Merangkul Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai mitra koalisi, belum tentu menjadi kunci kemenangan Pemilu 2014 mendatang.

Menurut pengamat politik, Saleh Daulay, partai-partai politik (parpol) sebenarnya masih memiliki waktu untuk menarik simpati rakyat agar.

"Saya tidak melihat merangkul PDIP adalah kunci sukses pada Pemilu 2014 nanti," kata akademisi dari Univesitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah tersebut, ketika dihubungi Beritasatu.com, Selasa (1/1).

Namun Saleh menilai wajar, jika Partai Golkar (PG) maupun Partai Demokrat (PD) kini mulai melirik partai oposisi itu. Pasalnya, posisi PDIP sebagai oposisi justru makin menguatkan legitimasi partai tersebut.

"PDIP masih cukup diperhitungkan di pentas politik nasional. Apalagi, posisi PDIP sebagai partai oposisi ternyata membuat partai ini semakin kuat. Artinya, tanpa berada di kabinet, PDIP bisa membuktikan kalau mereka kuat," lanjutnya.

Hal tersebut disampaikan oleh Saleh menyusul sinyal-sinyal koalisi yang mulai dilemparkan Golkar dan Demokrat terhadap PDIP, menuju Pemilu 2014 mendatang.

Menurutnya, pendekatan yang dilakukan Golkar dan Demokrat bukan karena keduanya tidak percaya diri. "Penjajakan awal koalisi penting untuk mempersiapkan parpol pada Pemilu 2014," kata dia.

Namun, kata Saleh pula, hal tersebut hanya mungkin terjadi jika calon presiden (capres) PDIP bukan calon lama yaitu Megawati Soekarnoputri. Untuk sistem koalisi, baik Golkar maupun Demokrat ditengarai akan memberikan bagian calon wakil presiden (cawapres), dan bukan capres (kepada PDIP).

Jika koalisi berhasil, Saleh menilai, PDIP diperkirakan akan mengusung cawapres Puan Maharani. Sebaliknya, jika pendekatan koalisi gagal, maka tiga parpol ini justru akan menjadi rival ketat pada pesta demokrasi mendatang.

"Pendekatan yang mereka lakukan akan menjadi buyar, bila kemudian Megawati masih tertarik untuk maju menjadi capres. Sebagai mantan Presiden, Megawati tentu tidak mungkin diajak koalisi menjadi cawapres," tutupnya.