- Beranda
- The Lounge
Keteladanan Rasulullah SAW Sebagai Entrepreneur
...
TS
ditra.umbara
Keteladanan Rasulullah SAW Sebagai Entrepreneur
Assalamu'allaikum Wr. Wb
Selamat Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1435H


Tanggal 14 Januari memang biasanya menjadi hari yang spesial buat ane. Tapi pagi ini, ada yang begitu spesial dari tanggal tersebut. Kenapa? Karena hari ini bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad Saw.
Memang tidak semuanya, tapi biasanya anak muda yang tinggal di perkotaan seperti ane ini, menyambut Maulid Nabi ini hanya dengan mengucapkan selamat via Social Media tanpa mencoba mempelajari, menelaah, dan mengingat keteladanan Rasulullah Saw selama hidupnya. Pagi ini, ane yang begitu pemula sebagai seorang entrepreneur, tiba-tiba diingatkan bahwa ada sosok pengusaha yang sangat sukses yang pastinya teramat sangat banyak yang dapat dipelajari dari dirinya, Nabi Muhammad Saw.
Memang tidak semuanya, tapi biasanya anak muda yang tinggal di perkotaan seperti ane ini, menyambut Maulid Nabi ini hanya dengan mengucapkan selamat via Social Media tanpa mencoba mempelajari, menelaah, dan mengingat keteladanan Rasulullah Saw selama hidupnya. Pagi ini, ane yang begitu pemula sebagai seorang entrepreneur, tiba-tiba diingatkan bahwa ada sosok pengusaha yang sangat sukses yang pastinya teramat sangat banyak yang dapat dipelajari dari dirinya, Nabi Muhammad Saw.
Quote:
Salah satu keteladanan yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw yang dapat kita contoh adalah sosok beliau sebagai seorang pedagang. Kita semua mengetahui, sosok Nabi Muhammad Saw, selain diangkat Allah sebagai Nabi dan Rasul, serta menjadi Kepala Negara, beliau juga pernah menjadi seorang pedagang yang sukses. Sebelum menjadi Rasulullah beliau sukses berwirausaha, karena kesuksesannya berdagang tersohor keseluruh masyarakat Arab, maka banyak pengusaha yang bergabung berbisnis dengan beliau. Ada yang ikut dalam bentuk modal, ada pula yang menitipkan barang dagangan untuk dibantu menjualkannya ke negeri lain. Artinya pada masa itu Nabi Muhammad Saw telah mempraktekan bisnis penyertaan (sharing modal) dan konsinyasi (nitip barang). Saat sekarang bisnis seperti ini begitu populer di masyarakat. Namun, kepiawaian Nabi Muhammad Saw dalam berwirausaha itu, saat sekarang kurang diteladani kita saat ini. Akibatnya, banyak masyarakat yang tidak memilih profesi sebagai wirausaha tetapi lebih memilih profesi sebagai pegawai atau karyawan.
Nabi Muhammad Saw mengawali jalan kewirausahaannya mulai dari kecil sebagai pengembala kambing/domba, masa remaja ikut berdagang dengan keluarga, dan setelah dewasa menjalankan sendiri usaha dagang tersebut. Keteladanan berwirausaha ini sangat relevan dengan kondisi saat ini karena dunia sekarang adalah dunia perniagaan. Dunia perniagaan butuh latihan, butuh pengalaman untuk berbagai kondisi yang dihadapi. Sebagai pengusaha, butuh kejujuran untuk dapat dipercaya oleh rekanan, butuh kerajinan dan kegigihan untuk dapat berhasil. Semua itu dimiliki oleh seorang Nabi Muhammad Saw.
Muhammad kecil terlahir sebagai yatim karena bapaknya (Abdullah) wafat ketika beliau masih dalam kandungan ibunya (Aminah). Bayi Muhammad disusui oleh ibu susunya Halimah, hal ini karena telah menjadi tradisi masyarakat Arab ketika itu. Lagi pula pada masa itu tradisi dan budaya masyarakat Arab menganggap lumrah menyerahkan anak untuk disusui ibu susunya. Setelah berhenti menyusu atau setelah berumur lebih dari dua tahun Muhammad kembali kepangkuan ibu kandungnya. Tidak berapa tahun kemudian ibu kandungnya wafat, sehingga beliau diasuh oleh kakeknya (Abdul Muthalib). Selanjutnya tidak beberapa lama kemudian kakeknyapun meninggal dunia, dan beliau diasuh pamannya, Abu Thalib.
Pada usia sekitar enam tahunan, Muhammad mulai dibawa menggembala domba di padang rumput dan diajarkan cara mengembala yang benar. Mencari loksai padang rumput yang subur dan tempat minum ternak yang banyak airnya. Mengusir serigala jika datang mengganggu ternaknya dan mencari tempat berteduh jika tiba-tiba hujan datang. Latihan atau pembelajaran mengembala domba ini dijalani dengan baik dan tekun, Muhammad terkenal sebagai anak gembala yang rajin dan jujur.
Awalnya Muhammad hanya mengembalakan domba milik keluarga, atas kerajinan dan kejujurannya beliau mendapat kepercayaan menggembalakan domba milik orang lain. Sebagai imbalannya beliau memperoleh bagian dari anak-anak domba yang lahir dari hasil gembalaannya. Bagian anak domba yang menjadi haknya sebagai imbalan pengembala merupakan aset pertama yang dimilikinya. Dari sini nih Muhammad mulai mengenal imbalan sebagai hasil usaha atau kerja kerasnya selama ini.
Pernah suatu hari, beliau didatangi orang yang ingin membeli beberapa ekor domba yang digembalakannya, tetapi beliau tidak mau karena bukan miliknya. Orang itu terus merayunya dengan mengatakan tidak ada orang lain yang melihatnya. Walaupun tidak ada orang yang melihat namun beliau tidak mau melakukannya karena takut kepada Tuhan katanya.
Setelah berumur belasan tahun dan dianggap sanggup berjalan jauh Muhammad mulai diajak pamannya (Abu Thalib) berniaga ke negeri Syam, yaitu sebuah negara tetangga yang saat ini dikenal Syria. Dari berniaga jauh antar negara itu semakin banyak pembelajaran yang diperoleh beliau. Mulai dari persiapan bekal sebelum berangkat, pengepul barang dagang yang akan dibawa nanti, serta persiapan armada angkut (unta) yang kuat. Semua pembelajaran itu menyangkut kepada suatu perencanaan yang matang, supaya tidak mengalami hambatan dalam perjalanan dan menghasilkan keuntungan dari perniagaan. Dari Makkah mereka membawa banyak barang dagangan untuk dijual di Syam dan pulangnya mereka membawa barang dagangan lain dari mancanegara yang waktu itu memang banyak terkumpul disana, seperti sutera Tiongkok, permadani Persia dan lain-lain. Waktu itu terkenal dengan rombongan kafilah Arab yang sering bepergian jauh untuk berniaga.
Tidak beberapa lama kemudian Abu Thalib pun meninggal dunia, sehingga Muhammad melanjutkan sendiri usaha dagang keluarga tersebut. Berkat pengalaman masa kecilnya yang sudah terlatih bekerja keras dan kejujuran yang dimilikinya, membuat usaha dagangnya tidak mundur, malah maju pesat. Kemajuan yang diperolehnya mengundang pemodal lain ikut berdagang dengan beliau termasuk seorang janda kaya. Dari perniagaan yang sukses itu Muhammad memperoleh harta melimpah namun beliau tetap rendah hati dan suka membantu. Untuk transportasi beliau memiliki kendaraan pilihan berupa kuda putih yang menjadi idaman setiap orang ketika itu. Artinya beliau itu seorang pengusaha yang sukses, kaya raya, dan terhormat. Semua itu diraihnya dengan kerja keras, jujur dan gigih dalam berusaha. Harusnya hal seperti ini diteladani oleh umat Islam sekarang supaya mau kerja keras, tekun, gigih dan jujur sehingga menjadi pengusaha sukses dan terhormat.
Kesuksesan Muhammad sebagai hartawan ditunjukan beliau ketika meminang Siti Khadijah, beliau mampu memberi mas kimpoi berupa 20 ekor unta (dari beberapa sumber yang gue baca). Kalau untuk ukuran sekarang 20 ekor unta setara dengan nilai Rp 500 juta, karena harga seekor unta setara Rp 25 juta. Namun ada juga yang berpendapat bahwa unta yang dijadikan mas kimpoi adalah unta merah, yang pada jaman beliau merupakan tunggangan mewah. Jika dibandingkan dengan sekarang, satu unta merah setara dengan mobil sedan mewah Mercy, BMW, atau sejenisnya. Berarti Muhammad adalah pengusaha sukses mampu memberi mas kimpoi dengan nilai yang sangat tinggi. Hal ini bisa beliau lakukan karena beliau ”punya” dari hasil kerja keras sebelumnya.
Sayangnya, keteladanan beliau yang seperti ini tidak banyak diceritakan oleh penceramah jaman sekarang, penceramah lebih suka menceritakan Nabi Muhammad Saw yang kelaparan tidak makan dan perutnya diganjal dengan batu. Pada hal itu kejadiannya adalah ketika Nabi Muhammad diusia senja setelah menjadi kakek, dimana hartanya yang melimpah ketika muda dulu sudah habis dibelanjakan untuk syiar agama dan membantu para mualaf.
Nabi Muhammad Saw mengawali jalan kewirausahaannya mulai dari kecil sebagai pengembala kambing/domba, masa remaja ikut berdagang dengan keluarga, dan setelah dewasa menjalankan sendiri usaha dagang tersebut. Keteladanan berwirausaha ini sangat relevan dengan kondisi saat ini karena dunia sekarang adalah dunia perniagaan. Dunia perniagaan butuh latihan, butuh pengalaman untuk berbagai kondisi yang dihadapi. Sebagai pengusaha, butuh kejujuran untuk dapat dipercaya oleh rekanan, butuh kerajinan dan kegigihan untuk dapat berhasil. Semua itu dimiliki oleh seorang Nabi Muhammad Saw.
Muhammad kecil terlahir sebagai yatim karena bapaknya (Abdullah) wafat ketika beliau masih dalam kandungan ibunya (Aminah). Bayi Muhammad disusui oleh ibu susunya Halimah, hal ini karena telah menjadi tradisi masyarakat Arab ketika itu. Lagi pula pada masa itu tradisi dan budaya masyarakat Arab menganggap lumrah menyerahkan anak untuk disusui ibu susunya. Setelah berhenti menyusu atau setelah berumur lebih dari dua tahun Muhammad kembali kepangkuan ibu kandungnya. Tidak berapa tahun kemudian ibu kandungnya wafat, sehingga beliau diasuh oleh kakeknya (Abdul Muthalib). Selanjutnya tidak beberapa lama kemudian kakeknyapun meninggal dunia, dan beliau diasuh pamannya, Abu Thalib.
Pada usia sekitar enam tahunan, Muhammad mulai dibawa menggembala domba di padang rumput dan diajarkan cara mengembala yang benar. Mencari loksai padang rumput yang subur dan tempat minum ternak yang banyak airnya. Mengusir serigala jika datang mengganggu ternaknya dan mencari tempat berteduh jika tiba-tiba hujan datang. Latihan atau pembelajaran mengembala domba ini dijalani dengan baik dan tekun, Muhammad terkenal sebagai anak gembala yang rajin dan jujur.
Awalnya Muhammad hanya mengembalakan domba milik keluarga, atas kerajinan dan kejujurannya beliau mendapat kepercayaan menggembalakan domba milik orang lain. Sebagai imbalannya beliau memperoleh bagian dari anak-anak domba yang lahir dari hasil gembalaannya. Bagian anak domba yang menjadi haknya sebagai imbalan pengembala merupakan aset pertama yang dimilikinya. Dari sini nih Muhammad mulai mengenal imbalan sebagai hasil usaha atau kerja kerasnya selama ini.
Pernah suatu hari, beliau didatangi orang yang ingin membeli beberapa ekor domba yang digembalakannya, tetapi beliau tidak mau karena bukan miliknya. Orang itu terus merayunya dengan mengatakan tidak ada orang lain yang melihatnya. Walaupun tidak ada orang yang melihat namun beliau tidak mau melakukannya karena takut kepada Tuhan katanya.
Setelah berumur belasan tahun dan dianggap sanggup berjalan jauh Muhammad mulai diajak pamannya (Abu Thalib) berniaga ke negeri Syam, yaitu sebuah negara tetangga yang saat ini dikenal Syria. Dari berniaga jauh antar negara itu semakin banyak pembelajaran yang diperoleh beliau. Mulai dari persiapan bekal sebelum berangkat, pengepul barang dagang yang akan dibawa nanti, serta persiapan armada angkut (unta) yang kuat. Semua pembelajaran itu menyangkut kepada suatu perencanaan yang matang, supaya tidak mengalami hambatan dalam perjalanan dan menghasilkan keuntungan dari perniagaan. Dari Makkah mereka membawa banyak barang dagangan untuk dijual di Syam dan pulangnya mereka membawa barang dagangan lain dari mancanegara yang waktu itu memang banyak terkumpul disana, seperti sutera Tiongkok, permadani Persia dan lain-lain. Waktu itu terkenal dengan rombongan kafilah Arab yang sering bepergian jauh untuk berniaga.
Tidak beberapa lama kemudian Abu Thalib pun meninggal dunia, sehingga Muhammad melanjutkan sendiri usaha dagang keluarga tersebut. Berkat pengalaman masa kecilnya yang sudah terlatih bekerja keras dan kejujuran yang dimilikinya, membuat usaha dagangnya tidak mundur, malah maju pesat. Kemajuan yang diperolehnya mengundang pemodal lain ikut berdagang dengan beliau termasuk seorang janda kaya. Dari perniagaan yang sukses itu Muhammad memperoleh harta melimpah namun beliau tetap rendah hati dan suka membantu. Untuk transportasi beliau memiliki kendaraan pilihan berupa kuda putih yang menjadi idaman setiap orang ketika itu. Artinya beliau itu seorang pengusaha yang sukses, kaya raya, dan terhormat. Semua itu diraihnya dengan kerja keras, jujur dan gigih dalam berusaha. Harusnya hal seperti ini diteladani oleh umat Islam sekarang supaya mau kerja keras, tekun, gigih dan jujur sehingga menjadi pengusaha sukses dan terhormat.
Kesuksesan Muhammad sebagai hartawan ditunjukan beliau ketika meminang Siti Khadijah, beliau mampu memberi mas kimpoi berupa 20 ekor unta (dari beberapa sumber yang gue baca). Kalau untuk ukuran sekarang 20 ekor unta setara dengan nilai Rp 500 juta, karena harga seekor unta setara Rp 25 juta. Namun ada juga yang berpendapat bahwa unta yang dijadikan mas kimpoi adalah unta merah, yang pada jaman beliau merupakan tunggangan mewah. Jika dibandingkan dengan sekarang, satu unta merah setara dengan mobil sedan mewah Mercy, BMW, atau sejenisnya. Berarti Muhammad adalah pengusaha sukses mampu memberi mas kimpoi dengan nilai yang sangat tinggi. Hal ini bisa beliau lakukan karena beliau ”punya” dari hasil kerja keras sebelumnya.
Sayangnya, keteladanan beliau yang seperti ini tidak banyak diceritakan oleh penceramah jaman sekarang, penceramah lebih suka menceritakan Nabi Muhammad Saw yang kelaparan tidak makan dan perutnya diganjal dengan batu. Pada hal itu kejadiannya adalah ketika Nabi Muhammad diusia senja setelah menjadi kakek, dimana hartanya yang melimpah ketika muda dulu sudah habis dibelanjakan untuk syiar agama dan membantu para mualaf.
***
Quote:
Terlepas dari masalah kita memilih untuk berwirausaha atau menjadi karyawan, itu kembali kepada pribadi masing-masing. Kita yang sedang beranjak dewasa dapat mempelajari keteladanan Rasulullah Saw dalam berbisnis. Mulai dari pengalaman beliau menggembala domba sehingga memperoleh pembelajaran tentang arti kejujuran, kerja keras, dan tanggung jawab. Kemudian beliau mengenal pula tentang perilaku tidak baik dari orang-orang dewasa, seperti menipu, berbohong, dan berkolusi untuk memperoleh penghasilan tambahan. Dengan keteguhan pendirian dan keyakinan yang kuat beliau menolak semuanya, sehingga terhindar dari sifat-sifat buruk itu.
Pembelajaran seperti ini tidak akan pernah didapat seorang anak kalau anak tersebut tidak pernah dilatih dan diserahi tugas seperti yang dijalankannya sebagai pengembala. Dari sini mulai tertanam jiwa wirausaha, kejujuran, ketekunan, kegigihan dan kerja keras menjalankan usaha.
Pembelajaran wirausaha semenjak dini kurang didapat anak-anak jaman sekarang. Mereka lebih banyak menghabiskan waktunya belajar secara reguler dan bermain ketika tidak bersekolah. Kecuali anak orang tidak mampu yang terpaksa berjualan kue atau makanan kecil untuk membantu keuangan keluarga (itupun tidak semuanya). Dan kecuali lagi anak orang Tionghoa yang diajak ke toko atau ke tempat usaha ketika di luar jam sekolah. Di toko atau dibengkel anak-anak orang Tionghoa memperoleh pembelajaran kewirausahaan sejak dini, sehingga setelah dewasa mereka muncul sebagai pengusaha yang sukses. Sikap mental seperti ini seharusnya diamalkan oleh kaum muslimin yaitu memberi pembelajaran kewirausahaan semenjak dini kepada anak-anak mereka. Karena hal ini telah dicontohkan Nabi Muhammad Saw yang semasa kecil bekerja sebagai pengembala.
Alhamdulillah, ane dibesarkan dari keluarga sederhana yang pas-pasan. Bukan merasa beruntung hidup penuh keterbatasan, tapi bersyukur dikenali pendidikan berwirausaha sejak kecil, hingga sekarang memantapkan jalan untuk menjadi pengusaha yang dapat memberikan banyak manfaat untuk orang banyak, untuk lingkungan sekitar. Insya Allah, orang tua kita yang sudah mendidik kita dalam penuh kesederhanaan, akan menerima hasilnya segera, dari anak-anak yang mereka besarkan, aminn
Pembelajaran seperti ini tidak akan pernah didapat seorang anak kalau anak tersebut tidak pernah dilatih dan diserahi tugas seperti yang dijalankannya sebagai pengembala. Dari sini mulai tertanam jiwa wirausaha, kejujuran, ketekunan, kegigihan dan kerja keras menjalankan usaha.
Pembelajaran wirausaha semenjak dini kurang didapat anak-anak jaman sekarang. Mereka lebih banyak menghabiskan waktunya belajar secara reguler dan bermain ketika tidak bersekolah. Kecuali anak orang tidak mampu yang terpaksa berjualan kue atau makanan kecil untuk membantu keuangan keluarga (itupun tidak semuanya). Dan kecuali lagi anak orang Tionghoa yang diajak ke toko atau ke tempat usaha ketika di luar jam sekolah. Di toko atau dibengkel anak-anak orang Tionghoa memperoleh pembelajaran kewirausahaan sejak dini, sehingga setelah dewasa mereka muncul sebagai pengusaha yang sukses. Sikap mental seperti ini seharusnya diamalkan oleh kaum muslimin yaitu memberi pembelajaran kewirausahaan semenjak dini kepada anak-anak mereka. Karena hal ini telah dicontohkan Nabi Muhammad Saw yang semasa kecil bekerja sebagai pengembala.
Alhamdulillah, ane dibesarkan dari keluarga sederhana yang pas-pasan. Bukan merasa beruntung hidup penuh keterbatasan, tapi bersyukur dikenali pendidikan berwirausaha sejak kecil, hingga sekarang memantapkan jalan untuk menjadi pengusaha yang dapat memberikan banyak manfaat untuk orang banyak, untuk lingkungan sekitar. Insya Allah, orang tua kita yang sudah mendidik kita dalam penuh kesederhanaan, akan menerima hasilnya segera, dari anak-anak yang mereka besarkan, aminn

Mungkin cuma segitu yang bisa ane share sekarang, ane ga mengharapkan apa-apa.. dibaca sama agan-agan juga udah seneng, hehe.


Spoiler for sumber:
http://ditraumbara.weebly.com/1/post/2014/01/keteladanan-rasulullah-saw-sebagai-entrepreneur.html
0
7.7K
Kutip
14
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
1.3MThread•103.8KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya