- Beranda
- The Lounge
Novel Pemula, mohon komentarnya part 2
...
TS
kungfu.firhan
Novel Pemula, mohon komentarnya part 2
Updatan Cerita bisa dilihat di bawah dari chapter 5-8
mohon untuk tidak di repost ya
kalo agan agan suka entar ane update terus, hehehe
Quote:
Prolog
Karma.
Suatu takdir peristiwa dari apa yang telah kamu lakukan. Mungkin beberapa orang tidak percaya dengan karma, tapi aku percaya. Dan sangat memakan waktu lama agar aku menyadari keberadaanya.
Karma.
Ia sekarang melekat pada jalan hidupku. Dengan secara tidak sadar aku ingin selalu berbuat baik pada sesama, sehingga akupun diperlakukan dengan baik.
Karma.
Terkadang ia sangatlah berengsek. Tapi kamulah yang menciptakannya.
Chapter 1 : Aku
Namaku Dinda, dan aku adalah seorang laki-laki. Ya, Aku tau apa yang kamu pikirkan, tapi itu adalah nama yang diberikan padaku sejak lahir. Umurku seakrang telah menginjak 27 tahun. Aku memiliki seorang Istri, Nadiya, kami adalah pasangan sejak SMA. Aku adalah seorang miliarder muda ternama di Indonesia, aku mengusai kerajaan bisnis, perusahaanku bertebaran disetiap penjuru, anak buahku ribuan dan terus bertambah, penghasilanku 10 juta rupiah....... perdetik. Bayangkan, ketika aku berjalan masuk ke dalam sebuah mall, aku dapat membeli sebuah toko pakaian ternama, ketika aku selesai makan dalam sebuah restoran, restoran itu telah jadi milikku, dan ketika aku menatap sebuah mobil yang kuinginkan, aku mungkin sudah dapat membeli selusin mobil tersebut. Apakah kamu berfikir aku adalah orang yang suka menghamburkan uang ? tidak, aku lebih suka hidup sederhana. Lalu kemana semua uangku ? aku adalah seseorang yang berambisi tinggi, setengah bagian dari penghasilanku, aku gunakan kembali untuk mengembangkan perusahaan, sepertiga dari sisanya aku sumbangkan. Aku memiliki sebuah organisasi kemanusiaan ditempat tempat yang membutuhkan, tidak hanya didalam negeri, tetapi diluar juga, terutama didaerah dengan tingkat gizi buruk yang tinggi dan daerah perang. Aku juga adalah seorang kolektor mobil, sebut satu jenis mobil yang ada dalam pikiranmu, dan pasti aku mempunyainnya, jangankan yg mahal, Bemo pun aku memilikinya, dan itu adalah kendaraan yang paling sering aku pakai kemana mana. Aku tidak pernah peduli pada penampilanku, ketika orang melihatku mereka mungkin tidak akan menyangka bahwa gudang uangku lebih besar dari rumah-rumah orang kaya, ketika bepergian, aku selalu memakai celana jeans dan kaos biasa. Bagaimana bisa orang semuda seperti diriku menjadi seperti ini ? dan sekarang aku akan menceritakan dari awal sampai sekarang aku seperti ini.
Chapter 2 : Awal dari kisahku
Aku lahir dalam sebuah keluarga yang mapan. Dahulu kami tinggal dikota bandung dalam perumahan termahal disana. Ayahku memiliki sebuah pabrik penghasil kain, perusahan ini telah menjadi warisan turun temurun selama 40 tahun, yang dibangun oleh buyutku. Ayahku adalah orang yang sangat gila uang dan keras kepala, hobinya adalah memarahi orang. Ibuku adalah seseorang yang cantik parasnya, tapi tidak dengan hatinya, sama halnya dengan ayah, ibuku adalah orang yang gila uang. Tetapi mereka adalah orang yang memegang erat nama baik keluarga. Aku mempunyai seorang kakak perempuan, Lana namanya. Umurnya beda satu tahun denganku, dan kami tak pernah dekat. Aku mempunyai panggilan ‘sayang’ untuk kakakku, Ce Lana. (Ce atau eceu dari bahasa sunda artinya kakak perempuan)
Saat aku masih kecil sebenarnya akupun gila uang, aku menganggap dengan uang aku bisa menguasai segalanya. Ketika umurku 6 tahun, aku sudah memiliki mobil pribadi, supir pribadi, dan pembantu yang selalu mengikutiku. Ayahku mengabulkan apapun yang aku inginkan, aku tumbuh menjadi anak yang serakah. Setiap perjalanan pulang sekolah, aku senang untuk mengejek gembel-gembel yang ada dipinggir jalan, mencaci mereka semauku. Supirku bernama Pupung, aku memanggilnya A pupung, dialah yang selalu memperingatkanku agar menghargai orang lain. Tapi, masa bodo, akulah yang memiliki uang banyak, akulah yang berkuasa. Ego seorang bocah.
Aku bukanlah anak yang cerdas, nilaiku tak pernah lebih dari 5 pada setiap mata pelajaran. Aku lulus SD dengan nilai yang sangat pas pasan. Orang tuaku memasukanku ke SMP swasta termahal di bandung, dengan alasan gengsi. Di SMP-ku yang baru, semua anak disana berasal dari orang kaya, peraturan sangatlah longgar disana, kami bahkan tidak mengenakan seragam untuk pergi kesekolah. Aku dan kakakku sebenarnya satu sekolah, tapi kami selalu bersikap tidak mengenal satu sama lain. Berangkat kesekolahpun dengan mobil yang berbeda.
Dulu aku adalah seorang penggemar film asia. Terinspirasi dari film meteor garden, pada saat kelas 1 SMP aku membentuk sebuah klub yang terdiri dari 4 anak terkaya dan tertampan, Aku, Fachry, Satria, dan Romi. lalu kami menamakan diri kamu T4..... 4 Tampan. Ya, dan akulah salah satunya. Kerjaan kami tidaklah banyak, hanya memamerkan ketampanan kami, membuat para wanita tak kuasa. Setiap kali kami ke kantin, kami akan membeli minuman botol, lalu meminumnya dengan berpose sambil memamerkan ketampanan kami. Sambil mengibaskan rambutku, aku menaikan tanganku ke atas meja, lalu kusandarkan pipiku pada tanganku, sambil menatap para gadis langsung ke matanya. Alhasil, ada banyak yang tergila gila akan ketampanan kami.
Sama halnya denganku, teman temanku adalah orang yang gila uang. Kami tak pernah mau bergaul dengan orang yang tidak selevel dengan kami.
Tahun kedua masa SMP, saat itu supirku masih A Pupung dan umurnya sekarang hampir 30 tahun, setelah bertahun tahun menjadi supirku, lama kelamaan aku menjadi sedikit menghormatinya. Setidaknya aku tidak bersikap tidak sopan didepannya. Dia masih saja suka menasehatiku, layaknya seorang kakak, tapi dia tetaplah seorang supir. A pupung mempunyai seorang anak laki-laki berumur 2 tahun, terkadang ketika pulang sekolah aku mampir ketoko mainan untuk membelikan anaknya hadiah. Tentu bukan aku yang memilihnya, aku memberikan A pupung sejumlah uang dan kusuruh dia membeli sendiri hadiah itu. Dia adalah seorang yang jujur, setelah membeli apa yang diinginkan, sisa uang setelah membeli hadiah ia berikan lagi padaku, meski aku selalu memaksanya untuk mengambil semuannya. Hati kecilku merasa bahagia ketika kami berbincang, meski aku tak pernah mau mengakuinnya.
Suatu hari saat hari sekolah, suasana hatiku sedang marah, bajuku kena tumpahan jus dari seorang perempuan yang ingin memberiku jus tersebut, tapi dia tersandung dan tumpah pada bajuku. Tanpa kata akupun pergi keluar sekolah dan masuk dalam mobil. Dalam mobil aku tak kuasa dan kuledakan amarahku, mencaci semua gembel yang aku lihat, menyebut mereka dengan kata-kata kasar sambil berteriak “DASAR ORANG MISKIN, BISA APA KALIAN, GEMBEL, GA GUNA, KERJAAN CUMA MINTA MINTA !!!” A pupung mencoba untuk menenangkanku, dengan perkataannya yg lembut. Aku tidak mendengar apa yang ia ucapkan tapi ia terus menerus mencoba menenangkanku hingga akupun mengalihkan amarahku padanya “KAMU JUGA SAMA AJA !! GA GUNA !! SAMPAH !!”,ini bukan pertama kalinya aku berkata seperti itu. Tapi terakhir kali aku mengucapkannya aku masih sangatlah bocah, dan ada yang berbeda setelah aku mengucapkannya saat itu. Seketika akupun terdiam, aku tak sadar telah mengucapkan hal itu. Suasana dalam mobil menjadi sunyi sepi, dan sampailah kami digerbang pintu rumahku. Saat itu, hal terakhir yang aku ingat sebelum A pupung pergi adalah ‘Kalo menurut tuan saya adalah sampah, maka ini adalah salam terakhir dari saya, karena saya adalah orang yang punya harga diri, mungkin ini bukan pertama kalinya tuan berkata seperti itu, tapi sekarang tuan sudah besar, sudah saatnya tuan untuk berperilaku layaknya orang dewasa, jika apa yang telah saya lakukan pada tuan tidak berarti apa-apa, tidak ada gunanya saya masih tetap disini’. Setelah itu, A pupung pun pergi. Rasa sakit dalam hati tak bisa kutahan, aku menangis dalam diam, selama satu jam lamanya aku tak mau keluar dari mobil. Aku hanya ingin menyendiri. Pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa menyesal.
Chapter 3 : Siapa dia ?
Sudah berbulan-bulan sejak A pupung pergi, aku masih saja merasa menyesal. Sekarang aku sudah kelas 3 SMP, hari demi hari aku habiskan untuk merenung, menyesali perbuatanku. Kelasku tidak seperti kelas-kelas yang ada di sekolah negeri, mejanya terbuat dari kayu mahal, kursinya empuk, disediakan wifi pada setiap kelas, papan tulisnya terbuat dari kaca, dibelakang kelas terdapat jendela yang menjulang tinggi dari langit langit sampai lantai, dan lantainya terbuat dari marmer. Aku duduk dipaling belakang, dan aku selalu menatap keluar jendela tak pernah memperhatikan pelajaran, bahkan aku tak tau siapa teman yang berada dalam kelasku. Bagaimana aku naik kelas jika aku tak pernah belajar ? Siapa yang tak kenal menyontek. Aku memiliki orang bayaran untuk mengerjakan soal-soal dari sekolahku, namanya Naufal. Ketika ulangan, aku memfoto soal ulangan yang kudapat, lalu kukirimkan foto tersebut. Dia hanya perlu waktu 15 menit untuk mengerjakan soal yang aku kirimkan dan nilaiku tak pernah kurang dari 8. Aku membayarnya 250 ribu perhari, diapun dapat aku hubungi kapanpun aku mau. Tidak hanya ulangan, PR pun dia yang mengerjakan.
Didepan kelas terdapat loker bagi setiap murid, seperti sekolah sekolah diluar negeri. Biasanya loker menjadi tempat penyimpanan buku dan barang yang akan digunakan sehari-hari oleh para murid, ada yang menyimpan laptop, sepatu ganti, novel, kartu, bahkan ada yang menyimpan foto keluarganya. Oleh karena itu, semua murid selalu mengunci lokernya masing-masing, tapi tidak denganku. Aku tak pernah membawa barang barang tak penting seperti itu, buku pelajaranpun masa bodo. Seminggu yang lalu aku melihat lokerku dan terdapat surat disana, aku bingung, kubuka secarik kertas berwarna biru muda itu. Didalamnya terdapat sebuah kata, ‘Cheer up’. Aku pikir itu adalah surat dari seorang fans perempuanku, tidak penting itu siapa, aku merasa sedikit senang.
Selama satu minggu ini setelah pulang sekolah, aku selalu melihat isi lokerku. Setiap harinya selalu ada hal menarik didalamnya, kemarin aku mendapat makanan favoritku. Kripik pedas. Siapa yang menyangka anak orang kaya sepertiku menyukai makanan seperti itu, dan penggemar rahasiaku ini tau apa yang aku suka. Aku bahkan belum pernah membelinnnya dikantin sekolahku.
Hari ini aku semakin penasaran dengan apa yang aku akan aku dapatkan, biasanya dia menyimpannya sepulang sekolah, jadi aku harus menunggu sampai pulang sekolah. Bel istirahatpun berbunyi, T4 berjajar lalu dari lorong sekolah kami pergi menuju kantin. Kantin sekolahku berada di ruang makan sekolah, ya kami memiliki ruang khusus makan siang disini, seperti sekolah luar negeri. Para fans wanita menyambut kami membentuk barisan dan kamipun berjalan melewatinya. 3 tahun kehidupanku seperti ini, rasanya seperti raja. Dulu terkadang aku ingin memamerkan betapa aku tenarnya disekolah pada Lana, tapi sekarang dia sudah beranjak SMA. Tidak sepertiku, dia adalah anak yang pintar, Dia memilih untuk sekolah di negeri favorit dengan nilainya yang tinggi.
Kami mempunyai tempat duduk khusus, tak ada seorangpun yang mau menempatinnya karena itu milik kami, tempat duduk itu berada ditengah-tengah kantin. Aku memperhatikan sekelilingku, mencoba untuk menebak siapa sang penggemar rahasiaku, romi dan satria sedang berbincang dengan para gadis, jadi aku rasa para gadis itu tidak mungkin penggemar rahasiaku, dia pastilah sedang memperhatikanku sekarang. Fachry , dia duduk disebelahku sambil membaca buku, beberapa wanitapun memperhatikannya, dan penggemarku pasti bukan salah satu dari mereka. Aku menghitung ada sekitar 20 wanita yang terus memperhatikanku, dan aku tidak mengenal siapapun dari mereka. Aneh, orang ini dapat mengembalikan keceriaanku dan aku sangat ingin mengenalnya.
Bel pulang sekolahpun berbunyi, aku bergegas menuju lokerku dan ketika aku melihat isinya, ini semakin membingungkan. Setumpuk buku pelajaran ada disana, diatas tumpukan tersebut bertuliskan ‘sudah saatnya kamu untuk belajar’. Tulisan itu membuatku tiba-tiba malas, tapi anehnya hatiku ingin menurutinya. Untuk pertama kalinya aku ingin menghargai seseorang atas apa yang dia lakukan, akhirnya akupun belajar. Ketika aku membuka isi buku itu, aku berkata ‘Shit’. Kemana saja aku selama ini ? Apakah ini yang kita semua pelajari semua ini ?
Setelah A pupung pergi, supirku digantikan dengan orang baru, aku tak tau siapa namanya aku tidak peduli. Ketika aku ingin pergi ke suatu tempat, aku langsung berkata kemana tempat tujuanku dan dia akan menungguku sampai aku pulang di tempat tersebut. Sepulang sekolah aku membawa tumpukan buku tersebut ke dalam rumah. Aku bingung harus memulai darimana, kutelfon Naufal untuk datang kerumah, umurnya tidak berbeda jauh denganku, dua tahun lebih tua, sekarang dia bersekolah di SMA yang sama dengan Lana. Ketika Naufal sampai rumah, dengan raut muka yang keanehan setelah aku minta diajari, diapun menuruti keinginanku. Dengan trik-trik jitunya , dalam 1 jam aku sudah bisa menguasai 1 bab. Setiap hari dia aku suruh untuk datang kerumahku, dan mengajariku selama kurang lebih 3 jam.
Disekolah hari demi hari aku mulai terbiasa untuk memperhatikan pelajaran, aku bahkan senang untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang guru tanyakan. Ulangan aku mencoba untuk tidak meminta bantuan Naufal, aku ingin menunjukan hasil kerja kerasku. Walaupun nilaiku pas-pasan, setidaknya aku ingin terbiasa seperti itu. Tak pernah terlewat seharipun aku mengecek lokerku, kemarin aku mendapat secarik kertas bertuliskan ‘Aku turut bangga dengan kamu yang sekarang’. Aku tersenyum melihatnya, itu berarti aku berhasil untuk menghargai usahanya. Tapi hari itu aku terpikir akan satu hal, lalu aku menulis dalam kertas ‘siapa kamu ?’ dan kusimpan dalam lokerku. Dalam hati aku bertanya, apakah dia akan membalasnya ?
Chapter 4 : Jalan pintas
Hari itu sepulang sekolah aku kembali melihat isi dari lokerku, didalamnya tak ada apa-apa. Aku kebingungan, kenapa dia tak membalasnya ? kenapa dia tidak mau memperkenalkan dirinya ? Tapi yasudahlah, meskipun aku merasa sedikit kecewa, aku masih merasa senang karena dia bisa membuatku menjadi anak yang rajin. Masa SMPku tinggal 3 bulan lagi, dan nanti aku akan menghadapi ujian nasional. Oleh karena itu, aku harus mempersiapkan dan belajar giat. Kadang aku berfikir aku ingin menjadi seperti kakakku, Lana. Dia sangatlah pintar, dia pernah mengikuti olimpiade matematika nasional meskipun dia kalah ditingkat provinsi. Ibuku sangat sering membandingkan aku dengan Lana, Lana seperti anak kesayangannya, ketika datang saatnya untuk makan bersama keluarga, ibu tak pernah lupa untuk membahas kesempurnaan Lana,’Lana itu cantik, dia baik, dia pintar, bla bla bla’ aku tidak peduli dan aku sangatlah benci untuk dibanding-bandingkan. Aku benci ibuku.
Sesampainya dirumah aku menelfon Naufal untuk datang ke rumah, mulai dari hari ini aku akan meminta Naufal untuk membahas soal-soal ujian nasional. Aku mengajak T4 juga untuk datang kerumahku, tapi hanya Fachry yang datang, kedua temanku yang lain masih saja tidak mau belajar. Fachry datang ke rumahku dengan sebuah mobil sport, Ford GT. Dia adalah seorang penggila balap mobil, dia mempunyai satu mobil Nascar dan setiap hari minggu dia pergi ke track milik keluargannya untuk mengendarai Nascar tersebut. Aku pernah melihatnya beberapa kali, dia bukan pengendara yg begitu mahir, meskipun Nascar memiliki kecepatan 250 Km/jam, dia hanya dapat mengendarainnya hingga 100 sampai 120 Km/jam, kecepatan rata-rata kendaraan di jalan tol. Fachry adalah orang yang baik, tidak seperti aku, romi, dan satria yang sering mengejek orang. Fachry juga sering memperhatikanku, pernah sekali aku jatuh dari tangga, aku tidak bisa berjalan untuk beberapa hari karena memar dimana-mana, Fachry selalu menemaniku dan merawatku. Dia sudah sseperti sosok paling di idam-idamkan wanita. Rencanannya dia akan melanjutkan SMA di Finlandia, alasannya karena disana menganut sistem pendidikan terbaik yang ada di dunia. Setiap hari selama 3 bulan Naufal dan Fachry terus datang kerumah untuk belajar. Kami mulai belajar dari jam 3 sore, sampai jam 6 sore. Aku senang menghabiskan waktu dengan mereka, terutama Fachry, dia bisa membuat suasana naik dengan melontarkan lelucon-leluconnya.
Sekarang aku sudah merasa sangat pintar, soal apapun yang diberikan padaku, aku tak pernah bingung lagi. Nilai harian sekolahku naik, PR aku kerjakan sendiri, bahkan terkadang aku mengajari teman sebangku-ku dan sekarang aku tau namanya, Nadiya. Ujian nasional tinggal 3 hari lagi, dan aku berencana untuk belajar. Sekolahku mempunyai sebuah asrama bagi mereka yang berasal dari luar Bandung, asrama itu dibuka untuk murid selama hari menjelang ujian, guru guru juga akan tinggal disana dan kita bisa minta diajari kapanpun kita mau. Tidak aku sangka satria dan romi akan ikut untuk tinggal diasrama untuk belajar, dan kami tinggal sekamar. Aku tidak mengerti tujuan mereka untuk tinggal di asrama, karena mereka tidak pernah belajar. Karena aku tidak memiliki banyak teman, selama diasrama aku menghabiskan hampir seluruh waktuku dengan Fachry, kadang dia minta diajari, kadang akupun mengajaknya pergi untuk makan bersama.
Malam sebelum ujian nasional pun tiba, tanganku terasa dingin, aku tidak bisa tidur membayangkan soal seperti apa yang besok akan keluar, aku hanya duduk didepan jendela kamar asramaku, meski aku sekarang sudah merasa pintar, aku masih tetap takut. Satria tiba tiba menghampiriku, dia membawa kertas kecil, lalu memasukannya pada saku celanaku sambil berbisik ‘jaga-jaga, jangan sampai ada yang tau’ dan pergi begitu saja. Aku merogoh kertas tersebut dari saku celanaku, tidak aku sangka itu adalah kunci dari soal yang akan keluar besok, saat itu ujian nasional masih 5 paket, dan lengkap dalam secarik kertas kecil tersebut jawaban dari kelima paket. Aku semakin ragu dengan diriku sendiri.
9 jam sebelum ujian nasional dimulai, konflik batin terjadi dalam diriku. Disuatu sisi aku ingin menggunakannya, disisi lain aku ingin jujur. Aku berjalan ke aula asramaku, disana tersedia meja billiard, Romi dan Satria terlihat sedang main berdua. Kebanyakan murid lain sudah tidur, ada juga yang masih belajar dikamarnya, saat itu aula sudah sepi, hanya kami bertiga. Romi bertanya padaku ‘Dinda, kita sebenarnya yakin kalo kamu bisa. Tapi coba bayangkan kalo kamu gagal, bukankah ibu kamu akan semakin memuja Ce Lana-mu itu ? menganggapnya seperti anak satu satunya yang dia miliki. Kamu mau seperti itu ?’, membayangkan ibuku yang sedang memuja Lana pun aku merasa marah. Kebencianku pada ibuku membuat aku yakin untuk menggunakan secarik kertas yang mereka beri pada saat ujian. Dan itulah yang aku lakukan. Romi dan Satria berhasil menarikku kembali kedalam kegelapan.
Aku kembali ke kamarku, dan aku melihat Fachry sedang belajar, dia bertanya ‘jadi kamu akan menggunakannya besok ?’ dia sepertinya diberi kunci juga oleh Romi dan Satria. Aku berbohong pada Fachry, aku menjawab tidak, dia hanya tersenyum dan berkata ‘Baiklah, bagus untukmu’. Lalu aku berbaring dikasurku, kasur diasrama itu adalah kasur bertingkat, aku tidur dibagian atas, dan Fachry di bagian bawah kasurku. Aku mengambil kunci ujian dari sakuku dan berfikir bagaimana aku akan menggunakannya saat ujian, aku tidak merasa bersalah sama sekali telah berbohong pada temanku.
Karma.
Suatu takdir peristiwa dari apa yang telah kamu lakukan. Mungkin beberapa orang tidak percaya dengan karma, tapi aku percaya. Dan sangat memakan waktu lama agar aku menyadari keberadaanya.
Karma.
Ia sekarang melekat pada jalan hidupku. Dengan secara tidak sadar aku ingin selalu berbuat baik pada sesama, sehingga akupun diperlakukan dengan baik.
Karma.
Terkadang ia sangatlah berengsek. Tapi kamulah yang menciptakannya.
Chapter 1 : Aku
Namaku Dinda, dan aku adalah seorang laki-laki. Ya, Aku tau apa yang kamu pikirkan, tapi itu adalah nama yang diberikan padaku sejak lahir. Umurku seakrang telah menginjak 27 tahun. Aku memiliki seorang Istri, Nadiya, kami adalah pasangan sejak SMA. Aku adalah seorang miliarder muda ternama di Indonesia, aku mengusai kerajaan bisnis, perusahaanku bertebaran disetiap penjuru, anak buahku ribuan dan terus bertambah, penghasilanku 10 juta rupiah....... perdetik. Bayangkan, ketika aku berjalan masuk ke dalam sebuah mall, aku dapat membeli sebuah toko pakaian ternama, ketika aku selesai makan dalam sebuah restoran, restoran itu telah jadi milikku, dan ketika aku menatap sebuah mobil yang kuinginkan, aku mungkin sudah dapat membeli selusin mobil tersebut. Apakah kamu berfikir aku adalah orang yang suka menghamburkan uang ? tidak, aku lebih suka hidup sederhana. Lalu kemana semua uangku ? aku adalah seseorang yang berambisi tinggi, setengah bagian dari penghasilanku, aku gunakan kembali untuk mengembangkan perusahaan, sepertiga dari sisanya aku sumbangkan. Aku memiliki sebuah organisasi kemanusiaan ditempat tempat yang membutuhkan, tidak hanya didalam negeri, tetapi diluar juga, terutama didaerah dengan tingkat gizi buruk yang tinggi dan daerah perang. Aku juga adalah seorang kolektor mobil, sebut satu jenis mobil yang ada dalam pikiranmu, dan pasti aku mempunyainnya, jangankan yg mahal, Bemo pun aku memilikinya, dan itu adalah kendaraan yang paling sering aku pakai kemana mana. Aku tidak pernah peduli pada penampilanku, ketika orang melihatku mereka mungkin tidak akan menyangka bahwa gudang uangku lebih besar dari rumah-rumah orang kaya, ketika bepergian, aku selalu memakai celana jeans dan kaos biasa. Bagaimana bisa orang semuda seperti diriku menjadi seperti ini ? dan sekarang aku akan menceritakan dari awal sampai sekarang aku seperti ini.
Chapter 2 : Awal dari kisahku
Aku lahir dalam sebuah keluarga yang mapan. Dahulu kami tinggal dikota bandung dalam perumahan termahal disana. Ayahku memiliki sebuah pabrik penghasil kain, perusahan ini telah menjadi warisan turun temurun selama 40 tahun, yang dibangun oleh buyutku. Ayahku adalah orang yang sangat gila uang dan keras kepala, hobinya adalah memarahi orang. Ibuku adalah seseorang yang cantik parasnya, tapi tidak dengan hatinya, sama halnya dengan ayah, ibuku adalah orang yang gila uang. Tetapi mereka adalah orang yang memegang erat nama baik keluarga. Aku mempunyai seorang kakak perempuan, Lana namanya. Umurnya beda satu tahun denganku, dan kami tak pernah dekat. Aku mempunyai panggilan ‘sayang’ untuk kakakku, Ce Lana. (Ce atau eceu dari bahasa sunda artinya kakak perempuan)
Saat aku masih kecil sebenarnya akupun gila uang, aku menganggap dengan uang aku bisa menguasai segalanya. Ketika umurku 6 tahun, aku sudah memiliki mobil pribadi, supir pribadi, dan pembantu yang selalu mengikutiku. Ayahku mengabulkan apapun yang aku inginkan, aku tumbuh menjadi anak yang serakah. Setiap perjalanan pulang sekolah, aku senang untuk mengejek gembel-gembel yang ada dipinggir jalan, mencaci mereka semauku. Supirku bernama Pupung, aku memanggilnya A pupung, dialah yang selalu memperingatkanku agar menghargai orang lain. Tapi, masa bodo, akulah yang memiliki uang banyak, akulah yang berkuasa. Ego seorang bocah.
Aku bukanlah anak yang cerdas, nilaiku tak pernah lebih dari 5 pada setiap mata pelajaran. Aku lulus SD dengan nilai yang sangat pas pasan. Orang tuaku memasukanku ke SMP swasta termahal di bandung, dengan alasan gengsi. Di SMP-ku yang baru, semua anak disana berasal dari orang kaya, peraturan sangatlah longgar disana, kami bahkan tidak mengenakan seragam untuk pergi kesekolah. Aku dan kakakku sebenarnya satu sekolah, tapi kami selalu bersikap tidak mengenal satu sama lain. Berangkat kesekolahpun dengan mobil yang berbeda.
Dulu aku adalah seorang penggemar film asia. Terinspirasi dari film meteor garden, pada saat kelas 1 SMP aku membentuk sebuah klub yang terdiri dari 4 anak terkaya dan tertampan, Aku, Fachry, Satria, dan Romi. lalu kami menamakan diri kamu T4..... 4 Tampan. Ya, dan akulah salah satunya. Kerjaan kami tidaklah banyak, hanya memamerkan ketampanan kami, membuat para wanita tak kuasa. Setiap kali kami ke kantin, kami akan membeli minuman botol, lalu meminumnya dengan berpose sambil memamerkan ketampanan kami. Sambil mengibaskan rambutku, aku menaikan tanganku ke atas meja, lalu kusandarkan pipiku pada tanganku, sambil menatap para gadis langsung ke matanya. Alhasil, ada banyak yang tergila gila akan ketampanan kami.
Sama halnya denganku, teman temanku adalah orang yang gila uang. Kami tak pernah mau bergaul dengan orang yang tidak selevel dengan kami.
Tahun kedua masa SMP, saat itu supirku masih A Pupung dan umurnya sekarang hampir 30 tahun, setelah bertahun tahun menjadi supirku, lama kelamaan aku menjadi sedikit menghormatinya. Setidaknya aku tidak bersikap tidak sopan didepannya. Dia masih saja suka menasehatiku, layaknya seorang kakak, tapi dia tetaplah seorang supir. A pupung mempunyai seorang anak laki-laki berumur 2 tahun, terkadang ketika pulang sekolah aku mampir ketoko mainan untuk membelikan anaknya hadiah. Tentu bukan aku yang memilihnya, aku memberikan A pupung sejumlah uang dan kusuruh dia membeli sendiri hadiah itu. Dia adalah seorang yang jujur, setelah membeli apa yang diinginkan, sisa uang setelah membeli hadiah ia berikan lagi padaku, meski aku selalu memaksanya untuk mengambil semuannya. Hati kecilku merasa bahagia ketika kami berbincang, meski aku tak pernah mau mengakuinnya.
Suatu hari saat hari sekolah, suasana hatiku sedang marah, bajuku kena tumpahan jus dari seorang perempuan yang ingin memberiku jus tersebut, tapi dia tersandung dan tumpah pada bajuku. Tanpa kata akupun pergi keluar sekolah dan masuk dalam mobil. Dalam mobil aku tak kuasa dan kuledakan amarahku, mencaci semua gembel yang aku lihat, menyebut mereka dengan kata-kata kasar sambil berteriak “DASAR ORANG MISKIN, BISA APA KALIAN, GEMBEL, GA GUNA, KERJAAN CUMA MINTA MINTA !!!” A pupung mencoba untuk menenangkanku, dengan perkataannya yg lembut. Aku tidak mendengar apa yang ia ucapkan tapi ia terus menerus mencoba menenangkanku hingga akupun mengalihkan amarahku padanya “KAMU JUGA SAMA AJA !! GA GUNA !! SAMPAH !!”,ini bukan pertama kalinya aku berkata seperti itu. Tapi terakhir kali aku mengucapkannya aku masih sangatlah bocah, dan ada yang berbeda setelah aku mengucapkannya saat itu. Seketika akupun terdiam, aku tak sadar telah mengucapkan hal itu. Suasana dalam mobil menjadi sunyi sepi, dan sampailah kami digerbang pintu rumahku. Saat itu, hal terakhir yang aku ingat sebelum A pupung pergi adalah ‘Kalo menurut tuan saya adalah sampah, maka ini adalah salam terakhir dari saya, karena saya adalah orang yang punya harga diri, mungkin ini bukan pertama kalinya tuan berkata seperti itu, tapi sekarang tuan sudah besar, sudah saatnya tuan untuk berperilaku layaknya orang dewasa, jika apa yang telah saya lakukan pada tuan tidak berarti apa-apa, tidak ada gunanya saya masih tetap disini’. Setelah itu, A pupung pun pergi. Rasa sakit dalam hati tak bisa kutahan, aku menangis dalam diam, selama satu jam lamanya aku tak mau keluar dari mobil. Aku hanya ingin menyendiri. Pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa menyesal.
Chapter 3 : Siapa dia ?
Sudah berbulan-bulan sejak A pupung pergi, aku masih saja merasa menyesal. Sekarang aku sudah kelas 3 SMP, hari demi hari aku habiskan untuk merenung, menyesali perbuatanku. Kelasku tidak seperti kelas-kelas yang ada di sekolah negeri, mejanya terbuat dari kayu mahal, kursinya empuk, disediakan wifi pada setiap kelas, papan tulisnya terbuat dari kaca, dibelakang kelas terdapat jendela yang menjulang tinggi dari langit langit sampai lantai, dan lantainya terbuat dari marmer. Aku duduk dipaling belakang, dan aku selalu menatap keluar jendela tak pernah memperhatikan pelajaran, bahkan aku tak tau siapa teman yang berada dalam kelasku. Bagaimana aku naik kelas jika aku tak pernah belajar ? Siapa yang tak kenal menyontek. Aku memiliki orang bayaran untuk mengerjakan soal-soal dari sekolahku, namanya Naufal. Ketika ulangan, aku memfoto soal ulangan yang kudapat, lalu kukirimkan foto tersebut. Dia hanya perlu waktu 15 menit untuk mengerjakan soal yang aku kirimkan dan nilaiku tak pernah kurang dari 8. Aku membayarnya 250 ribu perhari, diapun dapat aku hubungi kapanpun aku mau. Tidak hanya ulangan, PR pun dia yang mengerjakan.
Didepan kelas terdapat loker bagi setiap murid, seperti sekolah sekolah diluar negeri. Biasanya loker menjadi tempat penyimpanan buku dan barang yang akan digunakan sehari-hari oleh para murid, ada yang menyimpan laptop, sepatu ganti, novel, kartu, bahkan ada yang menyimpan foto keluarganya. Oleh karena itu, semua murid selalu mengunci lokernya masing-masing, tapi tidak denganku. Aku tak pernah membawa barang barang tak penting seperti itu, buku pelajaranpun masa bodo. Seminggu yang lalu aku melihat lokerku dan terdapat surat disana, aku bingung, kubuka secarik kertas berwarna biru muda itu. Didalamnya terdapat sebuah kata, ‘Cheer up’. Aku pikir itu adalah surat dari seorang fans perempuanku, tidak penting itu siapa, aku merasa sedikit senang.
Selama satu minggu ini setelah pulang sekolah, aku selalu melihat isi lokerku. Setiap harinya selalu ada hal menarik didalamnya, kemarin aku mendapat makanan favoritku. Kripik pedas. Siapa yang menyangka anak orang kaya sepertiku menyukai makanan seperti itu, dan penggemar rahasiaku ini tau apa yang aku suka. Aku bahkan belum pernah membelinnnya dikantin sekolahku.
Hari ini aku semakin penasaran dengan apa yang aku akan aku dapatkan, biasanya dia menyimpannya sepulang sekolah, jadi aku harus menunggu sampai pulang sekolah. Bel istirahatpun berbunyi, T4 berjajar lalu dari lorong sekolah kami pergi menuju kantin. Kantin sekolahku berada di ruang makan sekolah, ya kami memiliki ruang khusus makan siang disini, seperti sekolah luar negeri. Para fans wanita menyambut kami membentuk barisan dan kamipun berjalan melewatinya. 3 tahun kehidupanku seperti ini, rasanya seperti raja. Dulu terkadang aku ingin memamerkan betapa aku tenarnya disekolah pada Lana, tapi sekarang dia sudah beranjak SMA. Tidak sepertiku, dia adalah anak yang pintar, Dia memilih untuk sekolah di negeri favorit dengan nilainya yang tinggi.
Kami mempunyai tempat duduk khusus, tak ada seorangpun yang mau menempatinnya karena itu milik kami, tempat duduk itu berada ditengah-tengah kantin. Aku memperhatikan sekelilingku, mencoba untuk menebak siapa sang penggemar rahasiaku, romi dan satria sedang berbincang dengan para gadis, jadi aku rasa para gadis itu tidak mungkin penggemar rahasiaku, dia pastilah sedang memperhatikanku sekarang. Fachry , dia duduk disebelahku sambil membaca buku, beberapa wanitapun memperhatikannya, dan penggemarku pasti bukan salah satu dari mereka. Aku menghitung ada sekitar 20 wanita yang terus memperhatikanku, dan aku tidak mengenal siapapun dari mereka. Aneh, orang ini dapat mengembalikan keceriaanku dan aku sangat ingin mengenalnya.
Bel pulang sekolahpun berbunyi, aku bergegas menuju lokerku dan ketika aku melihat isinya, ini semakin membingungkan. Setumpuk buku pelajaran ada disana, diatas tumpukan tersebut bertuliskan ‘sudah saatnya kamu untuk belajar’. Tulisan itu membuatku tiba-tiba malas, tapi anehnya hatiku ingin menurutinya. Untuk pertama kalinya aku ingin menghargai seseorang atas apa yang dia lakukan, akhirnya akupun belajar. Ketika aku membuka isi buku itu, aku berkata ‘Shit’. Kemana saja aku selama ini ? Apakah ini yang kita semua pelajari semua ini ?
Setelah A pupung pergi, supirku digantikan dengan orang baru, aku tak tau siapa namanya aku tidak peduli. Ketika aku ingin pergi ke suatu tempat, aku langsung berkata kemana tempat tujuanku dan dia akan menungguku sampai aku pulang di tempat tersebut. Sepulang sekolah aku membawa tumpukan buku tersebut ke dalam rumah. Aku bingung harus memulai darimana, kutelfon Naufal untuk datang kerumah, umurnya tidak berbeda jauh denganku, dua tahun lebih tua, sekarang dia bersekolah di SMA yang sama dengan Lana. Ketika Naufal sampai rumah, dengan raut muka yang keanehan setelah aku minta diajari, diapun menuruti keinginanku. Dengan trik-trik jitunya , dalam 1 jam aku sudah bisa menguasai 1 bab. Setiap hari dia aku suruh untuk datang kerumahku, dan mengajariku selama kurang lebih 3 jam.
Disekolah hari demi hari aku mulai terbiasa untuk memperhatikan pelajaran, aku bahkan senang untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang guru tanyakan. Ulangan aku mencoba untuk tidak meminta bantuan Naufal, aku ingin menunjukan hasil kerja kerasku. Walaupun nilaiku pas-pasan, setidaknya aku ingin terbiasa seperti itu. Tak pernah terlewat seharipun aku mengecek lokerku, kemarin aku mendapat secarik kertas bertuliskan ‘Aku turut bangga dengan kamu yang sekarang’. Aku tersenyum melihatnya, itu berarti aku berhasil untuk menghargai usahanya. Tapi hari itu aku terpikir akan satu hal, lalu aku menulis dalam kertas ‘siapa kamu ?’ dan kusimpan dalam lokerku. Dalam hati aku bertanya, apakah dia akan membalasnya ?
Chapter 4 : Jalan pintas
Hari itu sepulang sekolah aku kembali melihat isi dari lokerku, didalamnya tak ada apa-apa. Aku kebingungan, kenapa dia tak membalasnya ? kenapa dia tidak mau memperkenalkan dirinya ? Tapi yasudahlah, meskipun aku merasa sedikit kecewa, aku masih merasa senang karena dia bisa membuatku menjadi anak yang rajin. Masa SMPku tinggal 3 bulan lagi, dan nanti aku akan menghadapi ujian nasional. Oleh karena itu, aku harus mempersiapkan dan belajar giat. Kadang aku berfikir aku ingin menjadi seperti kakakku, Lana. Dia sangatlah pintar, dia pernah mengikuti olimpiade matematika nasional meskipun dia kalah ditingkat provinsi. Ibuku sangat sering membandingkan aku dengan Lana, Lana seperti anak kesayangannya, ketika datang saatnya untuk makan bersama keluarga, ibu tak pernah lupa untuk membahas kesempurnaan Lana,’Lana itu cantik, dia baik, dia pintar, bla bla bla’ aku tidak peduli dan aku sangatlah benci untuk dibanding-bandingkan. Aku benci ibuku.
Sesampainya dirumah aku menelfon Naufal untuk datang ke rumah, mulai dari hari ini aku akan meminta Naufal untuk membahas soal-soal ujian nasional. Aku mengajak T4 juga untuk datang kerumahku, tapi hanya Fachry yang datang, kedua temanku yang lain masih saja tidak mau belajar. Fachry datang ke rumahku dengan sebuah mobil sport, Ford GT. Dia adalah seorang penggila balap mobil, dia mempunyai satu mobil Nascar dan setiap hari minggu dia pergi ke track milik keluargannya untuk mengendarai Nascar tersebut. Aku pernah melihatnya beberapa kali, dia bukan pengendara yg begitu mahir, meskipun Nascar memiliki kecepatan 250 Km/jam, dia hanya dapat mengendarainnya hingga 100 sampai 120 Km/jam, kecepatan rata-rata kendaraan di jalan tol. Fachry adalah orang yang baik, tidak seperti aku, romi, dan satria yang sering mengejek orang. Fachry juga sering memperhatikanku, pernah sekali aku jatuh dari tangga, aku tidak bisa berjalan untuk beberapa hari karena memar dimana-mana, Fachry selalu menemaniku dan merawatku. Dia sudah sseperti sosok paling di idam-idamkan wanita. Rencanannya dia akan melanjutkan SMA di Finlandia, alasannya karena disana menganut sistem pendidikan terbaik yang ada di dunia. Setiap hari selama 3 bulan Naufal dan Fachry terus datang kerumah untuk belajar. Kami mulai belajar dari jam 3 sore, sampai jam 6 sore. Aku senang menghabiskan waktu dengan mereka, terutama Fachry, dia bisa membuat suasana naik dengan melontarkan lelucon-leluconnya.
Sekarang aku sudah merasa sangat pintar, soal apapun yang diberikan padaku, aku tak pernah bingung lagi. Nilai harian sekolahku naik, PR aku kerjakan sendiri, bahkan terkadang aku mengajari teman sebangku-ku dan sekarang aku tau namanya, Nadiya. Ujian nasional tinggal 3 hari lagi, dan aku berencana untuk belajar. Sekolahku mempunyai sebuah asrama bagi mereka yang berasal dari luar Bandung, asrama itu dibuka untuk murid selama hari menjelang ujian, guru guru juga akan tinggal disana dan kita bisa minta diajari kapanpun kita mau. Tidak aku sangka satria dan romi akan ikut untuk tinggal diasrama untuk belajar, dan kami tinggal sekamar. Aku tidak mengerti tujuan mereka untuk tinggal di asrama, karena mereka tidak pernah belajar. Karena aku tidak memiliki banyak teman, selama diasrama aku menghabiskan hampir seluruh waktuku dengan Fachry, kadang dia minta diajari, kadang akupun mengajaknya pergi untuk makan bersama.
Malam sebelum ujian nasional pun tiba, tanganku terasa dingin, aku tidak bisa tidur membayangkan soal seperti apa yang besok akan keluar, aku hanya duduk didepan jendela kamar asramaku, meski aku sekarang sudah merasa pintar, aku masih tetap takut. Satria tiba tiba menghampiriku, dia membawa kertas kecil, lalu memasukannya pada saku celanaku sambil berbisik ‘jaga-jaga, jangan sampai ada yang tau’ dan pergi begitu saja. Aku merogoh kertas tersebut dari saku celanaku, tidak aku sangka itu adalah kunci dari soal yang akan keluar besok, saat itu ujian nasional masih 5 paket, dan lengkap dalam secarik kertas kecil tersebut jawaban dari kelima paket. Aku semakin ragu dengan diriku sendiri.
9 jam sebelum ujian nasional dimulai, konflik batin terjadi dalam diriku. Disuatu sisi aku ingin menggunakannya, disisi lain aku ingin jujur. Aku berjalan ke aula asramaku, disana tersedia meja billiard, Romi dan Satria terlihat sedang main berdua. Kebanyakan murid lain sudah tidur, ada juga yang masih belajar dikamarnya, saat itu aula sudah sepi, hanya kami bertiga. Romi bertanya padaku ‘Dinda, kita sebenarnya yakin kalo kamu bisa. Tapi coba bayangkan kalo kamu gagal, bukankah ibu kamu akan semakin memuja Ce Lana-mu itu ? menganggapnya seperti anak satu satunya yang dia miliki. Kamu mau seperti itu ?’, membayangkan ibuku yang sedang memuja Lana pun aku merasa marah. Kebencianku pada ibuku membuat aku yakin untuk menggunakan secarik kertas yang mereka beri pada saat ujian. Dan itulah yang aku lakukan. Romi dan Satria berhasil menarikku kembali kedalam kegelapan.
Aku kembali ke kamarku, dan aku melihat Fachry sedang belajar, dia bertanya ‘jadi kamu akan menggunakannya besok ?’ dia sepertinya diberi kunci juga oleh Romi dan Satria. Aku berbohong pada Fachry, aku menjawab tidak, dia hanya tersenyum dan berkata ‘Baiklah, bagus untukmu’. Lalu aku berbaring dikasurku, kasur diasrama itu adalah kasur bertingkat, aku tidur dibagian atas, dan Fachry di bagian bawah kasurku. Aku mengambil kunci ujian dari sakuku dan berfikir bagaimana aku akan menggunakannya saat ujian, aku tidak merasa bersalah sama sekali telah berbohong pada temanku.
mohon untuk tidak di repost ya
kalo agan agan suka entar ane update terus, hehehe
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 4 suara
Gimana menurut agan ?
Mantap
25%Bagus
25%Biasa aja
50%Jelek
0%Diubah oleh kungfu.firhan 08-05-2014 12:19
0
2.6K
Kutip
26
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
922.7KThread•82.1KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru