starindoproAvatar border
TS
starindopro
Menagih Janji Sang Gubernur "Ahli"- foke
Menagih Janji Sang Gubernur "Ahli"
Dede Suryana - Okezone
Rabu, 1 Agustus 2012 12:33 wib

Spoiler for foke:



JAKARTA - Masih ingat dengan jargon serahkan pada ahlinya? Sebuah slogan, moto atau semboyan tegas dari Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo (Foke) saat terpilih memimpin Jakarta pada pertengahan 2007 silam.

Kini, nyaris semua warga Jakarta berteriak. Menagih janji sang ahli untuk mengurai ‘benang kusut’ ibu kota, mulai dari banjir, macet, kemiskinan, pengangguran dan silang sengkarut persoalan di Jakarta.

Salah satu yang menagih janji Foke adalah warga Jakarta yang menjadi wakil rakyat di Senayan, Fayakhun Andriadi. Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar ini, bahkan terang-terangan mengirim surat terbuka untuk Gubernur DKI.

Isinya, secara garis besar meminta Foke memanfaatkan waktu yang tinggal beberapa bulan ini, untuk memenuhi janjinya membereskan Jakarta. Sebab belum tentu Foke kembali terpilih pada putaran kedua Pemilukada DKI, 20 September nanti.

Selengkapnya berikut, surat terbuka untuk gubernur DKI Jakarta yang diterima Okezone, Rabu (1/8/2012):

Yth Gubernur DKI Jakarta, Bpk Fauzi Bowo.

Dalam berbagai kesempatan wawancara di media dan tatap muka dengan warga Jakarta, atau bahkan melalui papan-papan reklame yang bertebaran di wilayah Jakarta, dalam ribuan spanduk, hingga stiker yang memuat foto Anda, Anda melontarkan kalimat ‘serahkan pada ahlinya’, jargon yang menyasar kepada kepiawaian Anda dalam menyelesaikan tumpukan persoalan yang melilit Jakarta. Untuk itulah surat ini saya alamatkan.

Pak Gubernur, sebelumnya perlu Anda ketahui bahwa di tahun 2007 menjelang Perhelatan akbar pesta demokrasi Pemilukada Jakarta, saya ikut mendukung Anda. Tentu saja sebagai warga Jakarta yang merasakan betul hiruk pikuk kehidupan kota Jakarta, saya tak asal dalam menentukan pilihan. Bagi saya, Kota Jakarta harus dipimpin oleh orang yang betul-betul ahli, sekelas Ali Sadikin atau pun Bang Yos.

Saya ingat betul, Anda pernah berjanji akan menyelesaikan permasalahan di Jakarta, terutama kemacetan, banjir dan kemiskinan. Untuk mengatasi kemacetan tersebut, Anda bilang akan terus mengembangkan konsep transportasi makro seperti busway dan monorail. Merevisi Perda ketertiban umum dan Perda lainnya agar lebih berpihak kepada warga miskin. Sementara untuk banjir, Anda juga sempat mengatakan,“serahkan saja pada ahlinya”.

Dari sisi kompetensi akademik, gelar Doktor-Ingenieur dari Universitas Teknologi Kaiserlautern yang Anda sandang ini memang tampak menjanjikan. Pun demikian dari sisi penampilan, Kesan ‘gagah’ yang saya dapati dari Patung Elang Bondol yang mencengkram Salak Condet di perbatasan Jakarta-Bekasi seakan melekat pada Anda.

Sebagai warga Jakarta yang memimpikan sosok pemimpin yang gagah, berani dan mampu melakukan perubahan, pada 2007 itu saya betul-betul menyandarkan pengharapan akan DKI yang lebih baik dan modern pada anda. Hanya saja, dalam perjalanannya, lamat-lamat kesan itu semakin sirna. Saya tak mendapati sosok Anda yang aktif, kompeten dan tentu saja ahli dalam mengurusi kota Jakarta. Entah kenapa, kesan yang saya dapat dari sosok Anda saat ini malah sebaliknya. Apa yang dapat kita saksikan dari wajah DKI Jakarta sama sekali jauh dari apa yang dijanjikan.

Pak Gubernur. Di antara sekian banyak hal yang memperihatinkan, saya berharap anda berkenan memikirkan hal berikut secara serius sebagai bukti bahwa anda betul-betul punya perhatian dan kepedulian pada warga DKI Jakarta, terutama warga yang kurang beruntung.

Hal-hal yang akan saya ungkapkan dibawah ini adalah pemandangan keseharian saya dalam perjalanan pagi berangkat menuju kantor dan sore/malam sepulang dari kantor menuju rumah.

Pertama, pengemis cilik di tengah kota. Sebuah pemandangan umum yang menurut saya tidak normal, tidak manusiawi, namun terlihat sepanjang hari : pengemis cilik. Sebuah ironi, di tengah hiruk pikuk kehidupan warga kota Jakarta yang seakan tak pernah lelah beradu nyali untuk menyasar paradigma peningkatan kualitas hidup, terlihat anak-anak kecil yang seharusnya melewatkan masa kanak-kanak yang indah, secara tidak manusiawi dipaksa oleh entah siapa, menjadi pengemis di banyak titik di kota.

Kedua, Joki 3 in 1. Saban hari, kecuali hari libur, joki 3 in 1 mengular di bahu-bahu jalan menjelang jalan protokol yang ditetapkan sebagai kawasan 3 in 1. Fenomena ini mempertontonkan kepada masyarakat betapa lemahnya wibawa Pemda DKI Jakarta. Atau, mungkin memang anda tidak mempunyai kepedulian sama sekali terhadap kewibawaan itu.

Saya meyakini, Keputusan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 4104/2003 tanggal 23 Desember tahun 2003 tentang Penetapan Kawasan Pengendalian Lalu Lintas Dan Kewajiban Mengangkut Paling Sedikit 3 Orang Penumpang Perkendaraan Pada Ruas-Ruas Jalan Tertentu di Provinsi DKI Jakarta tertata rapih di Gedung Pemerintah DKI Jakarta, dan anda sebagai Gubernur pasti sangat tahu akan peraturan ini.

Tapi kenapa Anda tak mampu menangkap semangat dan substansi dari peraturan yang dikeluarkan oleh pendahulu anda tersebut. Anda membiarkan terjadinya kongkalingkong antara pemilik mobil dengan joki 3 in 1 dalam menyiasati peraturan yang telah dibuat sehingga tujuan dan semangat yang diusung oleh Perda tersebut tidak tercapai.

Pak Gubernur, saya rindu melihat tindakan nyata dan spektakuler anda membebaskan Jakarta dari persoalan 3 ini 1, minimal dalam waktu sisa jabatan ini. Lebih baik telat daripada tidak sama sekali.

Persoalan ketiga, ketidaknyamanan dan ketidakamanan transportasi umum. Buruknya kondisi transportasi umum DKI Jakarta sungguh sangat memalukan: penumpang berdesakan sehingga rawan terjadi pencurian, pelecehan seksual, atau bahkan terjatuh dari bis umum; kondisi kendaraan yang tidak layak jalan; disiplin pengemudi yang sangat rendah; dan sebagainya.

Bahkan Busway, yang tadinya diharapkan menjadi primadona transportasi umum, semakin menunjukkan wajah ketidaknyamanan dan ketidak-amanan bagi penumpang. Tidak saja pada kondisi kendaraaan yang tidak dirawat secara baik –sehingga sering mogok di jalan, beberapa kali terjadi kebakaran bahkan pernah terjadi tepat di bundaran HI, sangat sangat memalukan.

Keempat, fasilitas umum yang membahayakan keselamatan. Pak Gubernur, sesekali sempatkanlah diri mengitari jalanan ibukota secara santai, lihat detil demi detil. Maka saya yakin anda akan menyaksikan betapa banyak separator busway yang sudah rusak, jalanan yang berlobang. Tentu saya tidak harus jelaskan disini betapa bahaya kondisi demikian terhadap jiwa manusia. Dengan uang APBD DKI Jakarta yang berjumlah ratusan triliunan rupiah itu, maka biaya untuk memperbaiki jalanan berlobang dan separator busway tidak akan membebani anggaran sama sekali. Tinggal kemauan saja dari anda.

Kelima, hak-hak para pejalan kaki (pedestrian). Ibu kota DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Anda semakin tidak nyaman bagi pejalan kaki. Hak-hak mereka tergerus oleh pembiaran yang dilakukan oleh Pemda DKI terhadap para pelanggar peraturan.

Sekali lagi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Anda masih punya kesempatan meninggalkan hasil kerja positif buat warga DKI Jakarta.

Salam

(ded)


Spoiler for sumber:


walaupun masih dua bulan kepemipinan...^^
0
2.8K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.