erwin.parikesitAvatar border
TS
erwin.parikesit
Catatan Seorang Prajurit di Daerah Konflik Ambon
Kembali, saya akan men-share sebuah Buku hasil catatan pribadi Letnan Kolonel Caj. Hikmat Israr, terbitan Budaya Media Bandung (2012). Sekali lagi, saya tidak akan mengutip secara keseluruhan isi buku tersebut. Cuma yang menyangkut tentang latar belakang pelaku, aspek kemiliteran, kondisi medan, dan pendapat penulis selama bertugas di Ambon.

Semoga sedikit sebanyak kita mendapatkan manfaat dari thread ini. Untuk mendapatkan bukunya, silahkan mengunjung toko-toko buku terdekat di daerah anda. Buku ini mulai diedarkan per Februari 2012.

Selamat Membaca.



Pendidikan Sekolah Lanjutan Perwira
Setelah bertugas kurang lebih 5 tahun di Brigade Infanteri 15/Kujang Siliwangi dari pangkat Letnan Satu hingga Kapten dengan jabatan organik Pabintal Brigif, ditambah dengan jabatan lainnya seperti Parohis Yonif 310 Brigif 15, dan Palakhar Kasiter Brigif 15, maka setelah melewati tes kesamaptaan dan jasmani langsung ditongkrongi oleh Danbrigif Kolonel Inf. M. Moesanip di lapangan. Alhamdulilah nama saya termasuk diantara daftar nama-nama yang diusulkan sebagai calon siswa Sekolah Lanjutan Perwira (kaskus) TA.1999/2000 yang kemudian kami dijuluki dengan “kaskus Milenium”. Pembukaan pendidikan dilaksanakan secara terpusat di Pusdik Armed Cimahi. Pendidikan dibuka oleh Dankodiklatad.

Diantara peserta kaskus Ajen yang jumlahnya saat itu 100 orang (istilahnya kaskus Cepek), saya termasuk diantara perwira yang tergolong yunior. Hanya 4 orang yang seleting dengan saya. Sebagai siswa yunior dan berasal dari Satpur yang berbaret hijau, saya harus mampu menunjukkan sikap dan tidak boleh terkesan lemah didepan senior. Seperti pada saat kesamaptaan jasmani, kawan-kawan seakan menuntut agar saya ada diurutan terdepan. Biasanya mereka berteriak,
“ Ayo Brigif....! Ayo Kujang...!”
Dan semangat sayapun terpacu untuk mempergegas lari, tapi tetap ada senior yang leih kuat dari saya. Seperti Kapten Caj. Nurwahyuddin yang memang sudah lama sebagai pelatih di Pusdik Ajen, dan Kapten Caj Agung Zamani yang lama berdinas di Akmil.

Mungkin dengan pertimbangan saya berasal dari pasukan, sehingga sudah terbiasa menggunakan pedang, maka dalam kesempatan upacara dimana siswa dipercaya sebagai Komandan Upacara, saya diminta sebagai Dan Up. Alhamdulilah penampilan tidak mengecewakan, saya bisa melakoninya dengan baik. Minimal saya tidak memalukan sebagai Corp Ajen yang lama berdinas dilingkungan Satpur Infanteri.

Sebelum kaskus, saya pernah mengikuti Diklapa I. Diantara materi pelajaran yang diberikan Gumil sebelumnya sudah ada yang pernah saya terima, jadi lebih bersifat pemantapan saja. Yang menarik, selama kaskus kami banyak mengikuti diskusi-diskusi. Karena saat itu hangat-hangatnya sorotan tentang HAM, penghapusan Sospol, bahkan wacana penghapusan Koter, maka persoalan-persoalan yang kami diskusikan terasa menarik. Saya berusah ikut aktif dalam diskusi tersebut, disamping untuk melatih mengemukakan pendapat, lebih-lebih untuk menghilangkan kantuk. Pokoknya, bila sudah diruang kelas, entah setan dari mana, bawaannya ngantuuuuk terus.

Bagi sebagian rekan, pendidikan kaskus menguras biaya, tapi bagi saya tidak. Disamping jarang ke kantin karena uang pas-pasan, bila pesiar tiba saya lebih memilih pulang kerumah. Karena rumah saya di KPAD Gerlong, relatif tidak terlalu jauh dari Pusdik Ajen. Hari sabtu adalah hari IB (Ijin Bermalam), terutama yang tinggal disekitar wilayah Jakarta memilih pulang terburu-buru dan tidak ikut makan siang setelah melaksanakan lari siang keliling markas. Padahal, menu makan siang hari sabtu tersebut termasuk spesial. Selalu daging dan ayam goreng. Karena banyak yang tidak ikut makan, lauk berlebih, rekan-rekan pada nambah sepuasnya, dapat menikmati dua atau tiga potong ayam sekali makan. Saya sendiri? Hanya menikmati satu potong, tetapi daripada mubazir, 3 potong saya masukkan plastik dan kantong dicelana loreng yang gombrong. Saya bawa pulang kerumah, lumayanlah untuk menambah lauk dan gizi keluarga. He..he..he...

Hari-hari penutupan pendidikan semakin memdekat, wajah-wajah siswa menunjukkan kecemasan, maklumlah setiap kami ketakutan bila usai kaskus ditempatkan didaerah rawan. Saat itu daerah yang paling rawan adalah Ambon, karena didaerah tersebut, meletus konflik horizontal atau konflik SARA yang mengakibatkan banyak korban jiwa. Ditambah salah seorang siswa kaskus sebelumnya bertugas di Kodam XVI/Pattimura Ambon. Ia membawa cerita serta foto-foto yang mengerikan tentang konflik dan pembantaian manusia yang terjadi di Ambon. Cerita-cerita kekerasan di Maluku juga diekspos oleh media massa, ribuan penduduk saat itu eksodus meninggalkan Ambon/Maluku.

Bila teman-teman, terutama yang selama ini hanya bertugas di Jawa menjadi gelisah karena khawatir dipindahkan ke luar Jawa, terutama ke Ambon, Papua dan Aceh, maka saya sedikit merasa lega, karena lewat Kabintaldam III/Siliwangi Letkol Caj.Ma’mun, saya memperoleh informasi bahwa saya akan dipertahankan untuk tetap bertugas di Kodam III/Siliwangi guna mengisi jabatan Kabintal Skogar Bandung-Cimahi.

Sebelum penutupan pendidikan kami menyelenggarakan malam perpisahan di Hotel Gumilang Sari jalan Setiabudi, Bandung. Sebelum acara perpisahan berakhir, saya sempat bingung kenapa rekan-rekan siswa banyak yang meninggalkan ruangan, pada hal suhu diluar gedung malam itu cukup dingin. Belakangan baru saya tahu dan sadari bahwa pada malam itu terjadi kegiatan “kasak-kusuk” siswa memperjuangkan penempatan. Padahal sebelumnya, Danpusdik Kolonel Caj. Andi Tanri Bali Lamo telah mewanti-wanti para siswa agar tidak interfensi dan kasak-kusuk dengan penempatan, agar menerima saja perintah yang diberikan, karena setiap prajurit sudah tandatangan siap ditugaskan dimana saja diselururh wilayah NKRI. Disamping itu, TNI-AD sudah memikirkan penggiliran tugas dan karir perwiranya. Tidak ada yang selamanya ditempat enak dan begitu juga tidak ada yang selamanya ditempat susah. Namun dimalam perpisahan tersebut yang juga ternyata malam penentuan penempatan para siswa mantan kaskus, sepertinya Siswa tidak mengabaikan arahan Danpusdik. Sehingga terjadilah “kasak-kusuk” diluar gedung perpisahan. Dimana, siswa mengontak seseorang yang saya tidak tahu dan tidak mengerti.

Keesokan harinya kami mengadkan Gladi Penutupan kaskus TA.1999/2000 di Pusdik Armed, Cimahi. Sepulang galdi, sesampai di Pusdik Ajen, ada siswa yang mengajak saya ke Wartel, katanya ada bocoran info penempatan. Beberapa teman yang lain juga turut ke wartel bersama-sama. Saya ditugasi teman untuk mencatat nama-nama yang diucapkan rekan tadi hasil pendengarannya lewat telepon dari seseorang diseberang sana. Pas giliran nama saya disebut, perasaan saya langsung lemas dan sulit mempercayai apa yang saya dengar.
“ Kapten Caj. Hikmat Israr penempatan Kodam XVI/Pattimura!”
Saya masih melanjutkan menulis nama-nama berikutnya, namun perasaan saya sudah tidak karuan lagi.

Mungkin karena saya tidak pernah mengira sama sekalai akan ditugaskan di Ambon yang tengah terbakar oleh kerusuhan, maka saya sempat syok, saya sedih membayangkan nasib saya. Terutama bagaimana nasib keluarga kedepannya karena sebelumnya saya tidak mengantisipasi, tidak mempersiapkan mental maupun finansial untuk pindah ke kesatuan yang jauh, apalagi diwilayah konflik seperti Maluku. Tetapi saya istiqfar, saya tidak akan menyalahkan siapa-siapa, juga tidak kepada rekan-rekan yang “kasak-kusuk” nya berhasil. Saya mencoba meyakinkan hati saya bahwa ini memang sudah suratan takdir dari Allah SWT yang harus saya terima dengan sabar dan tegar. Setelah merasa tenang, saya telepon istri, saya kabari bahwa saya mendpaat tugas di Ambon. Istri meminta saya bersabar, karena mendengar berita mendadak tersebut, ia juga turut prihatin dan bersedih hati.

Keesokan harinya, usai upacara penutupan dan kami menerima Ijazah dan Skep Penempatan, saya berusaha melangkah kedepan dengan tegar, saya hentakkan langkah pertama dengan keras, saya berikan penghormatan pada Danpusdik yang memberikan Ijazah. Selama yang kami jalani selama 4 bulan sekarang berakhir, satu persatu kami meninggalkan Pusdik, mungkin inilah saat terakhir kami menginjakkan kaki di Pusdik Ajen, karena kaskus Ajen adalah pendidikan kecabangan yang tertinggi di Korps Ajen, dan kami berhasil menyelesaikannya.
“ Selamat tinggal Pusdik Ajen yang saya banggakan, yang telah banyak menempa saya sejak awal menjadi perwira Ajen. Selamat tinggal Tangkuban Perahu, Maribaya, dan alam Lembang yang sejuk. Semoga suatu saat nanti saya bisa merasakan lagi kesejukanmu, tetapi bukan kedinginan dan menggigil akibat berkali-kali direndam pelatih ditengah malam di Maribaya. Biarlah semua ini menjadi kenangan indah yang tak terlupakan”.

Besoknya saya ke Brigade melaporkan ke Danbrig bahwa pendidikan kaskus yang saya ikuti sudah selesai, dan saya ditempatkan di Ambon. Danbrig sempat kaget dan prihatin, karena penempatan saya tidak sesuai dengan yang diprediksi semua.
“ Srar, gimana kalau kamu saya plot saja dalam Satgas Brigade yang akan berangkat tugas ke Aceh? Jadi kamu tidak usah ke Ambon. Nanti kita sarankan lagi agar kamu tetap di Siliwangi, kan jabatan Kabintal Skogar tetap kosong?” ujar Kolonel Inf M.Moesanip, Danbrig 15 Kujang yang sudah saya anggap seperti orang tua sendiri. Saya jawab,
“ Tidak usah Komandan, biarlah saya tetap ke Ambon sesuai Skep Kasad, mungkin saya memang dibutuhkan disana”
Diubah oleh erwin.parikesit 10-12-2012 02:31
1
448.6K
488
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer
Militer
icon
19.9KThread6.8KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.