TULUNGAGUNG – Warga Kelurahan Sembung, Kecamatan Tulungagung, kemarin gempar.

Di belakang rumah Yitno ditemukan gundukan tanah mirip kuburan. Setelah dibongkar ternyata ada mayat remaja perempuan diketahui bernama Fitri Hani Saputri yang tewas diduga korban pembunuhan.

Setelah diusut, Fitri merupakan siswi SMPN 5 Tulungagung yang masih duduk kelas VII. Korban diperkirakan dibunuh dan langsung dikubur pada Sabtu lalu (1/6) bertepatan hari lahir Pancasila. Mayat ABG asal Desa Wajaklor, Boyolangu itu terdapat luka di wajah, dan bekas jeratan di leher. Kini, aparat polisi te­ngah mengembangkan siapa pelaku pembunuhan tersebut. Selang enam jam kemudian, polisi berhasil menggelandang seorang remaja laki-laki berinisial IF. IF ini sendiri tak lain adalah teman dekat korban dan masih satu sekolah di SMPN 5 tersebut. Hingga kini remaja 14 tahun itu masih dimintai keterangan di mapolres Tulungagung. Pihak kepolisian sendiri saat dikonfirmasi belum berani menyimpulkan IF sebagai pelaku pembunuhan.

Informasi yang diterima koran ini, antara korban dan IF menjalin hubungan alias pacaran. Diperkirakan hubungan dua remaja yang masih di bawah umur itu kelewat batas. Korban diduga mengandung janin alias hamil. Korban meminta pertanggungjawaban kepada IF, namun tidak mau. Akhirnya, ditemukanlah korban tewas yang dikubur di pekarangan belakang rumah Yitno, yang tak lain adalah ayah IF.

Terbongkarnya mayat tersebut kali pertama diketahui oleh Suliati, warga setempat, sekitar pukul 11.00. Saat itu, Suliati tengah membuang sampah di pekarangan belakang rumah Yitno. Ma­tanya menatap curiga ada pecahan batu bata yang tertata rapi menutup gundukan tanah. Padahal sebelumnya pecahan bata merah itu berserakan di bawah pohon bambu tak jauh dari gundukan tanah tersebut. Akhirnya, wanita 34 tahun itu memberitahukan kepada Yitno. Yitno mencangkul gundukan tanah tersebut. Baru beberapa cangkulan, sudah terlihat tangan manusia. “Saya kaget dan langsung berhenti mencangkul. Selanjutnya langsung melapor ke polisi bersama kerabat,” ungkapnya.
Yitno mengaku tidak tahu pasti siapa yang membuat gundukan tanah tersebut. Sebab setiap hari dia bersama warga setempat sering bercengkerama di pekarangan tersebut. “Kami sering cangkruk di bawah pohon bambu. Bahkan ibu-ibu juga sering menyuapi anaknya di sana (pekarangan),” jelas Yitno.

Hal senada diungkapkan Ari, warga setempat yang rumahnya tak jauh dari lokasi kejadian. Menurut dia meski pekarangan berada di belakang rumah, tetap ramai sampai malam hari. Selain itu selama beberapa hari lalu tidak ada orang mencurigakan datang ke lokasi tersebut. Apalagi mengubur mayat. “Warga di sini benar-benar tidak tahu. Tiba-tiba ada gundukan tanah itu yang berisi mayat perempuan,” jelasnya.
Tak lama kemudian, polisi tiba di lokasi dan segera memasang pita police line.