Sebelum membaca sesi ini, kita akan kembali lagi di bagian berbeda thread saya yaitu brainstrorming, let's digging deeper and more and more. Menuju tak terbatas dan melampauinyaa....



Namun, saya sarankan kembali bagi yang tidak ingin, berada di sesi ini, dimohon tutup spoiler dan lanjutkan ke sesi pembahasan.

karena ini mungkin sejenis klikbed huahaha



But, I'd always lovin' this scene. Nyalakan musiknya dan enjoy it bradss…

1. Play music
2. Pake hedset
3. Lanjut baca


This wonderful orchestra by Atom Music Audio - you can go youtube to knowin' more about it.




Mengapa, iya mengapa, para expert / ahli ( bukan ts ) perlu menjabarkan tentang hal sepele, mungkin seperti tulisan barusan tentang pembahasan tema "percepatan" di esdeh? Karena, kita lihat "read me", "cookies agreement" atau "term and condition", apakah ada yang membaca? Tidak. Namun, setiap instansi tetap memberikannya.

Waktu dimana tingkat kesabaran perlu ditinggikan


Agar tahu, iya agar tahu, jika ada yang tetap bertanya dengan sembrono semau sendiri hingga sambil meng-SJW-kan diri, bisa dikatakan minus literasi.

Itulah yang terbesit jika melihat netizen sosmed bangsa Indonesia dengan sikap barbariannya bahkan beberapa kali terpilih sebagai komunitas internet citizen yang paling tidak ramah, semoga kaskus tidak.

Dewasa ini, literasi antar orang berbeda-beda, dan beberapa pula selalu merasa berseberangan terhadap para penjelas, guru, priest, religion scholar, bahkan kyai. Tanpa tahu dasar BASICnya. Ya, para SJW muda yang bahkan merasa paling tahu setelah baca 1 artikel atau tulisan keresahan di platform kicau burung biru, membully seorang intelektual yang telah tersertifikasi, berijazah, terkualifikasi tanpa pandang bulu, namun kerap kali berbuah klarifikasi. Keanoniman, yang dimanfaatkan secara salah.

Bayangkan, ada suatu masa di era ini Bang Komeng, inget ini komeng loh, dipermasalahkan cara komedinya oleh sjw. Yang harus diketahui Komeng ini, memang lawakannya model spontan. Namun dipermasalahkan.

Jika komeng yang ngomong, komeng loh ini, komeng, yang uhuy uhuy tahun 2000. Tiba tiba nyeplos, misal celetukan "tunggu aje ampe lebaran monyet", lalu sjw menanyakan jika Komeng ini merendahkan suatu hari besar yang akan segera terjadi. Dan mengatakan orang yang merayakan nya adalah monyet. Ini hanya permisalan, menggambarkan susahnya teratawa di era sekarang.

Lalu, becandaan spontan orang seperti komeng, warkop dki dll yang bisa dikatakan kecerdasan atau humor intelectual nya sudah teruji bertahun-tahun. Di bawa serius sama, anak muda anak muda rigid ini. Stunting Youngster.

Itu juga terjadi pada para Guru Besar, Profesor, Pendakwah agama apapun, Ahli, Expert. Beberapa kali ditentang. Guru sekarang sudah mulai hilang rasa untuk digugu nya, bahkan beberapa murid sangat antipati terhadap perkataan sang guru.

Hilangnya Martabat Sang Guru / Para Pendawuh


Hasil dari didikan orang tua yang terlalu membebaskan dan memanjakan. Meng-generate generasi muda tanpa adab, walaupun sejatinya mereka ini yang akan melanjutkan estafet kepenerusan bangsa ini.

Seorang guru jika salah, dalam keilmuan tradisionil, kita lihat dari sisi pesantren. Sang guru akan berbicara, jika saya salah ingatkan lah saya. Di suatu ketika saat berlangsungnya ajang diskusi, sang murid merasa gurunya melakukan beberapa materi yang salah atau sedikit mengarah ke hal ekstrem, namun murid yang baik dan cerdas emosionalnya tidak akan berdiri lalu berteriak dan menentang seorang guru di tengah keramaian seakan menjadi pahlawan freedom of speech.

( Itulah, jika bisa berikan nasihat, untuk temanmu, kerabatmu siapapun itu tanpa perlu melihatkan kehebatanmu dalam menganalisa ke khayalak. )

Namun murid ini akan dawuh ke sang guru saat waktu personal, dan menjelaskannya. Namun sekarang? Adab telah sirna, pengakuan individu dan eksposur adalah tujuan. Guru dilarang berlaku keras kepada murid, murid yang notabene anak muda akan mengartikan ini adalah era rebel yang dibenarkan.

Rasa hormat kepada guru perlahan sirna, walaupun masih ada titik titik harapan di berbagai wilayah, ya, mereka para murid yang tetap memberi kejelasan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang menjunjung tinggi adab ( manners ).

Bubble Milenial SJW, mereka menggaungkan freedom of speech, namun mereka juga yang melarang dan menghina orang yang telah speech. Padahal mereka yang merasa paling toleran, tapi mereka pula yang melakukan intoleran kepada saudaranya yang dirasa berbeda pendapat dengannya.

Endurance atau kekebalan daya pikiran, daya fisik, daya nalar murid melemah, murid era sekarang yang notabene adalah anak muda milenial lebih menyukai mengadu, lebih senang meminta tolong, lebih senang menentang suatu hal yang berseberangan dengan nya atas nama atau dalih speak-up. ( ingat disini speak-up pelecehan ataupun kekerasan seksual bukan yang disinggung )

Apakah mereka sadar, itu berarti endurance atau daya tahan menghadapi suatu permasalahan mereka menurun drastis, apakah mereka sadar bahwa sebenarnya meminta tolong adalah opsi paling terakhir, jika sebenarnya masih kuat dan sehat.

Apakah mereka sadar, perlemahan mental telah berjalan, dan kesan terlalu manja terlihat.

Sebagai Bangsa yang Pantang Menyerah


Bangsa ini pernah melalui pergulatan batin di tengah kekacauan fisik a.k.a dijajah. Dengan tertinggalnya teknologi dengan sang penjajah bahkan layaknya bumi dan langit, tetapi bangsa ini tetap berjuang, tetap memperkuat endurance nya sepanjang waktu.

Mungkin ratusan tahun dijajah saat era kolonial dipakai menjadi lelucon di masa era sosial media ini, kata-kata sudah semestinya dipanggil "babu", atau perkataan mental budak, mental sapi dicocok hidungnya, mental follower dan lainnya kadang terlontar dari anak cucu para pejuang bangsa ini...

Tapi tetes darah yang sudah diperjuangkan bangsa ini di masa lalu tetap terekam dengan jelas, peristiwa para pejuang disaat melawan teknologi negara maju perlu diingat, perlu dieling, perlu diresapi, perlu dipikirkan secara mendalam.

Ingat, beberapa kali pula, bangsa ini pernah mendapatkan kemenangan hanya mengandalkan kayu yang telah diruncingkan serta dawuh para sepuh kampung, serta para pemuda yang bermodalkan doa ibu dan istrinya.

Daya tahan serta endurance yang di era ini seakan hilang, meski benih cahaya itu masih mengitari bangsa ini dan menjadi sebuah pusaka yang tengah terpendam.

Terpendam diantara para pembaca tulisan ini, mohon, bangsa ini tengah terpuruk, dengan mental yang semakin melemah di tiap detiknya. Terlihat sangat jelas saat kita berselancar di dunia maya.

Terpendamnya Harapan


Mungkin beberapa kali pejuang bangsa ini dicap bodoh karena melawan teknologi terbarukan hanya bermentalkan semangat dan keberanian tanpa modal apapun. Apa benar sebodoh yang mereka utarakan? Apakah benar seprimitf yang mereka ucapkan? Apakah mereka tidak pernah menyadari, setiap fajar datang, saat itu juga para pejuang bangsa ini memiliki harapan besar terhadap anak cucunya. iya harapan yang besar untuk masa ini.

Apakah sadar bangsa ini juga telah memiliki peradaban pada zamannya, ya peradaban, dijelaskan dari kata adab. Sebuah peradaban, di disiplin ilmu historiology dijelaskan dengan, suatu perkumpulan manusia yang telah memiliki sistem kepemerintahannya sendiri, memiliki cabang keilmuannya sendiri, memiliki sektor pembuatan bahan pangannya sendiri, memiliki sistem produksi bahan pokok dan mentahnya sendiri.

Tidak sepatutnya, membicarakan bahwa bangsa ini sangat cocok dijajah karena memang begitulah mentalnya.

Kita perlu mengenang Sriwijaya, Majapahit, Ternate, Tidore, Kesultanan Aceh dan teman temannya. Mereka memiliki peradaban, mereka memiliki keilmuan dan mereka bukanlah orang bodoh yang seperti didengungkan kadangkala.

Bangsa ini terjatuh dan terjajah bukan sebab kebodohannya, namun keserakahannya, itulah awal mula timbulnya istilah Londo Ireng, itulah awal mula terpecah belahnya nusantara, yaitu keserakahan.

Keserakahan


Sebuah struktur tembok tidak akan mudah runtuh kecuali telah ada preparation siege war yang berbulan-bulan. Jadi, menyiasati keserakahan internal adalah kunci menghancurkan struktur. Itulah yang dihadapi bangsa ini, tidakpun hanya bangsa ini, namun seluruh kerajaan dan peradaban di muka bumi ini hancur karena greedy dan kesombongan, pride.

OOT, sama halnya flexing di era sekarang, itu juga awal mula hancurnya peradaban jika terus berlangsung menerus hingga merubah pola pikir anak muda lainnya menjadi berharap shortcut, shortcut dan shortcut, serta kaya, materi, kaya, materi dan kaya.

Tanpa memahami dan berusaha meningkatkan endurance pada jiwa masing-masing, karena perjalanan hidup tidak selalu ditemui gampangnya saja, mungkin anda akan ditendang dari belakang, depan, atas dan bawah.

Endurance - Daya Tahan


Ingat, warisan leluhur bangsa ini adalah endurance atau daya tahan dalam survival, bertahan hidup di tengah kegelapan, walaupun perlu beratus-ratus tahun lamanya untuk mengumandangkan kemerdekaan. Perlu berabad-abad agar anak cucu terbebas dari genangan darah setiap waktunya. Mereka tetap menjejakkan kakinya, tidak malah merelakan dirinya berbaring dan menanti nasib.

Mereka berjuang, mereka melawan didalam opsi hidup atau mati.

Dan pastinya para leluhur juga berharap kepada semua orang yang masih hidup sekarang, walaupun harus bertahun-tahun peradaban, ataupun ribuan tahun dunia, berapa kali putaran jarum jam mendetik, mereka hanya berpesan tolong jaga martabat bangsamu itu. Dan pegang tangannya saat mereka terjatuh, jangan malah mengalihkan pandanganmu.

Secercah Harapan


Namun apadaya, dunia Internet dan digital bangsa ini tengah terpuruk dan rusak, dimulai dengan sikap barbarian penghuni sosial media dan diiringi saling sindir satu sama lain meski diukur secara umur mereka harusnya bersikap lebih wise, ya inilah baby boomers. Kemerosotan mental serta akhlak yang perlu membuat para moksa harus menuruni gunungnya sejenak.

Disinilah, adalah tanggung jawab para manusia yang masih dikaruniai pemikiran yang waras, sadarlah, mungkin ini juga tanggungjawabmu. Apakah kau akan mengalihkan perhatian di waktu ini?

Bagimu para ahli maupun expert di bidangnya. Para praktisi dan profesional dicabangnya yang masih waras, tanggungjawab serta benih cahaya bangsa ini tetap akan selalu berada dan berputar di pundakmu.

Janganlah kau merasa tidak memiliki andil meski dirimu dari bidang terkecil dimana kau berjalan di muka bumi ini.

hanya sebuah tulisan ke-worried-an

Music Presented by - Atom Music Audio - New Dawn - Permulaan Baru