Sambil tertunduk lesu, aku berjalan dipinggiran pantai, hari dimana biasanya aku sudah larut dalam pekerjaan. 3 hari ini aku bolos kerja, sebagai seorang kuli angkut garam dengan upah yang seadanya, yang hanya cukup untuk makan 2 kali sehari.

Bagaimana aku menghidupi istri dan anakku kelak ? apa aku sudah siap untuk berkeluarga ? apa orang tuanya akan menerima dengan kondisiku yang seperti ini ? pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar tanpa henti dikepalaku… Ampuni aku ya Tuhan, segalanya terjadi begitu saja, aku tak punya cukup iman untuk mengendalikannya.

Mudah-mudahan dia baik-baik saja disana, aku sengaja tak menghubunginya dan tidak menemuinya karena masih takut dengan konsekuensi yang bagi pemuda seumuranku ini belum saatnya terjadi, atau belum tepat waktunya.

Teringat terakhir kali aku menemuinya, dia bilang ingin aborsi saja dengan mendatangi klinik aborsi, hal itu membuatku semakin takut.

Langkahku yang makin gontai tiba-tiba terhenti oleh sepucuk surat dalam botol yang dihantar ombak ke tepi pantai, tak kulihat alamat apapun disana, tak ada nama pengirim, tak ada tujuan. Kertasnya tampak masih baru, botolnya seperti botol minuman soft drink yang terbuat dari plastik.

Perlahan kubuka gulungan surat itu, kulihat masih sama tak ada pengirim tak ada alamat tujuan. ;



Mama sayang…

Bulan 1:

mamaa…. panjangku tuh cuma 2 cm tapi aku udah ada dibadan mama, aku sayang mama, bunyi detak jantung mama itu jadi musik terindah yang menemaniku disini.

Bulan 2:

mamaaa…. aku udah mulai isep-isep jari imutku lho, oh ya disini hangat ma, nanti kalau aku sudah keluar mama janji ya mau main sama aku.

Bulan 3:

mamaamaaaa…. meskipun aku belum tau jenis kelaminku, tp apapun aku, aku harap mama dan papa bahagia kelak ketika aku keluar, mama janji jangan nangis ya, kalau mama nangis disini aku juga ikut nangis, mama harus percaya Tuhan akan memberikan keindahan, apapun itu.

Bulan 4:

mamamaaaa…. rambutku sudah mulai tumbuh lho, ini jadi mainan baruku, oh ya aku udah bisa menggerakan kepalaku putar kiri putar kanan hehe.

Bulan 5:

mama, mama tadi kedokter ya, apa yang dokter bilang ? apa aku akan segera ngeliat papa ? aku nggak diapa”in kan ma? aborsi itu apa ma ?

Bulan 6:

mama dateng ke dokter itu lagi ya ? ma tolong kasih tau dokter itu, aku disini baik-baik aja! bilangin jangan lagi pake benda itu lagi, tajem ma, aku takut…
Benda tajem itu mulai memotong-motong rambutku ma.. tolong, aku takutt..
Ma benda tajam itu mulai memotong kakiku,… sakiittt maa..! tolong aku…! :’(
Ada yang salah dengan rambut dan kakiku ya ma… ? meski aku g lagi punya kaki, tapi aku masih punya tangan yang bisa memeluk mama,..
Ma benda itu lagi…! sekarang mulai memotong tanganku, mama tolong aku…!! aku janji gak akan nakal lagi, gak nendang-nendang lagi ma.., :’(( tolong sakitt ma…!!,
Sekarang aku tak punya tangan ma, mungkin karena tanganku bermasalah dan membahayakan mama, tapi meskipun aku tidak punya tangan dan kaki, aku masih punya mata dan telinga untuk melihat senyum mama, mendengar suara mama,.. Ma tapi benda itu sekarang mulai memotong leherku, kenapa ma ?!
ma tolong ma,….!! beri aku kesempatan hidup,…!!
aku sayang mama aku pengen meluk mama, maa sakitt…!!

Bulan 7:

Ma, aku disini baik-baik saja, aku udah sama Allah disurga, Allah mengembalikan semua organ tubuhku yg dipotong benda tajam itu, Allah memelukku, memegang tanganku, menggendongku dengan lembutnya, dan Allah membisikkan tentang apa itu aborsi, kenapa mama tega melakukan itu? kenapa mama gak mau main sama aku ? apa salah anakmu ini ?mama taubat yah, biar Allah mau antar mama kesini, nanti kita main bareng-bareng disini, ajak papa juga ya…

Aku sayang kalian.. maaa.. paaa…



Anakmu



Airmata pun membasahi kami yang membaca surat itu, dan kami memutuskan untuk memberanikan diri menghadapi segalanya demi buah cinta kami, dalam kitab apapun, aborsi sama saja dengan pembunuhan, dan dalam kitab apapun, pernikahan selalu merupakan tindakan yang baik dan salah satu jalan bahagia dunia dan akherat.

KEBERANIAN ADA BUKAN KARENA HILANGNYA RASA TAKUT, AKAN TETAPI KARENA ADA HAL YANG LEBIH PENTING DARI RASA TAKUT.

Sumber : Kumpulan Kisah Motivasi