- Beranda
- The Lounge
HRD indonesia sucks !!
...
TS
ahmedinejad_IX
HRD indonesia sucks !!
share aja deh , yg pernah kerja d luar en tau jomplangnya kesejahteraan dtunggu komenya hehe ...
Quote:
Sebuah relita
To all my friends
Sebetulnya yang bikin susah orang Indonesia itu ya orang Indonesia sendiri. Juga berdasarkan pengalaman dan pengamatan pribadi, sekarang ini mudah sekali menemukan orang HR dan top management yang orang Indonesia yang menurut pendapat saya tidak qualified untuk posisi mereka. Problemnya, diIndonesia saat ini masih berlaku seniority bukan quality. Dan yang paling susah kalau top management dan orang HR tidak mempunyai background management dan leadership qualities.
Bagaimana mau memajukan dan menguntungkan karyawan, mereka sendiri lebih concern dengan kelanggengan posisi mereka sendiri. Mereka memikirkan nasib mereka duluan. Kalau mereka aman, baru mereka memikirkan karyawan.
Lagian kita juga sebagai orang Indonesia jangan dibiasakan dengan pemikiran bahwa expat bule di Indonesia itu lebih bagus dari kita. Berdasarkan pengalaman saya kerja di luar Indonesia, saya menemukan kenyataan bahwa sebetulnya expat bule di Indonesia sekarang ini banyak yang kualitasnya sama dengan pekerja biasa di sini. Jadi, kalau memang ada bule di kantor rekan-rekan, anggap aja mereka itu kolega bukan boss atau superior. Jangan menganggap mereka itu lebih tahu dari kita. Dan yang paling penting rekan-rekan harus bisa memanfaatkan peluang agar mereka share ilmu dan pengalamannya dengan kita.
Bicara soal gaji, memang ironis.
Bayangkan aja di Indonesia mungkin rata-rata gaji fresh graduate sekarang sekitar 2 juta/bulan (sorry if I'm wrong). Dengan 21 hari kerja dan 8 jam kerja per hari, gaji mereka berarti sekitar 11,900/jam. Kalau dikurs ke US$dengan rate (10,500) berarti > 1.13 dolar/jam. Woi...disini secangkir kopi Starbuck biasa aja udah 1.48 dolar. Buat beli kopi aja nggak akan cukup.
Jadi memang benar slave wages. Malah mendekati freelance.
Business ethic di Indonesia? Saat ini, dream on! Sulit sekali menemukan perusahaan asing di Indonesia yang memang menerapkan company's principals and goals. Kenapa? Karena kembali lagi ke top managementnya yang orang Indonesia. Jadi, sadarlah rekan-rekan, sebetulnya yang bikin susah kita itu orang Indonesia
sendiri. Dan ini dilanggengkan dengan kultur Indonesia yang memang suka segan untuk complaint, terima apa adanya yang penting aman. Simak ini:
Apakah kebodohan2 perusahaan multinasional yang ada di Indonesia, yg antara lain dilanggengkan oleh mental para staff HR-nya?
1. Bangga bahwa gaji karyawan jauh diatas UMR. Hal ini bodoh sekali, karena dia telah memposisikan diri setara dengan perusahaan lokal yg paling miskin, yang menjadi pangkal perhitungan UMR. Jadi kita ketawain saja kalau ada perusahaan multinasional (bank, konsultansi, tambang batubara, minyak, emas, dll.) yg bangga karena upahnya telah memenuhi UMR. Dan sebagai orang HR Anda harus malu.... dan menangis. (Perbandingan yg benar: Wah mekanik kami digaji dibawah mekanik Australia. Kami hanya menggaji Rp. 30 juta, padahal di australia mereka mendapat 4 ribu dollar. Padahal produktifitas mereka sama. Kami akan berjuang untuk perbaikan gaji... dlsb.)
2. Upah karyawan lokal bisa dibilang "slave wages". Itulah yang langsung saya dengar dari manajer HR bule. "We pay slave wages in Indonesia". Berapakah gaji seorang Admin Assistant? Rp. 700 ribu? Seorang operator mining Rp. 1,5 juta? Rp 2 juta? Itu kan sama dengan US 62 dolar hingga 200 dolar. Sama dengan upah seorang pencuci piring selama 5 jam di AS. Kalau orang HR di perusahaan multinasional sudah bermental kere, maka ia akan bangga memberikan "slave wages". Kalau manajernya juga bermental begitu... wah.. ya sudah...
3. Bangga bisa memeras karyawan Indonesia, cuek dengan gaji konsultan asing. Sebagai orang HR, Anda pasti dipuja-dipuji, bisa mereduce cost hingga seminim mungkin. Anda bangga dengan prestasi ini. Hasilnya: Gaji 200 staff indonesia bisa jadi sama dengan gaji 10 konsultan bule.... Ini benar ada yg begitu lho (Dan Anda masih bisa tidur nyenyak???)
4. Punya business ethics tapi diterapkan secara pilih2 di Indonesia. Wah, bulan2 ini saya dengar banyak perusahaan yang bangga mensosialisasikan code of conduct/business conduct/business ethics yg dibuat perusahaan induk. Mulai dari perusahaan konsultasi hingga groceries dan internet related companies. Tapi, saya yakin penerapannya pilih2.
Contoh: dalam salah satu code of conduct dari perusahaan konsultan multinasional yang saya dapatkan di websitenya, mengatakan: "employees with similar responsibilities should be rewarded with fair and similar benefits without discriminations on sex, races, nationalities and religions".
Well, bagus sekali. Dan itu saya kira pas sekali dengan prinsip keadilan universal. Lalu saya tanyakan ke teman saya yg kerja di anak perusahaan setempat, apakah hal itu masuk di versi Indonesianya? Weh, ternyata tidak.
Usut punya usut, itu bisa jadi 'pasal' rawan, karena ketika saya tanyakan berapa range gaji seorang manajer Indonesia? "Well, seorang manajer perusahaan kami kurang lebih mendapat gaji Rp.13juta/bulan. Yang bule kurang lebih US 10 ribu./bulan". Wah, itu sih malah business "misconduct" bukan conduct.
So, teman2 HR, itulah kebodohan2 perusahaan multinasional yang telah saya amati selama bertahun2 bekerja di luar negeri lalu kerja didalam negeri. Di malaysia dan AS saya digaji sama dengan orang bule maupun orang Afrika. Jadi kesimpulan saya adalah: Orang2 HR Indonesianya sendirilah yang membuat pekerja Indonesia ini menderita...So, marilah kita bersama2 tertawakan para HR staff perusahaan Multinasional di Indonesia.
Lain kali kalau ketemu orang HR multi-nasional, kita tanyakan saja apakah ia bener2 bangga kerja di perusahaan dengan karakter di atas. Bila iya?
hehe memang dasar ....
Maafkan saya bila mengungkapkan hal2 yang pahit tapi benar.
To all my friends
Sebetulnya yang bikin susah orang Indonesia itu ya orang Indonesia sendiri. Juga berdasarkan pengalaman dan pengamatan pribadi, sekarang ini mudah sekali menemukan orang HR dan top management yang orang Indonesia yang menurut pendapat saya tidak qualified untuk posisi mereka. Problemnya, diIndonesia saat ini masih berlaku seniority bukan quality. Dan yang paling susah kalau top management dan orang HR tidak mempunyai background management dan leadership qualities.
Bagaimana mau memajukan dan menguntungkan karyawan, mereka sendiri lebih concern dengan kelanggengan posisi mereka sendiri. Mereka memikirkan nasib mereka duluan. Kalau mereka aman, baru mereka memikirkan karyawan.
Lagian kita juga sebagai orang Indonesia jangan dibiasakan dengan pemikiran bahwa expat bule di Indonesia itu lebih bagus dari kita. Berdasarkan pengalaman saya kerja di luar Indonesia, saya menemukan kenyataan bahwa sebetulnya expat bule di Indonesia sekarang ini banyak yang kualitasnya sama dengan pekerja biasa di sini. Jadi, kalau memang ada bule di kantor rekan-rekan, anggap aja mereka itu kolega bukan boss atau superior. Jangan menganggap mereka itu lebih tahu dari kita. Dan yang paling penting rekan-rekan harus bisa memanfaatkan peluang agar mereka share ilmu dan pengalamannya dengan kita.
Bicara soal gaji, memang ironis.
Bayangkan aja di Indonesia mungkin rata-rata gaji fresh graduate sekarang sekitar 2 juta/bulan (sorry if I'm wrong). Dengan 21 hari kerja dan 8 jam kerja per hari, gaji mereka berarti sekitar 11,900/jam. Kalau dikurs ke US$dengan rate (10,500) berarti > 1.13 dolar/jam. Woi...disini secangkir kopi Starbuck biasa aja udah 1.48 dolar. Buat beli kopi aja nggak akan cukup.
Jadi memang benar slave wages. Malah mendekati freelance.
Business ethic di Indonesia? Saat ini, dream on! Sulit sekali menemukan perusahaan asing di Indonesia yang memang menerapkan company's principals and goals. Kenapa? Karena kembali lagi ke top managementnya yang orang Indonesia. Jadi, sadarlah rekan-rekan, sebetulnya yang bikin susah kita itu orang Indonesia
sendiri. Dan ini dilanggengkan dengan kultur Indonesia yang memang suka segan untuk complaint, terima apa adanya yang penting aman. Simak ini:
Apakah kebodohan2 perusahaan multinasional yang ada di Indonesia, yg antara lain dilanggengkan oleh mental para staff HR-nya?
1. Bangga bahwa gaji karyawan jauh diatas UMR. Hal ini bodoh sekali, karena dia telah memposisikan diri setara dengan perusahaan lokal yg paling miskin, yang menjadi pangkal perhitungan UMR. Jadi kita ketawain saja kalau ada perusahaan multinasional (bank, konsultansi, tambang batubara, minyak, emas, dll.) yg bangga karena upahnya telah memenuhi UMR. Dan sebagai orang HR Anda harus malu.... dan menangis. (Perbandingan yg benar: Wah mekanik kami digaji dibawah mekanik Australia. Kami hanya menggaji Rp. 30 juta, padahal di australia mereka mendapat 4 ribu dollar. Padahal produktifitas mereka sama. Kami akan berjuang untuk perbaikan gaji... dlsb.)
2. Upah karyawan lokal bisa dibilang "slave wages". Itulah yang langsung saya dengar dari manajer HR bule. "We pay slave wages in Indonesia". Berapakah gaji seorang Admin Assistant? Rp. 700 ribu? Seorang operator mining Rp. 1,5 juta? Rp 2 juta? Itu kan sama dengan US 62 dolar hingga 200 dolar. Sama dengan upah seorang pencuci piring selama 5 jam di AS. Kalau orang HR di perusahaan multinasional sudah bermental kere, maka ia akan bangga memberikan "slave wages". Kalau manajernya juga bermental begitu... wah.. ya sudah...
3. Bangga bisa memeras karyawan Indonesia, cuek dengan gaji konsultan asing. Sebagai orang HR, Anda pasti dipuja-dipuji, bisa mereduce cost hingga seminim mungkin. Anda bangga dengan prestasi ini. Hasilnya: Gaji 200 staff indonesia bisa jadi sama dengan gaji 10 konsultan bule.... Ini benar ada yg begitu lho (Dan Anda masih bisa tidur nyenyak???)
4. Punya business ethics tapi diterapkan secara pilih2 di Indonesia. Wah, bulan2 ini saya dengar banyak perusahaan yang bangga mensosialisasikan code of conduct/business conduct/business ethics yg dibuat perusahaan induk. Mulai dari perusahaan konsultasi hingga groceries dan internet related companies. Tapi, saya yakin penerapannya pilih2.
Contoh: dalam salah satu code of conduct dari perusahaan konsultan multinasional yang saya dapatkan di websitenya, mengatakan: "employees with similar responsibilities should be rewarded with fair and similar benefits without discriminations on sex, races, nationalities and religions".
Well, bagus sekali. Dan itu saya kira pas sekali dengan prinsip keadilan universal. Lalu saya tanyakan ke teman saya yg kerja di anak perusahaan setempat, apakah hal itu masuk di versi Indonesianya? Weh, ternyata tidak.
Usut punya usut, itu bisa jadi 'pasal' rawan, karena ketika saya tanyakan berapa range gaji seorang manajer Indonesia? "Well, seorang manajer perusahaan kami kurang lebih mendapat gaji Rp.13juta/bulan. Yang bule kurang lebih US 10 ribu./bulan". Wah, itu sih malah business "misconduct" bukan conduct.
So, teman2 HR, itulah kebodohan2 perusahaan multinasional yang telah saya amati selama bertahun2 bekerja di luar negeri lalu kerja didalam negeri. Di malaysia dan AS saya digaji sama dengan orang bule maupun orang Afrika. Jadi kesimpulan saya adalah: Orang2 HR Indonesianya sendirilah yang membuat pekerja Indonesia ini menderita...So, marilah kita bersama2 tertawakan para HR staff perusahaan Multinasional di Indonesia.
Lain kali kalau ketemu orang HR multi-nasional, kita tanyakan saja apakah ia bener2 bangga kerja di perusahaan dengan karakter di atas. Bila iya?
hehe memang dasar ....
Maafkan saya bila mengungkapkan hal2 yang pahit tapi benar.
0
9.4K
Kutip
135
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
924.6KThread•88.9KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya