Calon presiden dari Partai Hanura Wiranto mengklaim akan mempertanggungjawabkan isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam peristiwa kerusuhan Mei 1998.

"Saya berani mempertanggungjawabkan bahwa apa yang saya lakukan di masa lalu selalu berdasarkan hukum dan kebijakan Negara. Siapa pun yang menuduh macam-macam terhadap saya, saya persilakan untuk bertemu dan mari kita diskusikan apa yang terjadi di masa lalu," ungkap dia usai Deklarasi Capres-Cawapres Partai Hanura di Jakarta, Selasa (3/7).

Wiranto mengklaim dirinya mampu mengatasi kerusuhan Mei 1998 dengan baik saat menjabat Menteri Pertahanan dan Keamanan sekaligus Panglima Angkatan Bersenjata di rezim Orde Baru. "Waktu itu, saya dapat menyelesaikan dan meredakan kerusuhan itu hanya dalam tempo tiga hari dan Negara kita tetap utuh. Bahwa korban memang ada dan itu risiko dari suatu kerusuhan," jelasnya.

Dia pun membandingkan penanganan kerusuhan Mei 1998 yang lebih baik ketimbang kerusuhan serupa di Mesir, Suriah, dan Libya. "Maka saya minta hal ini dipahami untuk mengimbangi isu-isu tidak jelas yang terus berkembang menjelang pencalonan saya menuju Pemilu 2014," ujarnya.

Kerusuhan Mei 1998 telah menyebabkan ratusan orang tewas. Data Tim Gabungan Pencari Fakta mencatat 288 korban meninggal, 101 korban luka, 92 perempuan menjadi korban rudapaksaan, dan ribuan rumah rusak terbakar. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 2,5 triliun.

Enam bulan pasca kejadian penyelidikan Tim Gabungan Pencari Fakta menemukan ada keterlibatan provokator dalam kerusuhan itu. Mereka berambut cepak dan beberapa di antaranya gondrong. Kelompok ini berkeliaran di lokasi kerusuhan memakai seragam sekolah namun mereka berwajah terlalu tua untuk usia siswa SMA.

Menurut Tim Gabungan Pencari Fakta, kelompok itu ahli melempar molotov dan jago menyulut kemarahan massa. Mereka datang bergerombol, diterjunkan ke lokasi dengan mobil pikap, truk, atau sepeda motor. Namun mereka menghilang dengan cepat setelah kerusuhan terjadi. (OP-ixn/Antara)

Sumber : http://opini.co.id/web/article/5521/Wiranto-Kembali-Bicara-Soal-Mei-1998


Membersihkan nama demi pencapresan