TS
yeyendra
Bengkulu yang terlupakan.
Bengkulu. Apa yang ada dipikiran agan-agan ketika mendengar kata ini? Mungkin sebagian kecil agan-agan mengetahui kalo ini adalah sebuah provinsi atau kota. Tapi, sebagian besar agan-agan mungkin akan mikir dan bertanya-tanya dimana itu Bengkulu. Apakah di Sumatra? Atau di Papua?
Itulah hal-hal yang ane alamin sebagai orang Bengkulu. Kesulitan memperkenalkan diri ketika berada di kota besar. Sebagian besar orang-orang yang ane kenal, khususnya orang-orang di luar Sumatera, ketika ane bilang ane dari Bengkulu, mereka nggak tau. Mereka bilang: “Oh Bengkulu. Banyak Pempek dong disana?” Atau “ Oh Bengkulu. Berarti orang Padang ya?”. Mereka ngira bengkulu itu ada di Sumatra Selatan atau Sumatra Barat. Nah, karena hal itu ane mulai mikir kenapa orang-orang ini pada nggak tau Bengkulu. Kemungkinannya ada dua: 1) Orang-orang ini nilai Geografinya pas SD merah atau 2) Bengkulu emang nggak punya identitas lokal yang bisa diperkenalkan. Ane mau fokus ke yang nomer dua. Bengkulu nggak punya identitas lokal yang bisa diperkenalkan ke “dunia luar”. Nggak kayak Palembang yang terkenal dengan Pempek atau Jembatan Ampera-nya, atau Padang yang terkenal dengan masakannya, tokoh-tokohnya, kebiasaan merantaunya, atau bahkan Medan yang terkenal dengan “Batak” dan Danau Tobanya. Bengkulu tidak punya identitas, tidak punya landmark atau tokoh yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Kalo ditanya kota-kota di Sumatera, orang-orang taunya Cuma Medan, Palembang, Padang, nggak tau sama sekali itu Bengkulu. Kalo ada event-event besar kayak konser musik atau kampanye nasional Bengkulu juga dilewatkan. Kalo orang Jawa mau liburan ke Sumatera mana ada yang mau pilih Bengkulu, pasti milihnya kalo nggak ke Medan ya ke Padang. Apalah Bengkulu ini. Teman saya orang Pekanbaru bilang Bengkulu itu seperti mentimun bungkuk: ada tapi tidak diperhitungkan. Secara geografis masuk wilayah Indonesia, tapi tidak diperhitungkan secara nasional. Bengkulu yang tidak punya landmark terkenal seperti Jembatan Ampera-nya Palembang. Bengkulu yang tidak punya tempat wisata terkenal seperti Danau Toba. Bengkulu yang katanya tidak ikut berperan dalam perjuangan meraih kemerdekaan seperti halnya orang-orang Minang. Bengkulu yang tidak pernah diliput oleh media nasional. Bengkulu yang tidak punya artis atau tokoh-tokoh yang berkiprah secara nasional. Bengkulu yang entah dimana.
Dan ane jelasin. Bengkulu itu sebuah Provinsi yang berdiri sendiri di NKRI. Bukan bagian dari Padang atau Palembang. Bengkulu itu PROVINSI dengan ibukotanya yang juga bernama Bengkulu. Jadi saya tegaskan. Bengkulu itu KOTA sekaligus PROVINSI. Bengkulu punya suku bangsa tersendiri; suku Bengkulu, suku Rejang Lebong. Bukan Minang ataupun Melayu. Bengkulu punya fauna identitas; Bunga Raflesia, bunga terbesar di dunia yang tumbuh di tanah Bengkulu. Meskipun literature sejarah dari pemerintah pusat jarang menempatkan Bengkulu sebagai bagian dari cerita perjuangan melawan kolonial Belanda, itu karena memang sebagian besar wilayah Bengkulu di abad ke 17 bukan menjadi bagian dari wilayah Belanda, namun menjadi bagian dari wilayah jajahan Inggris dengan EIC. Intinya selain dijajah Belanda Bengkulu pernah dijajah Inggris. Bengkulu punya identitas sendiri.
Nama-nama pahlawan nasional yang banyak berasal dari Sumatera, tak satu pun diangkat berasal dari kota Bengkulu. Jikapun ada, tak banyak yang mengetahui bahwa Fatmawati, Istri pertama presiden Soekarno berasal dari kota ini. Begitu juga dengan kearifan lokal serta budaya asli Bengkulu yang tak banyak diangkat di pentas nasional. Sama halnya dengan hasil bumi Bengkulu, tidak banyak yang mengetahui. Nama Bengkulu seperti tenggelam di antara kota-kota di pulau Sumatera. Hal yang kemudian berdampak pula terhadap kemajuan dari individu-individu dari Bengkulu. Oh ya, apakah ada yang tahu, emas yang berada di tugu Monas - Jakarta itu berasal dari daerah mana? Jawabannya adalah Bengkulu. Yaa, Provinsi Bengkulu dulunya adalah penghasil emas terbesar di Indonesia. Bengkulu juga pernah menjadi daerah perebutan kolonial antara Inggris dan Belanda karena Bengkulu menghasilkan emas yang begitu menggiurkan para kaum kapitalis. Bengkulu pun akhirnya berpindah tangan menjadi daerah kekuasaan Belanda setelah adanya perjanjian antara Inggris dan Belanda dengan menukar Bengkulu dengan Singapura. Daerah Napal Putih, itulah daerah penyumbang emas yang ada di tugu Monas sekaligus daerah utama penghasil emas di Bengkulu. Kini, Bengkulu seperti provinsi yang terlupakan dan kurang tersentuh dari pemerintah pusat. Masih banyak kecamatan yang tertinggal. Bahkan Napal Putih daerah yang dulunya menjadi tulang punggung, kini kondisinya memprihatinkan. Jembatan penghubung antar desa terputus karena adanya longsor, hanya ada bongkahan batang kayu panjangan yang melintang yang digunakan sebagai jembatan darurat. Padahal jembatan ini dibuat oleh Belanda sebagai akses utama pertambangan dan kota.
Bengkulu masih berpotensi sebagai sumber emas tapi kurang dieksplor dan kurang sentuhan dari pemerintah. Malah ada yang bercerita bahwa sebenarnya sudah ada pihak asing yang ingin eksplorasi titik-titik baru penambangan emas, pihak pemerintah setempat pun memperbolehkan asalkan pihak asing tersebut mau untuk memperbaiki dan membangun kembali jembatan yang ambrol, tetapi pihak asing tersebut tidak setuju dan akhirnya mundur. Mengapa bukan anak bangsa saja yang mengeksplor emas kembali? Pihak asing saja tertarik untuk mencari titik-titik baru, mengapa kita sebagai anak bangsa tidak tertarik?
Itulah sekilas unek-unek ane sebagai orang Bengkulu. Maaf kalo berantakan. Thread pertama soalnya
Itulah hal-hal yang ane alamin sebagai orang Bengkulu. Kesulitan memperkenalkan diri ketika berada di kota besar. Sebagian besar orang-orang yang ane kenal, khususnya orang-orang di luar Sumatera, ketika ane bilang ane dari Bengkulu, mereka nggak tau. Mereka bilang: “Oh Bengkulu. Banyak Pempek dong disana?” Atau “ Oh Bengkulu. Berarti orang Padang ya?”. Mereka ngira bengkulu itu ada di Sumatra Selatan atau Sumatra Barat. Nah, karena hal itu ane mulai mikir kenapa orang-orang ini pada nggak tau Bengkulu. Kemungkinannya ada dua: 1) Orang-orang ini nilai Geografinya pas SD merah atau 2) Bengkulu emang nggak punya identitas lokal yang bisa diperkenalkan. Ane mau fokus ke yang nomer dua. Bengkulu nggak punya identitas lokal yang bisa diperkenalkan ke “dunia luar”. Nggak kayak Palembang yang terkenal dengan Pempek atau Jembatan Ampera-nya, atau Padang yang terkenal dengan masakannya, tokoh-tokohnya, kebiasaan merantaunya, atau bahkan Medan yang terkenal dengan “Batak” dan Danau Tobanya. Bengkulu tidak punya identitas, tidak punya landmark atau tokoh yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Kalo ditanya kota-kota di Sumatera, orang-orang taunya Cuma Medan, Palembang, Padang, nggak tau sama sekali itu Bengkulu. Kalo ada event-event besar kayak konser musik atau kampanye nasional Bengkulu juga dilewatkan. Kalo orang Jawa mau liburan ke Sumatera mana ada yang mau pilih Bengkulu, pasti milihnya kalo nggak ke Medan ya ke Padang. Apalah Bengkulu ini. Teman saya orang Pekanbaru bilang Bengkulu itu seperti mentimun bungkuk: ada tapi tidak diperhitungkan. Secara geografis masuk wilayah Indonesia, tapi tidak diperhitungkan secara nasional. Bengkulu yang tidak punya landmark terkenal seperti Jembatan Ampera-nya Palembang. Bengkulu yang tidak punya tempat wisata terkenal seperti Danau Toba. Bengkulu yang katanya tidak ikut berperan dalam perjuangan meraih kemerdekaan seperti halnya orang-orang Minang. Bengkulu yang tidak pernah diliput oleh media nasional. Bengkulu yang tidak punya artis atau tokoh-tokoh yang berkiprah secara nasional. Bengkulu yang entah dimana.
Dan ane jelasin. Bengkulu itu sebuah Provinsi yang berdiri sendiri di NKRI. Bukan bagian dari Padang atau Palembang. Bengkulu itu PROVINSI dengan ibukotanya yang juga bernama Bengkulu. Jadi saya tegaskan. Bengkulu itu KOTA sekaligus PROVINSI. Bengkulu punya suku bangsa tersendiri; suku Bengkulu, suku Rejang Lebong. Bukan Minang ataupun Melayu. Bengkulu punya fauna identitas; Bunga Raflesia, bunga terbesar di dunia yang tumbuh di tanah Bengkulu. Meskipun literature sejarah dari pemerintah pusat jarang menempatkan Bengkulu sebagai bagian dari cerita perjuangan melawan kolonial Belanda, itu karena memang sebagian besar wilayah Bengkulu di abad ke 17 bukan menjadi bagian dari wilayah Belanda, namun menjadi bagian dari wilayah jajahan Inggris dengan EIC. Intinya selain dijajah Belanda Bengkulu pernah dijajah Inggris. Bengkulu punya identitas sendiri.
Nama-nama pahlawan nasional yang banyak berasal dari Sumatera, tak satu pun diangkat berasal dari kota Bengkulu. Jikapun ada, tak banyak yang mengetahui bahwa Fatmawati, Istri pertama presiden Soekarno berasal dari kota ini. Begitu juga dengan kearifan lokal serta budaya asli Bengkulu yang tak banyak diangkat di pentas nasional. Sama halnya dengan hasil bumi Bengkulu, tidak banyak yang mengetahui. Nama Bengkulu seperti tenggelam di antara kota-kota di pulau Sumatera. Hal yang kemudian berdampak pula terhadap kemajuan dari individu-individu dari Bengkulu. Oh ya, apakah ada yang tahu, emas yang berada di tugu Monas - Jakarta itu berasal dari daerah mana? Jawabannya adalah Bengkulu. Yaa, Provinsi Bengkulu dulunya adalah penghasil emas terbesar di Indonesia. Bengkulu juga pernah menjadi daerah perebutan kolonial antara Inggris dan Belanda karena Bengkulu menghasilkan emas yang begitu menggiurkan para kaum kapitalis. Bengkulu pun akhirnya berpindah tangan menjadi daerah kekuasaan Belanda setelah adanya perjanjian antara Inggris dan Belanda dengan menukar Bengkulu dengan Singapura. Daerah Napal Putih, itulah daerah penyumbang emas yang ada di tugu Monas sekaligus daerah utama penghasil emas di Bengkulu. Kini, Bengkulu seperti provinsi yang terlupakan dan kurang tersentuh dari pemerintah pusat. Masih banyak kecamatan yang tertinggal. Bahkan Napal Putih daerah yang dulunya menjadi tulang punggung, kini kondisinya memprihatinkan. Jembatan penghubung antar desa terputus karena adanya longsor, hanya ada bongkahan batang kayu panjangan yang melintang yang digunakan sebagai jembatan darurat. Padahal jembatan ini dibuat oleh Belanda sebagai akses utama pertambangan dan kota.
Bengkulu masih berpotensi sebagai sumber emas tapi kurang dieksplor dan kurang sentuhan dari pemerintah. Malah ada yang bercerita bahwa sebenarnya sudah ada pihak asing yang ingin eksplorasi titik-titik baru penambangan emas, pihak pemerintah setempat pun memperbolehkan asalkan pihak asing tersebut mau untuk memperbaiki dan membangun kembali jembatan yang ambrol, tetapi pihak asing tersebut tidak setuju dan akhirnya mundur. Mengapa bukan anak bangsa saja yang mengeksplor emas kembali? Pihak asing saja tertarik untuk mencari titik-titik baru, mengapa kita sebagai anak bangsa tidak tertarik?
Itulah sekilas unek-unek ane sebagai orang Bengkulu. Maaf kalo berantakan. Thread pertama soalnya
0
6.6K
3
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Domestik
10.2KThread•4.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya