opini



Jakarta sebagai ibukota ibarat gula. Tidak ada satupun suku bangsa d indonesia yang tidak ikut ambil bagian dalam pasukan penikmat gula tersebut. Sangat komlpeks, ibarat kata jika orang aceh ingin bertamu dengan orang papua, tidak harus ke papua, cukup ke Jakarta saja maka akan bertemu dengan orang papua.

Namun keanekaragaman dan "ramainya" Jakarta memiliki ke anehan. Sensus penduduk 2010 menunjukkan angka pertumbuhan penduduk DKI Jakarta meningkat dari 0,78 persen pada tahun 2009 menjadi 1,4 persen pada tahun 2010. Dan sekarang jumlah penduduk Jakarta mencapai 9,5 juta jiwa. ini artinya orang yang menginginkan tinggal d Jakarta terus bertambah dibandingkan dengan orang yang ingin meninggalkan Jakarta.

nah, anehnya adalah tidak ada satupun dari pasukan tersebut yang mengaku sebagai "orang" jakarta. mereka mengaku sebagai orang ambon, batak, melayu, bugis, sunda, jawa, dll. yang setiap hari raya mudik ke kampung masing-masing. bahkan orang betawi sekalipun tidak bisa lagi dikatakan sebagai orang jakarta, karena semakin terpinggirkan ke luar wilayah jakarta.

Tapi jika ditanya "kerja dimana?", "tinggal dimana?", pasti akan keluar jawaban dengan nada bangga "JAKARTA". Bangga akan keharusan menyediakan waktu berjam-jam "menikmati" kemacetan. Bangga akan prilaku menguras Jakarta kemudian hasilnya dikirim ke kampung tanpa peduli kelangsungan Jakarta. Bangga akan kunjungan tamu rutin (banjir) yang datang setelah dikabari hujan. Bahkan merasa harus d hargai atas pengorbanan tiap hari yang harus menempuh kemacetan.

Jika kita mencintai Jakarta, harusnya kita menjadi kebanggan Jakarta, bukan hanya membanggakan jakarta. jadikan saja Jakarta sebagai "IBU" kita, maka kita akan berbuat hal yang mambanggakan ibu. Nah kira-kira apa yang bisa kita banggakan dari jakarta, dan apa yang bisa dibanggakan Jakarta dari kita??