempuran lama dan melelahkan seperti yang dikhawatirkan Sun Tzu II. Kopassus saat ini memiliki dua grup tempur berseragam (Parako): Grup 1 di Jakarta dan Grup 2 di Kartosuro, Solo. Sam lagi disebut Grup 3 Sandi Yudha yang tak lain blue jins soldiers serta makin lengkap dengan Satuan 81 Penanggulangan Teror. Setingkat dengan keempat unit adalah Pusat Pendidikan Kopassus di Batujajar. Kelima satuan ini dipimpin perwira berpangkat kolonel.
Keterpampilan lempar pisau bukan urusan mudah. Dalam kondisi terdesak, keahlian ini bisa sangat berguna melumpuhkan musuh.
Grup 1 memiliki karakter keras, cepat dan militan. Karakter yang menjadi identitas satuan ini merupakan warisan dari senior pendahulu. Karakter itu terus dipertahankan dari generasi ke generasi hingga akhirnya menjadi trade mark satuan. Sebagai satuan tempur, Grup 1 sangat lah ideal. Semua anggota tinggal di komplek markas yang terawat dengan baik. Fasilitas latihan sangat memadai. Mulai dari dari halang rintang, hutan, kolam renang, menara, lapangan tembak 600 dan 300 meter, lapangan tembak pistol serta sebuah lapangan tembak bulat 15 meter. Lapangan ini digunakan untuk mengasah kemampuan tembak reaksi. Ketika COMMANDO melakukan peliputan, fasilitas CQB (close quarter battle) tengah dibenahi. Untuk menjawab kebutuhan gerak cepat, tersedia tiga heli pad. Lalu jika ditelusuri track yang mengitari markas di samping pagar pembatas, panjangnya 5,5 kilometer. Jalanan ini biasa digunakan untuk jogging tiap senin dan tanggal 17.
Demo beladiri wushu Grup 1 saat HUT Kopassus 2005
Syarat ketat
Ada beberapa tahapan yang mesti dilalui bagi warga negara Republik Indonesia untuk menjadi prajurit Kopassus. Secara umum harus lulus pendidikan pembentukan sesuai tingkatan. Mulai dari Secata (Sekolah Calon Tamtama), Secaba (Sekolah Calon Bintara), Sepa PK (Sekolah Pembentukan Prajurit Karir) dan Akademi Militer. Setelah lobos dari saringan penerimaan, mereka melanjutkan ke tahap pendidikan kecabangan, pendidikan para dasar, latihan komando selama tujuh bulan yang berakhir dengan pembaretan di Nusakambangan. Setelah di satuan akan ditambahkan dengan materi spesialisasi dasar.
Bagi yang melewati pintu masuk dari Sepa PK dan Akademi Militer, pendidikan para dan komando baru dilakukan setelah dilantik sebagai perwira. Pendidikan komando bertujuan untuk mendidik dan mengembangkan kemampuan prajurit Kopassus sehingga mampu baik secara individu dan kelompok melaksanakan operasi komando.
Dalam proses rekrutmen, Kopassus menerapkan standar di atas rata-rata. Dari postur tubuh saja, minimal 168 sentimeter. Bahkan era Prabowo Subijanto pernah mencapai 170 sentimeter. Penerapan standar tinggi ini tentu dengan maksud untuk mendapatkan sosok prajurit yang tangguh dan berwibawa. Dari semua tahapan pendidikan di atas, materi komando diakui paling berat. Namun justru dari sinilah awalnya pembentukan prajurit individu seperti yang dibutuhkan Kopassus sebagai komando tempur. Kenyataannya walau seberat apapun, toh generasi muda tetap berduyun-duyun mengikuti seleksi penerimaan anggota Kopassus. Ada kebanggaan memang ketika baret merah melekat di kepala.
Membaca jejak musuh. Dengan keahliannya. Parako bisa menduga kapan posisi itu ditinggal musuh.
Adalah Mayor Inf Sarwo Edhi Wibowo yang banyak membawa angin perubahan dalam pendidikan komando. Komandan ke 4 ini menata materi pendidikan lebih sistematis dan terarah sesuai kebutuhan. Termasuk mencari daerah latihan Akhir dari penyempurnaan adalah ditetapkannya tahapan pendidikan komando: Tahap Basis, Gunung dan Hutan serta Tahap Pendaratan Laut.
Kecepatan reaksi tidak hanya harus mampuni di medan lapang. Kadang di sela semak belukar, prajurit Parako harus bisa bergerak cepat dengan senjata mengarah kedepan untuk mengejar musuh yang lari. ketika sesi foto ini dibuat, fotograper COMMANDO sempat kelabakan mengikuti gerak pasukan yang terlalu cepat. Mengejar komposisi pas, kecepatan dan posisi pasukan, itulah susahnya.
Waktu pendidikan ditetapkan selama 20 minggu. Periode pelatihan dibagi atas Latihan Dasar Komando (10 minggu), Gunung dan Hutan (enam minggu) dan Pendaratan Laut (empat minggu). Dalam ketiga tahapan ini, siswa komando menerima 63 materi pelajaran seperti teknik tempur, baca peta, pionir, patroli, survival, naik gunung serta pendaratan dengan kapal motor dan pendaratan amfibi. Pada masa setelah itu, waktu pendidikan mengalami peningkatan menjadi 22 minggu.
LANJUTAN DIBAWAH GAN
MASIH SERU!!
MASIH SERU!!
0
303.9K
Kutip
1.6K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
925KThread•90.7KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya