as4madunAvatar border
TS
as4madun
Keterlaluan! Prabowo yg bawa Jokowi ke Jakarta, kok Ditawari jadi Wakilnya diPilpres?

Prabowo Subianto

Gerindra Tolak Tawaran Prabowo Jadi Cawapres Jokowi
Jumat, 13-09-2013 12:57

JAKARTA, PESATNEWS- PDIP disebut telah melirik beberapa nama untuk mendampingi Joko Widodo sebagai Calon presiden. Salah satu nama yang masuk adalah Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Menanggapi hal tersebut, Gerindra dengan tegas menyatakan Prabowo adalah Capres Gerindra, dan kemungkinan tak akan mau jadi Cawapres. "Gerindra sudah berketetapan mencalonkan Pak Prabowo jadi capres, dan belum pernah terpikir pada kita untuk menjadi Pak Prabowo jadi calon wakil presiden," kata anggota Dewan Pembina Gerindra Martin Hutabarat saat dihubungi, Jumat (13/9/2013).

Martin mengatakan selama ini kerja-kerja politik Gerindra, salah satu tujuan utamanya, adalah mengantar Prabowo sebagai capres, bukan cawapres. Sebab, Gerindra memandang figur Prabowo bisa menjadi pemimpin yang membawa Indonesia menuju kejayaan. "Kita melihat figur yang diharapkan oleh masyarakat untuk jadi pemimpin 5 tahun ke depan adalah yang memiliki ketegasan dan keberanian mengambil keputusan, dan figur seperti ini ada di Pak Prabowo," ujarnya.

Sebelumnya, politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno mengungkap partainya sudah membidik 6 nama untuk dijadikan cawapres bagi Jokowi. Salah satunya adalah Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto. ”Dari internal, ada Wakil Ketua DPR Pramono Anung, Ketua DPP PDI-P Puan Maharani, dan Kepala Ruang Situasi PDI-P Prananda Prabowo. Dari luar partai ada Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo, dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD,” kata anggota DPR dari PDI-P, Hendrawan Supratikno, Kamis (12/9/2013), di Jakarta
http://www.pesatnews.com/read/2013/0...awapres-jokowi

Prabowo: Saya yang Bawa Jokowi dari Surakarta
Tue, 16 Jul 2013 02:39:05 GMT



TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto terus dihubungkan berpasangan dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pada Pemilu 2014. Namun, Prabowo tidak ingin berspekulasi mengenai kabar tersebut. "Saya yang membawa Jokowi dari Surakarta, saya yang minta ke PDIP dan Ibu Mega, tentunya yang terbaik. Dia orang baik," kata Prabowo di Hotel Sahid, Jakarta, Senin (15/7/2013).

Prabowo mengatakan pihaknya kini berpikir untuk memenangkan Gerindra. Sebab, untuk mengusung calon presiden, setiap partai harus memenuhi ambang batas yang disyaratkan. "Kalau tidak, maka kita koalisi dengan partai," tuturnya. Prabowo mengatakan sistem pemilu di Indonesia tidak adil mengenai angka presidential treshold 20 persen. "Ini sistem tidak adil karena tidak ada di UUD, jadi itu spekulatif masih lama, kok nanya wakil presiden," ujarnya. Dalam kesempatan tersebut, Prabowo juga menyoroti pertemuan antara Surya Paloh dan Aburizal Bakrie. "Saya lihat politik dinamis, posisi kita bekerja dan komunikasi dengan semua partai di Indonesia, untuk kepentingan Indonesia," tutur Prabowo.
http://berita.plasa.msn.com/nasional...ri-surakarta-1

Belum Saatnya PDI-P Tetapkan Jokowi sebagai Capres
Rabu, 4 September 2013 | 17:57 WIB


PDI-P menggelar jumpa pers, Rabu (4/9/2013), jelang penyelenggaraan Rakernas III PDI-P, 6-8 September 2013. | KOMPAS.com/Sabrina Asril

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik dari Indobarometer M Qodari menilai Rapat Kerja Nasional (rakernas) yang digelar PDI Perjuangan pada 6-8 September 2013 bukanlah momentum yang tepat untuk menetapkan Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden. Menurutnya, masih banyak hal yang dapat berubah seketika menjelang bergulirnya waktu Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) pada tahun depan.

Qodari menuturkan, kekuatan masing-masing partai baru akan tampak lebih jelas di tahun depan, khususnya setelah bergulirnya waktu pemilihan legislatif. Atas dasar itu, ia mengimbau PDI Perjuangan tak tergesa menentukan calon presiden yang akan diusungnya pada Pilpres periode 2014-2019. "Soal capres, tahun lalu nomor satu selalu Prabowo, nah sekarang ada Jokowi, tahun depan belum tentu," kata Qodari saat dijumpai di Kompleks Gedung Parlemen Jakarta, Rabu (4/9/2013).

Secara umum, kata Qodari, mengusung Jokowi menjadi calon presiden saat ini masih terlalu dini. Terlebih, Jokowi masih disibukkan mengurus Ibu Kota karena tanggung jawabnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. "Lebih baik konsolidasi saja dulu, Undang-Undang Pilpres juga belum definitif," tandasnya.

Untuk diketahui, Rakernas PDI Perjuangan pada 6-8 September mendatang diprediksi akan penuh kejutan. Pasalnya, rakernas itu adalah yang terakhir kalinya dilakukan PDI Perjuangan sebelum perhelatan Pemilu 2014. "Insya Allah di rakernas kali ini akan ada kejutan-kejutan," ujar Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani di Kompleks Parlemen, Senin (2/9/2013).

Puan masih enggan mengungkap kejutan yang dimaksudnya. Namun, ia menuturkan, agenda utama dari rakernas kali ini adalah persiapan pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres). Ia pun tak menampik nantinya jika pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) di seluruh Indonesia akan datang dengan berbagai usulan nama capres. Usulan-usulan itu, lanjutnya, nantinya akan menjadi pertimbangan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dalam memutuskan capres yang akan diusung partai berlambang banteng itu.
http://nasional.kompas.com/read/2013...sebagai.Capres

Peringatan Professor Politik dari UI:
Jadi Pemimpin NKRI itu, tak cukup hanya Populer saja, Jok!
THURSDAY, 30 MAY 2013 07:23



JAKARTA - Rakyat Indonesia tidak akan keluar dari permasalahan kepemimpinan jika cara memilih pemimpin hanya melihat popularitas semata tanpa melihat rekam jejak calon pemimpinnya. Demikian Pengamat Politik dari Universias Indonesia, Iberamsjah kepada wartawan di Jakarta, tadi malam. "Rekam jejak calon pemimpin sedikit banyak bisa dilihat dengan memanfaatkan teknologi informasi. Tidak sulit di era modern ini untuk memanfaatkan itu dan mempelajari rekam jejak sang calon, apakah memang layak dengan track rekord yang dimilikinya untuk menjadi pemimpin," ujar Iberamsjah, hari ini.

Seharusnya menurut Iberamsjah, penelusuran track rekord pemimpin lebih diutamakan daripada sekedar popularitas. Kalau memilih dengan alasan popularitas terus dipertahankan, maka kondisi bangsa akan lebih terpuruk dari kondisi saat ini dan penyesalan demi penyesalan akan terus menemani kehidupan bangsa Indonesia. "SBY saja yang memiliki track rekord sebagai perwira TNI yang cerdas tidak mampu mengobati penyakit bangsa ini, bagaimana dengan orang-orang lain yang tidak jelas? Semua calon yang sudah mendeklarasikan diri seperti Aburizal Bakrie, Prabowo memiliki track rekord kasus segudang. Begitupun dengan Jokowi, dia masih perlu membuktikan kepemimpinannya di Jakarta," jelasnya.

Dirinya memahami, Jokowi saat ini sedang di atas angin elaktabiltasnya, namun track rekord kepemimpinnya belum terbukti. "Dulu ketika rezim orde baru dijatuhkan, masyarakat mengelu-elukan Megawati, Gus Dur, Amien Rais, tapi mereka toh juga tidak membawa perubahan berarti dalam reformasi. Pun ketika SBY naik. Kita butuh pemimpin yang berani dan tegas dengan track rekord yang bersih dari kasus," tegasnya.

Dirinya pun mengharapkan media dapat bersikap tegas dalam membawa perubahan-perubahan. Ketokohan seseorang yang menjadi landasan elaktabilitas harus bisa diukur dari track rekord hidupnya selama ini. Media juga harus memilah-milah dan jangan mau dijadikan alat oleh lembaga-lembaga survei yang tidak independen mengarahkan seseorang yang menjadi klien mereka. "Jadi media harus bisa memilah-milah juga dalam mengangkat popularitas seseorang. Semua tokoh-tokoh yang hadir itu yang menciptakan media, jadi media yang harus selektif. Lupakan saja jika ada lembaga suvei pesanan," demikian Iberamsjah.
http://www.waspada.co.id/index.php?o...ksi&Itemid=131

Sikap Jokowi kayak anak kecil aja?
Soal Peluang JOKOWI Nyapres, Terserah Ibu Megawati
Friday, 26 July 2013




Bisnis-kti.com, JAKARTA- Peluang Joko Widodo berkompetisi dalam Pemilihan Presiden 2014 tergantung Ketua Umum PDIP Megawati, kecuali rakyat menginginkannya maju maka tidak akan ada yang menahan Jokowi untuk berkompetisi menjadi presiden. Hal ini disampaikan oleh politisi PDIP yang juga anggota Komisi I DPR Helmy Fauzi. “Selain itu, kami melihat bahwa Jokowi harus fokus bekerja sebagai Gubernur Jakarta,” kata Helmy.

Meski sejumlah lembaga survei menempatkan Jokowi dalam posisi tertinggi, PDIP tak mau tergesa-gesa menentukan figur yang akan maju pada pilpres tahun depan. “Pasti kemudian jajaran PDIP akan mendengarkan segala aspirasi rakyat salah satunya hasil survei. Khusus untuk survei, itu adalah salah satu indikasi bagi kami, tapi kami juga mempertimbangkan suasana kebatinan rakyat apakah banyak yang menginginkannya maju dalam pilpres,” kata dia.

Yang dia maksudkan suara kebatinan rakyat adalah aspirasi elemen masyarakat Indonesia yang bisa berasal dari kalangan ulama, LSM dan politisi sendiri. “Pasti akan muncul nama yang menjawab kerinduan rakyat akan seorang pemimpin yang otentik. Dan hal itu bisa saja mengarah kepada Jokowi,” katanya. Menurutnya, mungkin saja Megawati dan Jokowi maju dalam satu paket pasangan capres-cawapres, setidaknya dalam konteks alih regenerasi tokoh dalam tubuh partai agar kekuatan politik lebih solid dan berkelanjutan. Helmy berkeyakinan Jokowi tidak akan menyeberang ke kendaraan politik lain misalnya mengikuti konvesi partai lain. ” Jokowi adalah kader PDIP yang setia dan patuh pada partai,” katanya.
http://www.bisnis-kti.com/index.php/...-ibu-megawati/

--------------------------



Anak kemaren sore, pengalaman hanya tukang kayu dan pedagang mebeler, memimpin kota Solo tak sampai 2 tahun, lalu berkat gorengan media dan 'operasi intelejen' Prabowo di Ibukota, akhirnya jadi Gubernur. Kini anak kucing itu mau melawan macan?


emoticon-Ngakak
0
9.6K
140
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.7KThread40.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.