Kaskus

Entertainment

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Tragedi Keranjang Babi pada Maret 1942 - Pendudukan Jepang di Indonesia

devitapraAvatar border
TS
devitapra
Tragedi Keranjang Babi pada Maret 1942 - Pendudukan Jepang di Indonesia
Pig Basket Tragedy adalah taktik perang Nippon yang frustasi saat World War II.

Pasukan Dai Nippon mengeksekusi orang-orang kulit putih (tentara Belanda, sekutu (Australia) dan juga bahkan lansia, dengan ditenggelamkan ke laut / sungai dengan dimasukkan dalam keranjang babi, dilipat dan dirantai tanpa busana emoticon-Berduka (S)

Jepang dalam masa awal pendudukannya di Indonesia melakukan taktik ini salah satunya untuk meraih simpati orang pribumi sebagai Saudara Asia, mereka menindas ras kulit putih yang pada masa itu sangat superior dibandingkan orang pribumi / kulit kuning dengan semena-mena.

gambaran proses maut :
diiket -> ditanpa busanain -> dilipetin di keranjang -> diarak dari gunung (tempat sembunyi tentara Belanda) ke laut lewat perkampungan perkampungan -> dinaekin kapal -> dilepas kelaut sambil dibakar keranjangnya
emoticon-Berduka (S) emoticon-Berduka (S)




ilustrasi
Tragedi Keranjang Babi pada Maret 1942 - Pendudukan Jepang di Indonesia

Tragedi Keranjang Babi pada Maret 1942 - Pendudukan Jepang di Indonesia


Maret 1942, di Surabaya, Malang, Semarang, Medan, Jogja, Banjarmasin, dan beberapa kota lain di Indonesia. Pendudukan Jepang menahan pemberontak Australia

-diduga karena Tentara Jepang frustasi dengan perlawanan pasukan Australia dan juga insiden pembakaran penyulingan minyak oleh pasukan sekutu di Jawa Timur-

& sebagian tentara Belanda - KNIL- dan juga serdadu Ambon yang loyal pada Belanda).

Jepang meringkus para pemberontak di bukit-bukit saat bergerilya melawan Pendudukan Jepang, para tawanan (POWs) yang nahas dimasukkan paksa dengan keadaan tangan dan kaki terikat kebelakang ke dalam keranjang bambu (untuk babi) dan diangkut oleh truk arang melewati kota untuk ditenggelamkan di sungai / laut.

Tawanan perang tersebut dimasukan dalam keranjang bambu yang biasa dipakai untuk mengangkut babi (konsumsi kaum Belanda dan Tionghoa) berukuran kurang lebih 100 cm x 50 cm. Sebagian besar telanjang, satu keranjang untuk satu atau dua orang kulit putih... Para tawanan dipaksa masuk dengan tusukan bayonet serdadu Jepang.. Sepanjang pengangkutan dengan truk para POWs (tawanan) kekurangan air berteriak meminta tolong dalam bahasa Inggris dan Belanda
menjadi tontonan masyarakat... Truk pengangkut arang Jepang beberapa kali diberhentikan di jalanan untuk dapat disaksikan rakyat atas ketidakberdayaan kaum kulit putih. Masyarakat yang hendak menolong tawanan dengan memberi air dihadang secara kasar oleh para serdadu Jepang.

Sesampainya truk di dermaga, keranjang babi dari bambu berisi para tawanan perang Aussie dan Belanda nahas itu ditumpuk ke atas kapal milik Jepang dan dibawa ke tengah laut.. untuk dibuang dengan kondisi keranjang tersebut saling mengikat (merantai)

Menurut sejumlah saksi, keranjang babi berisi tahanan itu dibuang ke laut setelah sebelumnya dibakar terlebih dahulu hingga akhirnya dibiarkan tenggelam...


Sementara kaum kulit putih (Belanda dan bangsa Eropa lain) yang lebih 'beruntung' nasibnya dikirim dengan kapal Jepang ke Burma untuk membangun rel atau ditahan dalam kamp-kamp internir -berpindah pindah- di berbagai kota: Tjimahi Bandung, Tjideng Batavia, Maoemere Flores, dll.

Selain itu, beberapa wanita kulit putih yang masih gadis berusia belasan, oleh Jepang dipaksa sebagai Jugun Ianfu ( Comfort Women ) - termasuk gadis pribumi juga emoticon-Berduka (S)

http://m.kaskus.co.id/thread/0000000...-perang-jepang



Quote:


pengakuan saksi mata:

Quote:


Quote:


Quote:


search google : PIG BASKET ATROCITY deh

Spoiler for MY 5th Hot Thread:
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
115.2K
1.1K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
KASKUS Official
925KThread90.7KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.