studiokimus
TS
studiokimus
[CATOPER] SATU KELUARGA KESASAR DI PUNCAK LAWU (22 – 24 Desember 2012)
Inilah akibatnya kalau terlalu sering main ke sini dan baca-baca catoper. Saya jadi keracunan. Keril yang selama ini diam tenang di peraduannya, harus turun dari singgasana. Istri dan anak saya pun ikut-ikut bongkar keril mereka dan mulai menginventarisir perlengkapan yang ada. Ya, memang sudah lama keluarga kami tidak keluyuran untuk menghirup udara segar pegunungan atau hutan. Di sekitar Kabupaten Jember, tempat kami tinggal, sebenarnya banyak tempat yang menarik untuk dijelajahi (sebagian besar sudah sering kami kunjungi), namun kali ini undian jatuh ke tempat yang agak jauh, yaitu Gunung Lawu. Mumpung ada libur yang lumayan panjang.

Singkat cerita, Sabtu dini hari pukul 00.00 WIB tanggal 22 Desember 2012, kami bertiga (Saya, istri dan anak) sudah terdampar di pinggir jalan kawasan pertigaan Ngrandu Kabupaten Jombang, lengkap dengan perabot lenong, cari bus jurusan Solo – Jogja (kami memang sengaja berangkat dari Jombang tempat ibu mertua saya tinggal, sekalian menjenguk dan mohon doa restu). Bus yang kami tumpangi demikian penuhnya sehingga kami harus berdiri di kaki sendiri selama perjalanan. Maklum musim liburan.

Terminal Tirtonadi Solo, 22 Desember 2012 pukul 04.00 WIB
Akhirnya lepas juga penderitaan kami. Kaki yang gringgingen sudah mulai bisa merasakan tanah yang dipijak. Turun dari bus, clingak-clinguk mencari bus berikut tujuan Tawangmangu. Kami bertiga pun berjalan sepanjang koridor sambil menggendong keril tambun. Tak perlu menunggu lama, sudah ada orang yang melambaikan tangan dan langsung bisa menebak tujuan kami.
“ Ayo, Mas. Ke Tawangmangu kan?” katanya
Heran juga saya. Kok dia bisa tahu ya? Kami pun mengekor orang itu dan langsung diantar ke bus yang dimaksud. Lumayan kosong. Bahkan keril pun dapat jatah kursi sendiri-sendiri tanpa harus membayar lebih.
Pukul 04.30 WIB bus berangkat. Kami pun terlelap.

Terminal Tawangmangu, 22 Desember 2012 pukul 06.00 WIB
Ternyata bus tidak masuk terminal, hanya berhenti di pinggir jalan di seberang terminal. Begitu turun, kami langsung disambut hangat oleh sopir angkutan.
“Segera berangkat Mas. Mau ke puncak kan? Cemoro Kandang?” kata sopir itu.
Nah, ini lagi. Kok bisanya dia tahu kalau kami akan ke Gunung Lawu lewat jalur Cemoro Kandang. Hmmm… agak mencurigakan.
Dengan halus kami tolak tawaran itu, sebab irama keroncong dari perut sudah sayup-sayup terdengar. Harus cari sarapan dulu. Menyeberang jalan, kami pun berkeliling dalam area terminal mengevaluasi secara visual warung-warung yang ada berusaha menebak kualitas kuliner yang disediakan. Pilihan jatuh pada warung dekat toilet umum. Tiga mangkuk soto dan tiga gelas teh hangat, pindah ke dalam perut. Tidak lupa membeli nasi bungkus untuk makan siang nanti. Perut kenyang, hati senang. Perjalanan berlanjut menuju Cemoro Kandang menggunakan angkutan pedesaan, setengah sewa, dengan ongkos Rp 30.000 untuk tiga orang.

Cemoro Kandang, 22 Desember 2012 pukul 08.00 WIB
Kami diantar hingga depan Base Camp Cemoro Kandang. Begitu kendaraan itu berlalu, pandangan kami terpaku pada deretan warung-warung seberang jalan. Warung-warung itu seakan melambai agar kami sudi mampir.
“Hmm…sepertinya enak kalo nongkrong dulu. Tadi kan belum ngopi.” pikirku.
Seakan dalam satu komando, kaki kami melangkah menyeberang jalan. Dan tahu-tahu mie instan rebus, teh hangat dan kopi sudah berkumpul dengan menu terminal Tawangmangu di dalam perut. Sarapan kedua.

Spoiler for Sarapan Kedua:


Pos AGL Cemoro Kandang, 22 Desember 2012 pukul 09.00 WIB
Perut semakin kenyang, hati semakin senang. Saatnya berangkat.
Memasuki gerbang Pos AGL, kami disambut dengan gonggongan sepasang Golden Retriever (kalau tidak salah) dewasa dan satu ekor anakan. Mereka tampak gembira melihat kami, sepasang manusia dewasa dan satu manusia anakan.

Setelah registrasi dan membayar biaya Rp 5.000,00 per orang, kami pun melangkah masuk jalur pendakian. Mampir sebentar narsis di depan papan peraturan pendakian sambil berusaha menghafal isinya.

Spoiler for Papan Peraturan:

Ok, berangkat. Langit cerah, angin sepoi-sepoi. Sempurna. Dalam rangka mencapai puncak Lawu, kami sudah merancang strategi perjalanan yaitu strategi alon-alon waton kelakon, dengan alasan biar puas menikmati pemandangan. Awal pendakian kami tapaki jalur tanah tidak terlalu menanjak menembus hutan dengan pepohonan yang tidak terlalu rapat.

Spoiler for Jalur Semak:


Pos 1 : Tamansari Bawah (2.300 mdpl), 22 Desember 2012 pukul 10.30 WIB
Di sini kami istirahat sebentar, foto-fotoan. Pos ini berupa bangunan permanen dengan atap seng yang sudah berlubang di sana sini. Tidak lama ngendon di sini, kami lanjutkan melangkah. Jalur sudah mulai terasa menanjak, dengan hiasan pohon-pohon meranggas sisa kebakaran beberapa waktu lalu.
Spoiler for Taman Sari Bawah:

Sekitar pukul 12.30 WIB, perut minta diisi ulang. Ya udah, berhenti dulu untuk makan nasi bungkus dari Terminal Tawangmangu. Menu yang hadir adalah telur mata sapi dikombinasi dengan oseng-oseng tahu tempe.
Spoiler for Istirahat:

Selesai makan, perjalanan dilanjutkan. Cuaca masih cerah, suhu enak buat jalan. Masih dalam strategi semula, jalan santai yang penting bergerak maju.
Spoiler for Menanjak:

Spoiler for Beriring:

Pos 2 : Taman Sari Atas (2.470 mdpl), 22 Desember 2012 pukul 13.00 WIB
Pos ini mirip dengan pos sebelumnya dengan kondisi yang sudah mulai rusak. Di depan bangunan terdapat area terbuka yang tidak begitu luas, sepertinya enak buat masang tenda. Di sini pun kami tidak berhenti lama.
Spoiler for Dekat Pos 2:

Spoiler for Taman Sari Atas:

Perjalanan berlanjut dengan jalur yang lebih menanjak. Suhu mulai terasa lebih dingin. Kabut tipis juga sudah hadir, mengiringi perjalanan kami meniti bibir Jurang Pangarip-arip.
Spoiler for Nanjak Lagi:

Tidak lama, kabut yang tipis menjadi lebih tebal. Jarak pandang semakin menyusut. Tetes-tetes air dari langit turut memeriahkan suasana. Inilah saatnya berubah. Dengan kecepatan yang sulit dinalar, kostum kami sudah berubah, terbungkus rain coat. Perjalanan bisa dilanjutkan.
Pada titik ini kami disusul oleh serombongan pendaki dari Jakarta. Mereka bersembilanbelas orang. Kami pun bertukar sapa. Karena strategi pendakian yang berbeda dari kami, mereka terus melaju dan kami tetap disiplin untuk jalan nggremet. Kami baru sadar bahwa sedari tadi jalan, tidak bertemu dengan pendaki lain sama sekali kecuali yang barusan lewat. Sepi.

Pos Bayangan, 22 Desember 2012 pukul 15.00 WIB
Hujan semakin deras. Di pos ini kami berhenti cukup lama, diisi kegiatan nyamil dan sholat. Anak saya sempat tidur juga. Pos Bayangan terletak antara Pos 2 dan Pos 3 berupa bangunan kayu yang didominasi material seng.
Spoiler for Pos Bayangan:

Kelamaan istirahat membuat betah. Jadi malas untuk jalan lagi. Namun tujuan masih jauh, karena itu begitu hujan mereda, kami melanjutkan perjalanan.
Spoiler for Di Antara Kabut:

Kabut masih senantiasa jadi selimut alam, kemanapun melayangkan pandangan yang tampak hanya warna putih. Jalur semakin menanjak dan berkelok-kelok. Matahari sudah bersiap-siap melepas tugasnya menyinari dunia hari itu. Pada saat saya dan istri berdiskusi apakah sudah masuk waktu maghrib atau belum, terdengar suara adzan sayup-sayup. Kabut tersibak memperlihatkan rona jingga di cakrawala barat. Hanya dua kata yang bisa terucap, Masya Allah. Kami pun menunaikan ibadah di sebuah tikungan.
Namun pertunjukan alam ini hanya berlangsung sebentar. Begitu sholat selesai, tirai kabut kembali menutup, hujan rintik berangsur menderas dan cahaya matahari perlahan sirna. Sudah saatnya senter melaksanakan tugas.

Bersambung . . .
Diubah oleh studiokimus 21-05-2014 12:31
0
17.3K
168
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Catatan Perjalanan OANC
Catatan Perjalanan OANC
icon
1.9KThread1.5KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.