- Beranda
- The Lounge
sholat khusyu bukan hanya utk nabi tok, pengikutnya pun wajib khusyu - caranya mudah
...
TS
muhas14
sholat khusyu bukan hanya utk nabi tok, pengikutnya pun wajib khusyu - caranya mudah
-HT-
Quote:
-PENDAHULUAN-
Quote:
Sallaam bagi kita semua
semoga selalu sewmangat menjalankan ibadah puasa
siang siang dari pada tidur, melamun memikirkan yg nggak2
mending kita isi dengan sesutau yg bermanfaat bagi kita
sesuatu itu saya kutip dr buku pelatihan shalat khusyu, karya Abu sangkan.
berikut sesuatu itu. Silahkan dibaca, semoga bermanfaat bagi kita semua
sholat khusyu itu mudah
Quote:
Khusyu' bukanlah sesuatu yang rumit tetapi bukan juga sesuatu yang gampang.
Coba kita bandingkan shalat dengan mengendarai mobil. Pada mulanya, mengendarai mobil itu terasa amat sulit. Saat kita mencoba duduk di belakang kemudi, kita serasa berada di ruangan yang sangat besar dan mata kita hanya mampu melihat lurus ke depan. Logika otak kiri mulai mengarahkan tangan dan kaki dengan perhitungan, bahwa untuk berjalan harus memasukkan gigi satu, dilanjutkan gigi dua, tiga, empat atau lima. Sekaligus kita harus berhati-hati menjaga agar roda mobil tidak terperosok ke lobang atau parit. Otak kiri kita sesuai fungsinya bekerja berdasarkan peraturan membawa mobil yang telah ditetapkan. Namun saat kita hendak memasukkan gigi satu, perintah otak untuk menginjak kopling terasa tidak seimbang sehingga mobil bergerak melompat. Perhitungan otak kiri dalam kondisi seperti ini memerintahkan kaki untuk menginjak rem. Lagi-Iagi remnya diinjak dengan logika sehingga mobil berhenti mendadak.
Pengguna otak kiri terlihat tegang saat memegang stir. Tubuhnya tegak dan kaku, matanya menatap ke depan, hampir tidak berani berkedip. Pikirannya mengira jalanan dibuat terlalu sempit sehingga ia berjalan di tengah-tengah, karena khawatir rodanya terporosok ke parit.
Sekarang marilah kita padukan potensi otak kiri dan kanan kita dalam mengendarai mobil. Perhitungan otak kiri kita jadikan sebagai acuan ilmu pengetahuan untuk menjalankan mobil. lnjak kopling, masukkan gigi satu lalu lepaskan pedal kopling pelanpelan, dengan perasaan. Mula-mula agak kaku dan masih terasa tersendat-sendat. Cobalah terus dirasakan sehingga terjadi
perpaduan antara otak kiri dan otak kanan. Otak kiri akan mengikuti otak kanan yang jauh lebih cerdas, yang mengetahui keadaan di sisi kiri dan kanan mobil kita. Otak kanan mampu menghitung kapan harus masuk menyalip mobil di depannya dan bagaimana mengerem dengan tepat tanpa membuat orang terjungkal. Otak kanan kita tidak liar lagi karena telah terpadu dengan otak kiri yang mampu mengikuti kemana imajinasi pikiran melayang. Dengan sentuhan emosi dan perasaan, membawa mobil menjadi lebih halus dan seimbang. Inilah yang dinamakan dekonsentrasi bukan konsentrasi. Hasilnya adalah sebuah relaksasi yang menjadikan orang mampu untuk bekerja lama dan menikmatinya. Sebaliknya kalau otak kiri dan kanan tidak bersinergi maka yang dihasilkan adalah rasa tidak nyaman dan tegang.
Selama ini kita shalat hanya selalu menggunakan tata aturan otak kiri (hukum-hukum fiqh) yang kenyataannya adalah menghasilkan ketidaknyamanan dan rasa jenuh. Perasaan terpisah karena harus memenuhi logika hukum, sementara aktivitas otak kanan dibiarkan liar oleh karena telah berprinsip:"Yang penting sudah memenuhi syarat sahnya shalat". Padahal Rasulullah telah memperingatkan, bahwa di dalam shalat atau ibadah apa pun kesadaran spiritual (otak kanan) harus diaktifkan, yaitu merasakan kehadiran Allah dihadapan kita (ihsan). Hasilnya tentu akan sangat berbeda kalau dibandingkan dengan ibadah yang dilakukan hanya memenuhi syarat rukunnya saja. Pengguna otak kanan akan memahami dengan emosinya, bagaimana Allah hadir menyambut dan memberikan jawaban-jawaban atas permohonannya, serta mampu merasakan rahmat dan ketenangan yang mengalir secara langsung ke dalam hatinya. Keadaan ini tidak akan bisa diterima oleh perhitungan logika, karena logika tidak memiliki alat ukur untuk menangkap sisi ini, seperti tidak mampunyai otak kiri menangkap naluri berbisnis, naluri memimpin, naluri bertempur, yang semuanya timbul dari aktivitas otak kanan yang bersifat intuitif.
Coba kita bandingkan shalat dengan mengendarai mobil. Pada mulanya, mengendarai mobil itu terasa amat sulit. Saat kita mencoba duduk di belakang kemudi, kita serasa berada di ruangan yang sangat besar dan mata kita hanya mampu melihat lurus ke depan. Logika otak kiri mulai mengarahkan tangan dan kaki dengan perhitungan, bahwa untuk berjalan harus memasukkan gigi satu, dilanjutkan gigi dua, tiga, empat atau lima. Sekaligus kita harus berhati-hati menjaga agar roda mobil tidak terperosok ke lobang atau parit. Otak kiri kita sesuai fungsinya bekerja berdasarkan peraturan membawa mobil yang telah ditetapkan. Namun saat kita hendak memasukkan gigi satu, perintah otak untuk menginjak kopling terasa tidak seimbang sehingga mobil bergerak melompat. Perhitungan otak kiri dalam kondisi seperti ini memerintahkan kaki untuk menginjak rem. Lagi-Iagi remnya diinjak dengan logika sehingga mobil berhenti mendadak.
Quote:
Pengguna otak kiri terlihat tegang saat memegang stir. Tubuhnya tegak dan kaku, matanya menatap ke depan, hampir tidak berani berkedip. Pikirannya mengira jalanan dibuat terlalu sempit sehingga ia berjalan di tengah-tengah, karena khawatir rodanya terporosok ke parit.
Quote:
Sekarang marilah kita padukan potensi otak kiri dan kanan kita dalam mengendarai mobil. Perhitungan otak kiri kita jadikan sebagai acuan ilmu pengetahuan untuk menjalankan mobil. lnjak kopling, masukkan gigi satu lalu lepaskan pedal kopling pelanpelan, dengan perasaan. Mula-mula agak kaku dan masih terasa tersendat-sendat. Cobalah terus dirasakan sehingga terjadi
perpaduan antara otak kiri dan otak kanan. Otak kiri akan mengikuti otak kanan yang jauh lebih cerdas, yang mengetahui keadaan di sisi kiri dan kanan mobil kita. Otak kanan mampu menghitung kapan harus masuk menyalip mobil di depannya dan bagaimana mengerem dengan tepat tanpa membuat orang terjungkal. Otak kanan kita tidak liar lagi karena telah terpadu dengan otak kiri yang mampu mengikuti kemana imajinasi pikiran melayang. Dengan sentuhan emosi dan perasaan, membawa mobil menjadi lebih halus dan seimbang. Inilah yang dinamakan dekonsentrasi bukan konsentrasi. Hasilnya adalah sebuah relaksasi yang menjadikan orang mampu untuk bekerja lama dan menikmatinya. Sebaliknya kalau otak kiri dan kanan tidak bersinergi maka yang dihasilkan adalah rasa tidak nyaman dan tegang.
Quote:
Selama ini kita shalat hanya selalu menggunakan tata aturan otak kiri (hukum-hukum fiqh) yang kenyataannya adalah menghasilkan ketidaknyamanan dan rasa jenuh. Perasaan terpisah karena harus memenuhi logika hukum, sementara aktivitas otak kanan dibiarkan liar oleh karena telah berprinsip:"Yang penting sudah memenuhi syarat sahnya shalat". Padahal Rasulullah telah memperingatkan, bahwa di dalam shalat atau ibadah apa pun kesadaran spiritual (otak kanan) harus diaktifkan, yaitu merasakan kehadiran Allah dihadapan kita (ihsan). Hasilnya tentu akan sangat berbeda kalau dibandingkan dengan ibadah yang dilakukan hanya memenuhi syarat rukunnya saja. Pengguna otak kanan akan memahami dengan emosinya, bagaimana Allah hadir menyambut dan memberikan jawaban-jawaban atas permohonannya, serta mampu merasakan rahmat dan ketenangan yang mengalir secara langsung ke dalam hatinya. Keadaan ini tidak akan bisa diterima oleh perhitungan logika, karena logika tidak memiliki alat ukur untuk menangkap sisi ini, seperti tidak mampunyai otak kiri menangkap naluri berbisnis, naluri memimpin, naluri bertempur, yang semuanya timbul dari aktivitas otak kanan yang bersifat intuitif.
SUMBER: abu sangkan
/
silahkan
keep brother good
0
2K
Kutip
16
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
924.5KThread•88.7KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya