Usianya baru 22 tahun, namun bila membuka goresan prestasinya di kolam renang ia sungguh luar biasa. Tahun lalu di Olimpiade London 2012, gadis berambut ikal ini meraih dua medali emas di nomor bergengsi - gaya bebas putri 50m dan 100m - dan setahun kemudian di Kejuaraan Dunia Renang di Spanyol, ia juga menyabet medali emas di nomor gaya bebas 50m.

Memiliki darah Jawa dari sang ayah, Rudy Poniran Kromowidjojo, Ranomi adalah atlet yang menjadi aset terbaik negeri Kincir Angin itu.

Walau mengaku tidak begitu mengenal Indonesia, Ranomi, yang lahir dan besar di Belanda, memahami bahasa Jawa Ngoko (kasar) yang dipelajari dari sang ayah yang dilahirkan di Suriname.

Sejak umur 10 tahun, Ranomi telah berkomitmen untuk menjadi perenang profesional dan berlatih keras sepanjang hari. Dalam tempo cepat, dia mampu mengukir namanya di pentas nasional. Semua kejuaraan level regional Groningen dia menangi. Hingga akhirnya, dia menembus tingkat nasional Belanda.

Kakek Ranomi adalah orang asli Jawa yang dipekerjakan pemerintah kolonial Belanda sebagai budak perkebunan kopi di wilayah Commewijne, Suriname, pada abad ke-19. Nama perusahaannya adalah Constanzia.

Bila ditanya tentang perbudakan, Ranomi justru bangga terlahir sebagai keturunan budak. Dari sanalah semangatnya tumbuh.

Sumber : Plasa MSN.com