Keledai adalah salah satu makhluk yang mendapat ”keistimewaan” dari Allah. Al-Quran menyebutkan keledai dalam tiga ayat, yaitu surat Luqmân ayat 19, surat al-Jumu`ah ayat 5 dan surat al-Muddatstsir ayat 50. ”Keistimewaan” keledai bukan karena kecerdasan binatang ini, melainkan karena kebodohan dan kekeraskepalaannya.

Dalam ketiga ayat ini Allah menyamakan beberapa sifat buruk manusia seperti keledai. Surat Luqmân ayat 19 menyebutkan bahwa orang yang suka bersuara keras diibaratkan seperti suara keledai. Ayat ini menjelaskan bahwa suara keledai adalah suara yang paling buruk. Suara yang keras dapat menyinggung lawan bicara, apalagi kalau lawan bicara tersebut berasal dari latar belakang etnis dan kultur sosial yang berbeda. Bagi etnis tertentu dan dalam masyarakat tertentu mungkin berbicara dengan keras di antara sesama mereka adalah hal yang biasa, namun bagi etnis lain hal ini dapat menimbulkan perasaan tidak enak.

Orang yang hidup di lingkungan pantai barangkali terbiasa bersuara keras, karena mereka harus mengimbangi kerasnya suara ombak. Sebaliknya, orang yang tinggal di daerah pegunungan mungkin terbiasa bersuara lembut dan tidak perlu mengeraskan volume suara mereka. Karena itu, menyederhanakan suara merupakan etika sosial yang sangat ditekankan.

Begitu jeleknya orang bersuara keras ketika berbicara, sehingga Luqmanul Hakim, salah seorang hamba Allah yang mendapatkan hikmah, mengatakan kepada anaknya bahwa suara tersebut mirip seperti suara keledai. Sejelek-jelek suara adalah suara keledai. Memang, suara keledai tidak enak didengar. Di awal mirip seperti bunyi terompet kereta api, kemudian di akhir suaranya semakin mengecil dan seperti tarikan nafas orang mengeluh. Pendek kata, suara keledai memang tidak indah dan tidak enak untuk didengar.

Jadi, mengeraskan suara adalah perbuatan yang tidak terpuji, yang termasuk kepada suara yang mungkar. Dalam sebuah hadis dari Abi Hurairah yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i, Nabi Muhammad Saw. bersabda, ”Apabila kamu mendengar ringkikan keledai, maka berlindunglah kamu kepada Allah, karena sesungguhnya dia melihat setan.”

Sementara surat al-Jumu’ah ayat 5 menjelaskan sifat orang-orang Yahudi yang menerima Kitab Taurat namun tidak memahami dan mengamalkannya. Mereka diibaratkan seperti keledai yang membawa kitab.

Banyak sudah penelitian ilmiah yang membuktikan kebenaran sabda-sabda Nabi SAW secara ilmiah. Berikut ini adalah salah satunya. Nabi SAW bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الديَكَةِ، فَاسْأَلُوا اللهَ مِنْ فَضْلِهِ، فَإِنهَا رَأَتْ مَلكًا وَإِذَا سَمِعْتُمْ نَهِيقَ الْحِمَارِ، فَتَعَوذُوا بِاللهِ مِنْ الشيْطَانِ، فَإِنهُ رَأَى شَيْطَانًا

"Bila engkau mendengar suara ayam jantan maka mintalah karunia kepada Allah karena ia melihat malaikat, sedangkan bila engkau mendengar ringkikan keledai, maka berlindunglah kepada Allah dari Setan karena dia melihat setan." (Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Kita sering kali mendengar hadits ini tetapi bisa jadi jarang memikirkannya dan tidak terlintas dalam benak kita untuk meneliti secara ilmiah mengapa itu terjadi.


Kemampuan sistem visual manusia di dunia ini terbatas. Dalam hal ini justru kalah dengan sistem visual keledai dan ayam jantan. Pandangan mata manusia terbatas dan tidak dapat melihat apa yang berada di bawah sinar infra merah atau di atas sinar ultraviolet.

Tapi kemampuan indera ayam jantan dan keledai melewati batas itu. Pertanyaannya

sekarang, bagaimana keledai dan ayam bisa melihat setan dan malaikat, bukan sebaliknya?

Keledai itu dapat melihat dengan sinar infra merah, sedangkan setan sendiri berasal dari jin yang diciptakan dari api. Artinya, setan termasuk dalam lingkup infra merah. Karena itulah, keledai dapat melihat setan, tetapi tidak bisa melihat malaikat.
Adapun ayam jantan, ia mampu melihat sinar ultraviolet, sedangkan malaikat diciptakan dari cahaya, artinya dari sinar ultraviolet. Karena itulah, malaikat dapat dilihat oleh ayam jantan.

Hal ini menjelaskan kepada kita mengapa setan melarikan diri saat disebutkan nama Allah. Penyebabnya adalah karena para malaikat datang ke tempat yang disebut nama Allah itu, sehingga setan melarikan diri.

Mengapa setan menghindar bila ada malaikat?

Jawabannya adalah karena setan terganggu bila melihat cahaya malaikat. Dengan kata lain, jika sinar ultraviolet bertemu dengan sinar inframerah di satu tempat, maka sinar merah memudar.